Ibu Hamil yang Divaksin Lindungi Newborn dari COVID-19
“Jika ibu hamil divaksin, antibodi yang terbentuk juga bisa ditransfer pada janin. Inilah yang membuat bayi baru lahir jadi terlindungi dari infeksi COVID-19, hingga usianya 6 bulan.”

Halodoc, Jakarta – Banyak ibu hamil takut divaksin COVID-19 karena berbagai hal. Padahal, ini bisa jadi cara untuk melindungi newborn atau bayi baru lahir dari infeksi virus corona, lho.
Sebuah penelitian terbaru diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada 15 Februari 2022 lalu. Penelitian ini mengungkapkan bahwa ibu hamil yang divaksin bisa melindungi newborn dari COVID-19 hingga usia 6 bulan.
Newborn Ikut Terlindungi Jika Ibu Hamil Divaksin
Menurut penelitian yang dilakukan CDC, newborn yang lahir dari ibu hamil yang divaksin Pfizer atau Moderna lengkap selama kehamilan, memiliki risiko 61 persen lebih rendah untuk dirawat di rumah sakit karena COVID-19, dalam enam bulan pertama kehidupan mereka.
Dr. Dana Meaney-Delman, kepala cabang CDC’s Infant Outcome Monitoring, Research and Prevention, seperti dilansir dari NPR, mengungkapkan bahwa ini adalah cara yang sangat penting untuk melindungi newborn. Mengingat fakta bahwa hingga saat ini belum ada vaksin yang diizinkan untuk bayi di bawah 6 bulan.
Para peneliti melihat data pada 379 bayi yang dirawat di rumah sakit karena berbagai alasan, termasuk COVID-19, di 17 negara bagian dari 1 Juli 2021 hingga 17 Januari 2022. Sekitar 84 persen newborn yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, lahir dari ibu yang tidak pernah divaksin.
Ibu Bisa Mentransfer Antibodi pada Bayinya
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ibu hamil yang divaksin COVID-19 dapat mentransfer antibodi pelindung ke bayi dalam kandungan. Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal JAMA Network pada 7 Februari 2022.
Para peneliti menemukan bahwa 98 persen bayi dari ibu hamil yang divaksin COVID-19 masih memiliki tingkat antibodi pelindung yang terdeteksi dua bulan setelah lahir. Selain itu, 57 persen bayi masih memiliki tingkat antibodi yang terdeteksi enam bulan setelah lahir.
Sekarang, hasil penelitian baru dari CDC mengungkapkan bukti yang semakin menguatkan hal ini. Bahwa antibodi dari ibu hamil yang divaksin dapat membuat bayi memiliki antibodi terhadap COVID-19.
Meski begitu, penelitian yang dilakukan CDC tidak melibatkan orang yang menerima vaksin jenis lain, juga tidak melihat efek suntikan booster ibu pada bayi. Rekan penulis studi, Dr. Manish Patel, mengatakan bahwa para peneliti berencana melakukan studi lanjutan untuk melihat efek booster.
Dalam penelitian CDC ini, perlindungan terhadap rawat inap COVID-19 tampak lebih kuat untuk bayi dari ibu hamil yang divaksin setelah 21 minggu kehamilan. Hal ini menguatkan penelitian sebelumnya di JAMA, yang telah menemukan bahwa transfer antibodi dari ibu ke anak mencapai puncaknya selama trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Namun, ibu hamil tidak boleh menunda vaksinasi untuk mengoptimalkan perlindungan bagi janin mereka. Sebab, orang yang terkena COVID-19 saat hamil menghadapi risiko hasil yang jauh lebih tinggi.
Tidak hanya dari COVID-19 itu sendiri tetapi komplikasi hipertensi serius lainnya dari kehamilan, seperti preeklamsia dan perdarahan pascapersalinan.
Nah, itulah pembahasan mengenai fakta terbaru bahwa ibu hamil yang divaksin bisa melindungi bayi baru lahir dari infeksi COVID-19. Dapat diketahui bahwa mendapatkan vaksinasi saat hamil penting, tak hanya untuk ibu, tetapi juga untuk bayi dalam kandungan.
Oleh karena itu, jangan tunda dan jangan lagi ragu untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 saat hamil. Segera download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit, guna membicarakan tentang vaksinasi untuk ibu hamil.