Ini Faktor yang Meningkatkan Risiko Tardive Dyskinesia

2 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   07 Desember 2022

“Tardive dyskinesia (TD) adalah efek samping dari obat antipsikotik. Selain obat-obatan, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang mengidap tardive dyskinesia.”

Ini Faktor yang Meningkatkan Risiko Tardive DyskinesiaIni Faktor yang Meningkatkan Risiko Tardive Dyskinesia

Halodoc, Jakarta – Tardive dyskinesia (TD) adalah efek samping dari obat antipsikotik. Obat jenis ini banyak digunakan untuk mengobati skizofrenia dan gangguan kesehatan mental lainnya.

TD menyebabkan gerakan kaku dan tersentak-sentak pada wajah dan tubuh yang tidak dapat pengidapnya kendalikan. Pengidap mungkin akan mengedipkan mata, menjulurkan lidah, atau melambaikan tangan tanpa bermaksud melakukannya. 

Penyebab Seseorang Terkena Tardive Dyskinesia

Tardive dyskinesia merupakan efek penggunaan obat antipsikotik atau yang bisa disebut obat neuroleptik. Obat ini bekerja dengan menghalangi reseptor dopamin di otak.

Dopamin adalah neurotransmitter yang membantu mengendalikan kesenangan dan pusat otak. Ini juga memainkan peran utama dalam fungsi motorik. Belum diketahui pasti apa penyebab munculnya gejala TD. Namun, itu bisa terjadi akibat pemblokiran kronis reseptor dopamin.

Obat antipsikotik yang menyebabkan tardive dyskinesia meliputi:

  • Klorpromazin.
  • Fluphenazine.
  • Haloperidol.
  • Perphenazine.
  • Proklorperazin.
  • Tioridazin.
  • Trifluoperazin.

Antipsikotik generasi kedua atau atipikal juga dapat menyebabkan tardive dyskinesia, meskipun kemungkinannya lebih rendah. Obat antipsikotik generasi kedua ini meliputi:

  • Aripiprazole.
  • Klozapin.
  • Olanzapine.
  • Queitiine.
  • Risperidon.
  • Sertindole.
  • Ziprasidone.

Selain obat antipsikotik, obat antidepresan berikut juga dapat menyebabkan TD:

  • Amitriptilin.
  • Fluoksetin.
  • Fenelzin.
  • Sertralin.
  • Trazodon.

Obat lain yang dapat menyebabkan TD meliputi:

  • Metoclopramide, yang digunakan untuk mengobati gastroparesis, atau pengosongan perut yang lambat.
  • Phenytoin, yang digunakan untuk mengobati kejang.

Selain obat-obatan, faktor risiko tardive dyskinesia juga dapat meningkat pada orang dengan beberapa kondisi. 

Faktor Risiko Tardive Dyskinesia

Biasanya, gejala tardive dyskinesia membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk muncul. Namun, efek sampingnya dapat mulai muncul dengan sendirinya setelah hanya enam minggu.

Setelah menghentikan obat-obatan tersebut, pengidap akan mengalami tanda-tanda pertama tardive dyskinesia. Namun, ada sejumlah kondisi dan faktor lain yang meningkatkan kemungkinan tersebut.

Berikut beberapa faktor risiko tardive dyskinesia:

  • Lansia.
  • Wanita.
  • Ras kulit putih.
  • Keturunan Afrika.
  • Memiliki penyakit kronis, seperti diabetes.
  • Merokok.
  • Penyalahgunaan alkohol, narkoba, atau zat lainnya.

Bahkan pengidap skizofrenia yang tidak pernah menggunakan antipsikotik juga dapat mengembangkan tardive dyskinesia. Ini dikenal sebagai diskinesia spontan yang diperkirakan terjadi pada 25 persen pasien berusia 30 dan 50 tahun.

Kondisi ini juga terjadi pada 40 persen orang yang berusia 60 tahun atau lebih. Karena kebanyakan orang dengan skizofrenia diobati dengan antipsikotik akhir-akhir ini, diskinesia spontan jarang terlihat.

Oleh karena itu, untuk mencegah tardive dyskinesia, kamu perlu melibatkan dokter sebelum minum obat apa pun. Untuk menghentikan timbulnya efek samping penyakit, dokter akan mengubah jenis dan dosis obat. Dokter juga dapat menambahkan resep obat tertentu sebagai antidote.

Itulah pembahasan mengenai faktor risiko tardive dyskinesia. Jika kamu memiliki pertanyaan seputar kondisi kesehatan, kamu bisa bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, segera download aplikasi Halodoc melalui Play Store maupun App Store. 

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Crohn’s Disease.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Crohn’s Disease.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan