Mengapa Interferon Tidak Dianjurkan untuk Ibu Hamil?
“Efek samping interferon dapat memberikan ketidaknyamanan yang tidak hanya mengganggu fisik dan psikis orang dengan kondisi biasa, tetapi juga ibu hamil. Beberapa efek samping tersebut adalah mual, diare, sesak napas, depresi, kecemasan, insomnia, dan lainnya.”

Halodoc, Jakarta – Menurut American Academy of Neurologi, ibu hamil yang menggunakan interferon-beta memiliki tingkat keguguran dan anak lahir dengan kondisi meninggal lebih tinggi ketimbang yang tidak.
Pengobatan interferon (IFN) digunakan untuk penanganan virus hepatitis dan penyakit multiple sclerosis (MS). Namun, ada efek samping yang diduga bisa terjadi akibat penggunaan interferon, salah satunya adalah keguguran dan infertilitas.
Efek Samping yang Mengganggu Jalannya Kehamilan
Interferon adalah protein yang dikeluarkan oleh sel-sel tubuh ketika sedang diserang virus atau penyerbu lain. Ketika interferon dilepaskan, itu memicu serangkaian reaksi di sel terdekat untuk membantu mereka bertahan melawan infeksi.
Bisa dibilang interferon merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Ada tiga bentuk dasar interferon. Ini adalah alfa dan beta, juga dikenal sebagai tipe 1, sedangkan gamma dikenal sebagai tipe 2. Setiap bentuk interferon memiliki efek yang berbeda pada tubuh.
Selain terjadi secara alami di dalam tubuh, interferon juga digunakan sebagai pengobatan berbagai gangguan kesehatan, termasuk multiple sclerosis (MS), beberapa jenis kanker, dan hepatitis C.
Infertilitas adalah efek samping yang bisa terjadi dan dapat memengaruhi baik perempuan maupun laki-laki. Terkait dengan kehamilan, efek samping interferon juga dapat memberikan ketidaknyamanan yang tidak hanya mengganggu fisik, tetapi juga psikis. Beberapa efek sampingnya adalah:
- Pusing.
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak pada titik injeksi.
- Kerontokan atau penipisan rambut.
- Nafsu makan berkurang dan berat badan turun.
- Sesak napas dan kulit pucat.
- Menjadi lebih mungkin untuk memar dan berdarah.
- Menjadi lebih mungkin untuk mengambil infeksi.
- Kelelahan dan kelemahan.
- Gejala mirip flu.
- Sakit perut.
- Diare.
- Mual.
- Depresi dan kecemasan.
- Insomnia.
- Sakit tenggorokan.
- Sakit kepala.
- Batuk.
- Nyeri sendi dan otot.
- Ruam kulit.
Kondisi-kondisi yang dijelaskan tersebut dapat mengganggu kesehatan dan kestabilan ibu hamil serta janin dalam kandungan. Mengetahui informasi demikian sudah jelas kalau ibu hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan interferon sebagai bagian dari perawatan.
Sebenarnya sebelum menjalani perawatan interferon, kamu harus melakukan diskusi panjang dan mendalam dengan dokter tentang apa yang diharapkan, mengenai efek samping dan gejala.
Setelah memulai perawatan juga tetap perlu ada kontrol dari dokter, supaya dokter tahu setiap kali efek samping yang muncul, apakah menimbulkan masalah nyata pada kesejahteraan atau mengganggu kualitas hidup pasien.
Dokter yang mengetahui tentang efek samping mungkin dapat membantu mengatasinya dengan obat-obatan, menyesuaikan rencana perawatan, atau menawarkan rekomendasi penanganan dan layanan kesehatan lain.
Cara Kerja Interferon
Interferon bekerja dalam beberapa cara berbeda, yaitu:
- Memperingatkan sistem kekebalan tubuh akan keberadaan virus atau kanker.
- Membantu sistem kekebalan tubuh mengenali virus atau kanker.
- Memberitahu sel kekebalan untuk menyerang.
- Menghentikan virus dan sel kanker agar tidak tumbuh dan membelah.
- Membantu sel-sel sehat melawan infeksi.
Interferon-alpha mengobati infeksi virus, termasuk:
- Hepatitis C kronis, leukemia sel berbulu, sarkoma Kaposi yang disebabkan oleh AIDS, leukemia myelogenous kronis (CML).
- Hepatitis kronis, limfoma, dan melanoma maligna.
- Kutil kelamin.
Jadi, sudah jelas walaupun interferon memiliki banyak kegunaan, perlu pertimbangan dan kontrol dokter ketika menggunakannya, terutama pada ibu hamil. Kalau kamu mengalami masalah kesehatan, tanyakan saja langsung ke dokter lewat aplikasi Halodoc. Belum punya aplikasinya? Yuk, download sekarang juga ya!