Ini Komplikasi Kehamilan Disebabkan Tekanan Darah Tinggi

Halodoc, Jakarta – Tekanan darah yang lebih tinggi dari 130/90 mmHg atau 15 derajat lebih tinggi di atas tekanan darah sebelum kehamilan patut menjadi perhatian. Jika dikelola dengan baik, tekanan darah tinggi selama kehamilan tidak selalu mengakibatkan komplikasi.
Ada beberapa kemungkinan penyebab tekanan darah tinggi selama kehamilan. Itu termasuk obesitas, kurang olahraga, kehamilan pertama, riwayat keluarga dengan hipertensi, kehamilan di atas 35 tahun, hamil dengan IVF, serta mengidap diabetes atau penyakit autoimun tertentu. Seperti apa komplikasi kehamilan yang disebabkan tekanan darah tinggi? Selengkapnya baca di sini!
Mengenal Komplikasi Kehamilan karena Tekanan Darah Tinggi
Ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi dapat menempatkan ibu dan bayi dalam risiko kesehatan. Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi kehamilan karena darah tinggi dapat mengakibatkan preeklamsia eksternal, eklamsia eksternal, stroke, kebutuhan induksi persalinan (pemberian obat untuk memulai persalinan), dan solusio plasenta (plasenta yang terlepas dari dinding rahim) pada ibu.
Sedangkan untuk bayi, ia bisa mengalami persalinan prematur (kelahiran yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan) dan berat lahir rendah (bila bayi lahir dengan berat kurang dari 2 kilogram). Tekanan darah tinggi pada bumil bisa membuat bayi dalam kandungan kesulitan mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi untuk tumbuh, sehingga ibu mungkin harus melahirkan bayi lebih awal.
Sangat penting untuk mendiskusikan masalah tekanan darah dengan tim perawatan kesehatan. Kalau ibu ingin berdiskusi dengan dokter, gunakan saja Halodoc. Tanpa perlu repot, ibu bisa berdiskusi dengan dokter kapan dan di mana saja melalui Chat atau Voice/Video Call.
Pencegahan darah tinggi selama kehamilan bisa dilakukan dengan beberapa upaya yang dicanangkan, bahkan sebelum kehamilan. Jika pasangan hendak merencanakan kehamilan, bicarakan dengan dokter mulai dari:
1. Masalah kesehatan apa pun yang dimiliki serta jenis obat yang sedang dikonsumsi.
2. Menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan yang sehat dan aktivitas fisik yang teratur sebelum dan selama masa kehamilan
3. Buat janji perawatan pranatal dini dan teratur. Kunjungi setiap janji dengan dokter atau ahli perawatan kesehatan.
4. Bicaralah dengan dokter tentang obat apa pun yang hendak diminum dan mana yang aman. Jangan berhenti atau mulai minum obat jenis apa pun, termasuk obat bebas, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
5. Pantau tekanan darah di rumah.
6. Pilih makanan sehat dan pertahankan berat badan yang sehat.
Setelah kehamilan pun tekanan darah juga tetap perlu dijaga. Perhatikan bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan. Jika mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, ibu memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena stroke dan masalah lain setelah melahirkan. Beri tahu dokter mengenai hal ini segera jika ibu memiliki gejala preeklamsia setelah melahirkan.
Kemungkinan Tekanan Darah Rendah
Pada awal kehamilan, biasanya dari minggu ke-5 hingga pertengahan trimester kedua, tekanan darah wanita hamil sebenarnya bisa menurun. Ini karena hormon kehamilan bisa merangsang pembuluh darah untuk melebar. Akibatnya daya tahan terhadap aliran darah tidak tinggi. Situasi tekanan darah pada kehamilan tidak hanya peningkatan melainkan juga penurunan. Ada beberapa gejala tekanan darah rendah mulai dari:
1. Sakit kepala.
2. Pusing.
3. Mual.
4. Merasa lemah.
5. Kulit dingin dan lembap.
Menurut jurnal kesehatan Circulation, volume darah wanita meningkat sebanyak 45 persen selama kehamilan. Ini adalah darah ekstra yang harus dipompa jantung ke seluruh tubuh.
Ventrikel kiri (sisi kiri jantung yang melakukan banyak pemompaan) menjadi lebih tebal dan lebih besar. Efeknya memungkinkan jantung bekerja lebih keras untuk mendukung peningkatan volume darah.
Ginjal melepaskan peningkatan jumlah vasopresin, hormon yang menyebabkan peningkatan retensi air. Pada kebanyakan kasus, tekanan darah tinggi selama kehamilan akan menurun setelah bayi dilahirkan. Dalam kasus di mana tekanan darah tetap tinggi, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengembalikannya normal.
Referensi: