Mitos dan Fakta Seputar DBD

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Januari 2018
Mitos dan Fakta Seputar DBDMitos dan Fakta Seputar DBD

Halodoc, Jakarta – Memasuki musim penghujan, demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang harus diwaspadai. Pasalnya, setiap tahun kasus DBD masih saja tinggi, bahkan hingga menelan korban jiwa.

Lalu, apa sebenarnya  DBD? Mengapa penyakit ini sedemikian menyeramkan?

DBD adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Biasanya,  penularan pada manusia terjadi lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala awal DBD umumnya mirip dengan flu, sehingga banyak orang terkecoh dan baru mengetahui dirinya terinfeksi virus setelah parah.

Saking berbahayanya, ada banyak mitos yang berkembang soal DBD. Sayangnya tidak semua informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Biar enggak salah, yuk kenali mana saja mitos maupun fakta yang benar soal DBD!

  1. Manusia akan terinfeksi setelah digigit nyamuk

Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena faktanya virus demam berdarah hanya ditularkan dari nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk tersebut akan menularkan virus setelah menggigit manusia yang telah terinfeksi sebelumnya.

Manusia tidak dapat menularkan virus secara  langsung pada manusia lain. Artinya, perlu “peran” dari nyamuk aedes aegypti betina untuk memindahkan virus tersebut lewat gigitan.

  1. DBD hanya terjadi sekali

Pernah dengar informasi yang menyebut bahwa seseorang yang sudah pernah terinfeksi DBD tidak akan mengalaminya lagi? Hati-hati, nyatanya hal itu tidak sepenuhnya benar.

Pasalnya terdapat empat serotipe yang berbeda dari virus demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.  Memang benar saat seseorang terinfeksi salah satu virus dan telah diobati, ia jadi memiliki kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Namun tidak pada tiga serotipe lainnya.

Artinya ada kemungkinan seseorang akan mengalami sebanyak empat kali DBD seumur hidupnya. Namun biasanya saat seseorang menerima “serangan” kedua atau ketiga, ada kemungkinan penyakit DBD yang terjadi lebih berat.

  1. Waspada saat demam turun

Perjalanan penyakit DBD memang memiliki fase mulai dari pra-infeksi, fase demam hingga fase kritis atau penyembuhan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, pada empat sampai sepuluh hari setelah digigit nyamuk, seseorang biasanya akan mengalami demam hingga 40 derajat Celcius. Beberapa gejala lain juga biasanya menyertai seperti sakit kepala parah dan nyeri otot.

Saat demam mengalami penurunan, apabila masuk fase kritis maka akan terjadi gangguan tekanan darah dan tanda vital lain. Namun bila tanda-tanda vital yang ditunjukkan baik, artinya DBD telah masuk fase penyembuhan.

  1. Harus dirawat di rumah sakit

Hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Karena pada beberapa kasus, DBD yang terjadi tidak terlalu berat. Jika hal ini terjadi, pengidap DBD bisa dirawar di rumah. Seseorang harus segera dilarikan dan dirawat di rumah sakit saat mengalami gejala seperti:

  • Saat suhu turun dan badan lemas.
  • Nafsu makan menurun.
  • Mual dan muntah tak berhenti.
  • Nyeri perut hebat.
  • Mimisan yang sulit berhenti
  • buang air besar berwarna hitam,
  • muntah darah
  • Pucat.
  • Telapak kaki dan tangan dingin.

Kalau kamu menemukan gejala-gejala tersebut, jangan lagi menunda untuk mendapat bantuan medis. Karena jika DBD tidak segera ditangani, dapat berubah menjadi satu kondisi yang membahayakan nyawa seseorang.

Agar terhindar dari nyamuk penyebar virus DBD, pastikan untuk menjaga kebersihan dan menghindari genangan air. Sebab air yang menggenang adalah tempat favorit nyamuk untuk berkembang biak.

Kalau menemukan gejala, kamu bisa membicarakan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Download Halodoc di App Store dan Google Play untuk bicara dengan dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Kamu juga bisa membeli obat dan merencanakan pemeriksaan laboratorium aplikasi Halodoc.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan