Advertisement

Menjelaskan Fenomena Dejavu secara Medis

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   24 Agustus 2022

“Secara medis, fenomena dejavu terkait dengan masalah pada otak dan memori. Namun, banyak teori yang kini masih diperdebatkan.”

Menjelaskan Fenomena Dejavu secara MedisMenjelaskan Fenomena Dejavu secara Medis

Halodoc, Jakarta – Dejavu atau déjà vu secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Perancis berarti sudah terlihat. Bisa dibilang dejavu adalah fenomena saat kamu merasa telah melihat atau mengalami sesuatu sebelumnya, bahkan ketika kamu tidak benar-benar melihat atau mengalaminya.

Misalnya, kamu sedang menjelajahi kota baru untuk pertama kalinya. Namun, kamu merasa seolah-olah sudah pernah berjalan menyusuri jalan seperti itu sebelumnya. Penyebab Terjadinya Dejavu

Dejavu adalah fenomena yang sebenarnya sulit untuk dijelaskan. Bahkan hingga kini, masih ada banyak teori mengenai hal ini. Salah satu alasannya masih diteliti adalah karena kondisi ini sering terjadi tiba-tiba, bahkan pada pada orang-orang yang tidak mengalami masalah kesehatan secara mendasar.

Terlebih lagi, pengalaman dejavu cenderung berakhir dengan cepat. Sensasinya mungkin begitu cepat sehingga jika kamu tidak tahu banyak tentang ini, kamu mungkin tidak menyadari kondisi yang baru saja terjadi.

Sejauh ini, ada beberapa dugaan penyebab terjadinya fenomena dejavu, yaitu:

1. Persepsi yang Terbagi

Teori ini  menunjukkan bahwa dejavu terjadi ketika kamu melihat sesuatu pada dua waktu yang berbeda. Pertama kali kamu melihat sesuatu, kamu mungkin mengambilnya dari sudut mata atau saat terganggu.

Otak kemudian mulai membentuk memori tentang yang kamu lihat bahkan dengan jumlah informasi terbatas. Jika pandangan pertama tentang sesuatu tidak melibatkan perhatian penuh, kamu mungkin percaya bahwa kamu melihatnya untuk pertama kali.

Namun, otak mengingat persepsi sebelumnya, bahkan jika kamu tidak memiliki kesadaran total tentang apa yang kamu amati. Inilah yang membuat kamu mengalami déjà vu .

2. Kerusakan Sirkuit Otak Kecil

Teori lain menunjukkan dejavu terjadi ketika otak mengalami kerusakan listrik singkat. Mirip dengan yang terjadi selama serangan epilepsi. Dengan kata lain adalah kondisi campur aduk, yakni ketika bagian otak yang melacak kejadian saat ini dan bagian otak yang mengingat ingatan sama-sama aktif.

Ini membuat otak salah memahami yang terjadi di masa sekarang sebagai memori, atau sesuatu yang sudah terjadi. Jenis disfungsi otak ini umumnya tidak perlu dikhawatirkan kecuali jika terjadi secara teratur.

Teori ini menunjukkan bahwa terkadang, ingatan jangka pendek dapat mengambil jalan pintas ke penyimpanan memori jangka panjang. Hal ini dapat membuat kamu merasa seolah-olah sedang mengingat kembali memori lama daripada sesuatu yang terjadi di detik terakhir.

3. Ingatan Memori

Ada anggapan juga bahwa dejavu berkaitan dengan cara seseorang memproses dan mengingat ingatan. Teori ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat terjadi sebagai respons terhadap suatu peristiwa yang menyerupai sesuatu yang kamu alami, tetapi tidak ingat.

Mungkin itu terjadi di masa kanak-kanak, atau kamu tidak dapat mengingatnya karena alasan lain. Meskipun tidak dapat mengakses memori itu, otak masih tahu bahwa kamu pernah berada dalam situasi yang sama.

Proses memori implisit ini mengarah pada perasaan keakraban yang agak aneh. Jika kamu dapat mengingat memori yang sama, kamu akan dapat menghubungkan keduanya dan kemungkinan tidak akan mengalami dejavu sama sekali.

Hal ini biasa terjadi misalnya ketika melihat pemandangan tertentu. Seperti bagian dalam gedung atau panorama alam, sangat mirip dengan yang tidak kamu ingat.

Pada intinya teori ini bertumpu pada gagasan bahwa, orang cenderung mengalami perasaan akrab ketika mereka menghadapi adegan yang memiliki kesamaan dengan sesuatu yang pernah mereka lihat sebelumnya.

Jenis-jenis Dejavu

Perasaan dejavu sebenarnya sama pada orang dengan otak yang sehat dan orang dengan kondisi neurologis. Namun, ada hal yang berbeda terjadi di otak selama mengalami jenis dejavu yang berbeda. 

Orang yang sering mengalami dejavu menunjukkan lebih sedikit materi abu-abu dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya. Materi abu-abu adalah lapisan terluar otak, dan bertanggung jawab dalam mengendalikan gerakan, ingatan, dan emosi. Biasanya, semakin banyak materi abu-abu yang dimiliki otak, semakin efektif kinerja otak. 

Sementara itu pada orang yang memiliki kondisi neurologi, tiga bagian otaknya akan terpengaruh saat mengalami dejavu. Yaitu, hippocampus, gyrus parahippocampal, dan neokorteks temporal. Area tersebut berhubungan dengan pembentukan dan penyimpanan ingatan. 

Bagi pengidap epilepsi dan dejavu, terjadi perubahan pada sirkuit memori. Dejavu dianggap sebagai sinyal abnormal di dalam lobus temporal medial, yang mengatur pemrosesan memori, terutama memori visual. 

Orang yang mungkin lebih banyak mengalami dejavu yaitu mereka yang memiliki kondisi berikut:

  • Skizofrenia
  • Epilepsi
  • Kecemasan
  • Demensia vaskular. 

Istilah dejavu merupakan yang paling sering digunakan untuk menangkap pengalaman yang pernah dilihat. Namun sebenarnya masih banyak jenis fenomena yang serupa dengan dejavu, yaitu:

  • Deja entendu: pernah mendengar.
  • Deja epreuve: pernah dialami.
  • Deja fait: pernah selesai.
  • Deja pense: pernah dipikirkan.
  • Deja raconte: pernah diceritakan.
  • Deja senti: pernah terasa secara emosional atau pernah tercium.
  • Deja su: pernah diketahui.
  • Deja trouve: pernah ditemukan.
  • Deja vecu: pernah dijalani.
  • Deja voulu: pernah menginginkan. 

Itulah penjelasan mengenai fenomena dejavu secara medis. Jika kamu memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai hal ini, download Halodoc saja untuk bertanya pada dokter melalui chat.

Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2023. What Is dejavu and Why Do We Experience It?
Healthline. Diakses pada 2023. What Causes dejavu?