Ini Fakta Obat AZD7442 dari AstraZeneca untuk Cegah COVID-19

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   24 Maret 2022

“Uji coba pencegahan menunjukkan sebesar 83 persen pengurangan risiko gejala COVID-19 tanpa diikuti dengan kondisi medis yang membahayakan atau kematian dengan obat AZD7442 dari AstraZeneca.”

Ini Fakta Obat AZD7442 dari AstraZeneca untuk Cegah COVID-19Ini Fakta Obat AZD7442 dari AstraZeneca untuk Cegah COVID-19

Halodoc, Jakarta – Data terbaru dari uji coba fase III AstraZeneca untuk pencegahan COVID-19 dari PROVENT dan TACKLE untuk pengobatan rawat jalan menunjukkan kemanjuran yang kuat dari pemberian satu kali dosis dari kombinasi long-acting antibody atau LAAB secara intramuskular. 

Berdasarkan data analisis uji coba PROVENT yang sedang berlangsung terhadap penanganan lanjutan dari pengidap COVID-19, sebanyak 300 miligram dosis AZD7442 secara intramuskular mampu mengurangi risiko pengembangan gejala COVID-19, dibandingkan dengan plasebo sebesar 83 persen. 

Sekitar 2 persen dari populasi global dianggap memiliki risiko lebih tinggi dari respons yang kurang memadai terhadap vaksin COVID-19. Ini termasuk orang-orang dengan kanker darah atau kanker jenis lainnya yang menjalani perawatan dengan kemoterapi, dialisis, penggunaan obat setelah transplantasi organ, dan menggunakan obat imunosupresif. 

Baca juga: WHO Peringatkan Omicron Bukan Akhir Pandemi COVID-19

Fakta Obat AZD7442 dari AstraZeneca untuk Cegah COVID-19

Uji coba AZD7442 PROVENT merupakan uji coba fase III pertama yang dirancang secara prospektif untuk mengevaluasi antibodi monoklonal dalam kaitannya dengan profilaksis pra-infeksi COVID-19 dengan gejala. Cakupan yang ditargetkan berasal dari orang-orang dengan risiko tinggi dan memiliki masalah terhadap kekebalan tubuh. 

Lebih dari 75 persen peserta uji coba PROVENT pada fase awal memiliki penyakit penyerta yang menempatkan mereka pada risiko tinggi untuk COVID-19 parah jika mereka terinfeksi, termasuk orang-orang yang kekebalannya terganggu dan mungkin memiliki respons kekebalan yang berkurang terhadap vaksinasi.

Sementara itu, analisis eksplorasi uji coba pengobatan rawat jalan TACKLE, pada pengidap dengan COVID-19 ringan hingga sedang, menunjukkan bahwa satu dosis 600 miligram AZD7442 secara intramuskular mengurangi risiko pengembangan COVID-19 parah atau kematian sebesar 88 persen dibandingkan dengan plasebo pada pengidap yang telah bergejala selama tiga hari atau kurang pada saat pengobatan.

Sebanyak 90 persen peserta yang terdaftar di TACKLE berasal dari populasi yang berisiko tinggi berkembang menjadi COVID-19 yang parah jika mereka terinfeksi, termasuk mereka yang memiliki penyakit penyerta. Berdasarkan data dari PROVENT dan TACKLE, AZD7442 umumnya ditoleransi dengan baik. Tidak ada masalah keamanan baru yang diidentifikasi dalam analisis PROVENT selama enam bulan.

Baca juga: Waspada Sakit Telinga yang Jadi Gejala Omicron

Pengujian PROVENT

PROVENT adalah uji coba terpusat Fase III yang menilai keamanan dan kemanjuran AZD7442 dosis 300 miligram tunggal secara intramuskular. Uji coba ini dibandingkan dengan plasebo untuk pencegahan COVID-19 pada peserta yang tidak memiliki infeksi SARS-CoV-2. 

Uji coba dilakukan di 87 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Prancis, dan Belgia. Sebanyak 5.197 peserta diacak dalam rasio 2:1 untuk menerima dosis  tunggal 300 miligram AZD7442 secara intramuskular, diberikan dalam dua suntikan berurutan yang terpisah.

Peserta adalah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang mendapat manfaat dari pencegahan dengan metode LAAB. Metode ini ditujukan untuk pasien yang memiliki respons yang tidak memadai terhadap imunisasi aktif (dikarenakan respons yang buruk terhadap vaksin atau tidak toleran terhadap vaksin) atau mereka yang memiliki peningkatan risiko untuk infeksi SARS-CoV-2. 

Ini termasuk mereka yang lokasi atau keadaannya berada pada risiko yang cukup besar untuk terpapar virus SARS-CoV-2. Peserta pada saat skrining tidak divaksinasi dan memiliki tes serologi SARS-CoV-2 di tempat perawatan yang negatif. Sementara itu, sekitar 43 persen peserta berusia 60 tahun ke atas. 

Selain itu, lebih dari 75 persen memiliki komorbiditas awal dan karakteristik lain yang terkait dengan peningkatan risiko COVID-19 parah jika mereka terinfeksi. Ini termasuk mereka yang mengidap penyakit imunosupresif atau mengonsumsi obat imunosupresif, diabetes, obesitas parah, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit ginjal dan hati kronis. 

Baca juga: Alasan Vaksin Booster Diberikan Setengah Dosis

Pengujian TACKLE

Sementara itu, TACKLE adalah uji coba terpusat Fase III yang menilai keamanan dan kemanjuran AZD7442 dosis tunggal 600 miligram yang diberikan secara intramuskular dibandingkan dengan plasebo untuk perawatan rawat jalan COVID-19. Sebanyak 903 peserta diacak  dengan perbandingan 1:1 untuk menerima AZD7442. Pemberian dilakukan dalam dua suntikan berurutan yang terpisah.

Peserta adalah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang tidak dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 ringan hingga sedang dan bergejala selama tujuh hari atau kurang. Peserta memiliki infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi laboratorium, sebagaimana ditentukan oleh tes molekuler (antigen atau asam nukleat) dari spesimen saluran pernapasan (misalnya swab orofaringeal, nasofaringeal, atau hidung dan air liur) yang dikumpulkan tidak lebih dari tiga hari sebelumnya. Peserta akan terus dipantau selama 15 bulan berikutnya.

Sementara itu, sekitar 13 persen peserta berusia 65 tahun ke atas. Selain itu, 90 persen peserta memiliki komorbiditas awal dan karakteristik lain yang menempatkan mereka pada risiko tinggi berkembang menjadi COVID19 parah, termasuk kanker, diabetes, obesitas, penyakit paru-paru kronis atau asma, penyakit kardiovaskular, atau imunosupresi.

Seputar AZD7442

AZD7442 adalah kombinasi dari dua LAAB, yaitu tixagevimab (AZD8895) dan cilgavimab (AZD1061). Keduanya berasal dari sel B yang diberikan oleh pengidap yang sedang dalam pemulihan setelah terinfeksi virus SARS-CoV-2. Obat ini ditemukan oleh Vanderbilt University Medical Center dan dilisensikan ke AstraZeneca pada Juni 2020 lalu. 

Oleh AstraZeneca, obat ini dioptimalkan dengan melakukan perpanjangan waktu paruh dan pengurangan reseptor Fc dan pengikatan komplemen C1q. Hasilnya, perpanjangan waktu paruh memberikan daya tahan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan antibodi konvensional. Tak hanya itu, obat tersebut juga mampu memberikan perlindungan hingga 12 bulan dari COVID-19 setelah pemberian tunggal.

Data dari uji coba PROVENT Fase III menunjukkan perlindungan yang berlangsung setidaknya enam bulan, dengan uji coba Fase I menunjukkan titer antibodi penetralisir tinggi selama setidaknya sembilan bulan. Sementara itu, pengurangan pengikatan reseptor Fc dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko peningkatan penyakit yang bergantung pada antibodi. 

Apabila kamu memiliki pertanyaan seputar vaksin AstraZeneca maupun COVID-19, kamu bisa langsung bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Caranya sangat mudah, kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc di ponsel kamu sekarang juga, ya!

Referensi: 

AstraZeneca. Diakses pada 2022. AZD7442 PROVENT Phase III prophylaxis trial met primary endpoint in preventing COVID-19.
AstraZeneca. Diakses pada 2022. New analyses of two AZD7442 COVID-19 Phase III trials in high-risk populations confirm robust efficacy and long-term prevention.