“Preeklamsia adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya bagi kehamilan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui risiko preeklamsia agar bisa ditangani dengan cepat.”

Halodoc, Jakarta – Preeklamsia adalah kondisi medis yang bisa terjadi pada masa kehamilan. Kondisi ini cukup berbahaya karena bisa berdampak pada tekanan darah, protein, dan organ. Preeklamsia memengaruhi 5-8 persen penyebab kematian ibu dan bayi. Fakta ini membuat preeklamsia harus mendapat penanganan secepatnya.
Pada umumnya, preeklamsia berkembang pada trimester ketiga (terutama setelah 37 minggu kehamilan) atau bahkan pada awal 20 minggu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui risiko preeklamsia sejak dini agar mendapat penanganan yang cepat. Simak faktor risiko dan kemungkinan komplikasinya!
Faktor Risiko Preeklamsia
Meski penyakit ini terjadi hanya pada kurang dari 10 persen kehamilan di seluruh dunia, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan ibu hamil mengalami preeklamsia, seperti:
- Memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya.
- Punya keluarga yang mengidap preeklamsia dari ibu ataupun saudara perempuan lainnya.
- Kehamilan pertama atau kehamilan pertama dengan pasangan baru.
- Interval yang terlalu panjang antara satu kehamilan dan kehamilan selanjutnya.
- Mengalami hipertensi kronis atau tekanan darah tinggi.
- Punya masalah ginjal.
- Mengalami obesitas.
- Ada riwayat transplantasi organ.
- Usia ibu di bawah 18 tahun atau lebih dari 40 tahun.
- Diabetes.
- Lupus atau penyakit autoimun lainnya.
Komplikasi Preeklamsia yang Berisiko bagi Ibu
Semakin parah preeklamsia yang ibu hamil alami dan semakin awal terjadinya pada kehamilan, maka semakin besar juga risiko yang terjadi pada kesehatan ibu dan bayi. Bahkan, preeklamsia bisa memicu persalinan lebih awal yang kemudian memerlukan adanya induksi.
Ada beberapa risiko preeklamsia yang bisa terjadi pada ibu dan janin dalam kandungan, misalnya:
1. Terhambatnya pertumbuhan janin
Preeklamsia memengaruhi arteri yang membawa darah ke plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka sangat mungkin bayi menerima darah serta oksigen yang tidak memadai dan nutrisi lebih sedikit.
Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan janin yang lambat. Maka dari itu, bayi yang terlahir dari ibu dengan preeklamsia cenderung memiliki berat lahir rendah dan ukuran lahir bayi yang lebih kecil dari normal.
2. Kelahiran prematur
Jika ibu memiliki preeklamsia yang parah, besar kemungkinan akan melakukan persalinan lebih awal untuk nyawa ibu dan bayi. Umumnya pengidap kondisi ini kemungkinan akan melahirkan sebelum minggu ke-37 kehamilan dan biasanya dilakukan sebagai cara penanganan preeklamsia.
Meski tujuannya adalah untuk pengobatan ibu, kelahiran prematur dapat menyebabkan masalah pernapasan dan masalah kesehatan lain untuk bayi. Anak yang lahir secara prematur berisiko mengalami masalah penglihatan dan pendengaran, pertumbuhan yang terhambat, dan cerebral palsy.
3. Abrupsi plasenta
Risiko preeklamsia lainnya adalah kemungkinan terjadinya abrupsi plasenta, yakni suatu kondisi di mana plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan. Jika hal ini terjadi, janin di dalam perut ibu bisa kekurangan oksigen dan nutrisi. Abrupsi berat juga dapat menyebabkan pendarahan hebat yang bisa mengancam jiwa ibu maupun bayi.
4. Sindrom HELLP
Sindrom ini terjadi saat terdapat peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah akibat terjadi penghancuran sel darah merah. Kondisi ini sangat berbahaya karena merupakan kerusakan di beberapa sistem organ.
Gejala sindrom HELLP antara lain adalah mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut kanan atas. Kadang-kadang, sindrom ini dapat berkembang tiba-tiba, bahkan sebelum tekanan darah tinggi terdeteksi atau mungkin berkembang tanpa gejala sama sekali.
5. Kerusakan organ lainnya
Ketika kondisi ini terjadi pada seseorang, darah di dalam tubuh pengidap bisa mengalami penggumpalan. Maka dari itu, risiko preeklamsia berikutnya adalah kemungkinan terjadinya kerusakan organ seperti ginjal, hati, paru-paru, jantung, mata. Kemudian, kerusakan organ juga dapat menyebabkan stroke atau cedera otak lainnya. Komplikasi cedera pada organ bisa bervariasi tergantung dari tingkat keparahan preeklamsia.
6. Penyakit kardiovaskular
Memiliki preeklamsia dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah di waktu mendatang (kardiovaskular). Risikonya bahkan lebih besar jika ibu mengalami preeklamsia lebih dari satu kali atau mengalami persalinan prematur.
Untuk meminimalisir risiko ini, cobalah untuk menjaga berat badan ideal setelah melahirkan, mengonsumsi berbagai buah dan sayuran, berolahraga secara teratur, dan jangan merokok.
Itulah beberapa risiko preeklamsia yang bisa berbahaya jika terjadi pada ibu. Selain faktor risiko dan komplikasinya, kamu juga bisa mencari tahu lebih banyak tentang Cara Mengatasi Preeklamsia pada Ibu Hamil.
Apabila kamu masih memiliki pertanyaan atau keluhan seputar penyakit ini, kamu bisa melakukan konsultasi lebih lanjut bersama dokter melalui aplikasi Halodoc.
Sekarang kamu pun bisa hubungi dokter kandungan kapan saja dan dari mana saja. Tunggu apa lagi? Ayo download Halodoc sekarang juga!
