Kontak Erat dengan Pengidap COVID-19, Pilih Tes PCR atau Antigen?
“Saat kontak dekat dengan orang yang terinfeksi COVID-19, masih banyak yang bingung tentang jenis tes COVID-19 apa yang harus dipilih. PCR atau antigen? Nah, ada beberapa hal yang harus jadi pertimbangan. Saat ini sebenarnya hasil tes antigen sudah mendekati PCR. Terlebih lagi hasilnya keluar lebih cepat dibandingkan PCR. Semakin cepat tahu status COVID-19, semakin baik.”

Halodoc, Jakarta – Saat ini kasus infeksi COVID-19 kembali naik, khususnya sejak varian Omicron semakin menyebar. Lonjakan kasus COVID-19 kali ini lebih cepat 2,5 kali lipat dibandingkan gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021. Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi COVID-19 pun harus diketahui melalui tes usap (swab test) PCR atau Antigen.
Mungkin hingga saat ini masih banyak yang bertanya-tanya, tes manakah yang harus dilakukan jika telah melakukan kontak erat dengan pasien positif COVID-19? Tes PCR atau antigen? Kebanyakan orang saat dihadapi situasi seperti ini, akan kebingungan. Namun, ada beberapa hal yang harus jadi pertimbangan dalam memiliki jenis tes COVID-19.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Jenis Tes COVID-19
Menurut Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, menjelaskan sebenarnya ada dua hal yang perlu dipertimbangkan:
- Pertama, tingkat akurasi. Hasil tes PCR dinilai lebih akurat dibandingkan tes antigen. Namun, saat ini hasil tes antigen pun sebenarnya sudah mendekat hasil tes PCR. Hal ini dikarena lonjakan kasus yang terjadi di masyarakat sangat besar. Sehingga kemungkinan hasil tes antigen false negatif lebih kecil dibandingkan dulu.
- Kedua, saat ini banyak orang yang menggunakan tes PCR. Hal tersebut menyebabkan waktu menunggu untuk menerima hasil tes jadi cenderung lebih lama akibat banyaknya antrian.
“Kalau dulu masalahnya PCR lama, pernah seminggu atau dua minggu, sekarang keduanya bisa sehari. Hanya saja khusus hari-hari ini PCR nunggunya lebih lama karena antrinya banyak yang PCR,” jelas Zubairi.
Kapan Tes PCR Harus Dilakukan?
Waktu yang tepat untuk melakukan tes PCR yaitu jika ada riwayat kontak dengan pengidap COVID-19 dan kamu mengalami gejala. Namun, jika kamu pernah kontak dengan pengidapnya, tapi dirimu tidak mengalami gejala, sebaiknya lakukanlah tes antigen. Apabila hasil antigen negatif, maka lanjutkan dengan tes PCR. Namun, jika antigen positif, maka tidak perlu melakukan tes PCR lagi.
Mengetahui status COVID-19 sedini mungkin dapat mencegah penularan ke orang lain. Kamu pun bisa segera melakukan isolasi serta perawatan medis. Jangan lupa juga untuk segera mengabarkan orang-orang yang pernah kontak dekat dengan dirimu.
Tes COVID-19 dan mengabarkan orang yang kontak dekat penting untuk dilakukan. Karena dua hari sebelum gejala, atau 1-2 hari setelah gejala, pengidap dapat menularkan virus ke orang lain. Mengingat virus corona varian Omicron sangat cepat menular.
Ketika pertama kali seseorang terpapar, dibutuhkan waktu bagi virus untuk bereplikasi. Tes PCR dapat mendeteksinya lebih awal dalam perjalanan virus bereplikasi dibandingkan tes antigen. Karena tes antigen hanya dapat mendeteksi protein spesifik pada salah satu bagian virus corona.
Jika Hasil Positif, Segera Lakukan Isolasi Sesuai Protokol
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan, pasien konfirmasi COVID-19 varian Omicron saat ini bisa melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Namun, tidak semua pasien konfirmasi Omicron bisa melakukan Isoman, karena ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan.
Dalam syarat klinis pengidap harus:
- Berusia 45 tahun ke bawah.
- Tidak memiliki komorbid.
- Dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya.
- Berkomitmen untuk tetap diisolasi sebelum diizinkan keluar.
Sedangkan dalam syarat rumah dan pendukung lainnya, pengidap harus:
- Dapat tinggal di kamar terpisah. Lebih baik lagi jika lantai terpisah, ada kamar mandi di dalam rumah terpisah dengan penghuni rumah lainnya.
- Dapat mengakses pulse oksimeter.
Jika pengidapnya tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah, maka pengidap harus melakukan isolasi di fasilitas isolasi terpusat. Selama isolasi, pengidap harus dalam pengawasan Puskesmas atau Satgas setempat.
Jadi, itulah yang perlu diketahui mengenai pertimbangan dalam memilih jenis tes COVID-19. Jika memiliki pertanyaan lain tentang tes atau gejala COVID-19, kamu juga bisa tanya dokter di aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!