Mitos atau Fakta, Pengidap Diabetes Berisiko Terkena Tetanus

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   19 Oktober 2020
Mitos atau Fakta, Pengidap Diabetes Berisiko Terkena TetanusMitos atau Fakta, Pengidap Diabetes Berisiko Terkena Tetanus

Halodoc, Jakarta – Diabetes adalah suatu penyakit yang memengaruhi proses metabolisme glukosa dalam tubuh. Glukosa atau gula diibaratkan sebagai bahan bakar untuk tubuh. Namun, ketika jumlahnya berlebihan, maka bisa menimbulkan penyakit diabetes. Ada dua jenis penyakit diabetes, yakni diabetes tipe 1 (insipidus) dan diabetes tipe 2 (melitus)

Konon penyakit diabetes tipe 2 yang tidak dirawat atau dikendalikan bisa menempatkan pengidapnya pada risiko infeksi tetanus. Apakah ini hanya mitos atau ada penelitian yang mendasarinya? Sebaiknya, simak penjelasan berikut.

Baca juga: Diabetes Tipe 1 dan 2, Lebih Bahaya Mana?

Benarkah Pengidap Diabetes Rentan Terkena Tetanus?

Tetanus disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani yang sering ditemukan di tanah, debu, dan kotoran hewan. Ketika bakteri ini memasuki luka cukup dalam, bakteri ini bisa tumbuh dan menghasilkan racun yang kuat disebut tetanospasmin. Racun kemudian mampu merusak saraf yang mengontrol otot (neuron motorik), sehingga menyebabkan otot kaku dan kejang.

Perlu kamu ketahui bahwa seseorang yang mengidap diabetes tipe dua mengalami kendala dalam penyembuhan luka. Umumnya, mereka yang mengidap diabetes melitus butuh waktu yang cukup lama sampai luka benar-benar tertutup dan sembuh. Nah, luka terbuka ini tentu sangat rentan terkena debu dan kotoran lain yang mungkin mengandung bakteri tetanus.

Ini bukan sekedar mitos belaka. Penelitian berjudul Does diabetes put you at risk of tetanus? menunjukkan bahwa pengidap diabetes memang lebih rentan terhadap tetanus. Risiko bisa meningkat apabila diabetes diidap oleh lansia dan pada orang yang belum pernah divaksin atau tidak mendapat suntikan tambahan selama 10 tahun. Perlu digaris bawahi jika tetanus tidak dapat menular dari orang yang mengidapnya.

Baca juga: Jangan Sepelekan, Ini 5 Gejala Awal Tetanus

Langkah Pencegahan Tetanus pada Pengidap Diabetes

Satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah tetanus adalah mendapatkan vaksin tetanus. Vaksin tetanus biasanya diberikan selama masa anak-anak dari vaksin difteri, tetanus toksoid dan aseluler pertusis (DTaP). Vaksinasi ini memberikan perlindungan terhadap tiga penyakit: tenggorokan dan infeksi saluran pernapasan (difteri), batuk rejan (pertusis) dan tetanus.

Vaksin DTaP terdiri dari lima rangkaian suntikan yang bisa diberikan di lengan atau paha saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 sampai 18 bulan, dan 4 sampai 6 tahun. Booster atau vaksin tetanus tambahan biasanya diberikan dalam kombinasi dengan booster vaksin difteri (Td). Pada 2005, vaksin tetanus, difteri, dan pertusis disetujui untuk digunakan pada remaja dan orang dewasa di bawah usia 65 tahun, yang ditujukan sebagai perlindungan berkelanjutan terhadap pertusis.

Baca juga: Alasan Pemberian Tetanus Toksoid Bisa Mencegah Tetanus

Dosis Tdap untuk remaja direkomendasikan untuk diberikan antara usia 11 dan 12 dan penguatnya diberikan setiap 10 tahun setelahnya. Jika kamu belum pernah divaksinasi tetanus saat masih kecil, temui dokter untuk mendapatkan vaksin Tdap. 

Punya pertanyaan lain mengenai vaksin tetanus? Hubungi dokter yang ada di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa menanyakan masalah kesehatan apapun tanpa harus bertemu langsung dengan dokter. Selain itu, kamu juga bisa menghubungi dokter kapan dan di mana saja via Chat atau Voice/Video Call.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Type 2 diabetes.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Tetanus.
Research Gate. Diakses pada 2020. Does diabetes put you at risk of tetanus?.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan