Oversharing Kehidupan Anak, Ini Dampaknya pada Kesehatan Mental
“Oversharing kehidupan anak, terutama kejadian-kejadian yang menurut orang tua lucu, belum tentu berdampak positif untuk anak. Bisa saja ini membuat anak merasa dirinya sedang dipermalukan sehingga kemudian ia merasa rendah diri, malu, dan takut berinteraksi dengan orang lain.”

Halodoc, Jakarta – Apakah kamu termasuk orang tua yang senang membagikan video tentang anak, foto-foto anak, atau celotehan-celotehan anak? Atau pernahkah kamu melihat video di Instagram yang menayangkan anak sedang menangis, meniru istilah-istilah yang lagi viral, marah-marah tanpa maksud yang jelas, dan malah tertawa melihatnya?
Mungkin untuk saat ini, mereka yang melihat video ataupun gambar lucu tentang kehidupan seorang anak, menganggap konten tersebut sebagai hiburan. Padahal, foto, dan video tersebut bisa memberikan efek psikologis ke anak. Oversharing kehidupan anak pun nantinya bisa berdampak pada kesehatan mentalnya.
Dampak Oversharing Kehidupan Anak
Ketika orang tua membagikan aktivitas anak di media sosial, ada banyak tujuan yang melatarbelakangi hal tersebut. Ada yang memang sekadar ingin membagikan momen lucu anak, memvalidasi suatu hal, sampai ingin membuat konten viral.
Ketika orang tua menggunggah konten kehidupan anak di media sosial, ini bisa memicu banyak reaksi seperti komentar. Namun, komentar ini tidak selalu positif, bisa jadi negatif.
Ketika anak suatu saat mengetahui kalau dirinya pernah di-posting di media sosial, ini akan menurunkan rasa percaya diri anak. Terutama bila anak membaca komentar-komentar yang menyudutkannya.
Bukan berarti kamu sebagai orang tua tidak boleh mengabadikan momen anak di media sosial. Hanya saja, oversharing kehidupan anak bisa memberikan dampak untuk kesehatan mentalnya.
Berikut beberapa dampak oversharing kehidupan anak pada kesehatan mentalnya:
1. Anak Akan Merasa Dipermalukan
Oversharing kehidupan anak, terutama kejadian-kejadian yang menurut orang tua lucu, belum tentu sama dengan apa yang anak pikirkan. Bisa saja ini membuat anak merasa dipermalukan.
Alhasil, anak menjadi rendah diri, malu, dan takut berinteraksi dengan orang lain.
2. Membuat Anak Ketagihan Media Sosial
Mendapatkan respons positif di media sosial bisa membuat anak ketagihan dan terus menerus ingin terhubung dengannya. Bukan tak mungkin, justru anak menganggap penilai terbaik itu adalah media sosial
Anak bisa jadi merekatkan harga dirinya berdasarkan respons di media sosial. Padahal ini sangat tidak baik untuk perkembangan mental anak ke depannya.
3. Membuat Anak Membenarkan Apa yang Terjadi di Media Sosial
Walaupun terkadang konten di media sosial menghibur, tapi banyak juga yang merusak dan tidak baik untuk perkembangan mental seorang anak. Apalagi di dunia digital marak dengan cyberbullying.
Komentar-komentar bisa sangat kejam, dan ironinya, akan sulit buat kita untuk melacak siapa personal di balik orang-orang yang memberikan komentar tersebut. Bisa jadi, anak merasa apa yang dibagikan di media sosial adalah kebenaran dan mewajarkan hal-hal yang sebenarnya tidak baik tersebut.
4. Anak Memaksakan Diri untuk Tampil Sempurna
Oversharing di media sosial akan membuat anak memaksakan diri untuk tampil sempurna. Anak akan ketagihan likes, comment, ataupun bentuk-bentuk respons lainnya, yang membuat mereka melakukan upaya-upaya membuat konten “seunik” mungkin untuk mendapatkan banyak respons dari warganet.
5. Kehidupan di Media Sosial yang Bisa Jadi Berbeda dengan Realita
Pada akhirnya, yang perlu diketahui orang tua, oversharing akan membuat anak meluputkan kehidupan di dunia nyata ketimbang apa yang ditampilkan di media sosial. Media sosial akan menjadi pencitraan, dan membuat anak lebih berupaya untuk tampil sebagus mungkin di sana. Padahal yang sebenarnya harus dijaga untuk tetap baik, seimbang, sehat, adalah kehidupan di realita.
Itulah sebabnya, mengapa oversharing kehidupan anak bisa berdampak pada kesehatan mental dan perkembangan anak.
Lagipula, rasanya tidaklah penting soal apa yang ditampilkan di media sosial. Hal yang lebih penting adalah kualitas kehidupan yang dijalani oleh orang tua dan anak.
Jadi, mari besarkan anak dengan cara yang sehat tanpa perlu disibukkan dengan membangun citra di media sosial.
Itulah informasi mengenai oversharing dan kesehatan mental anak. Kalau anak sakit dan butuh pemeriksaan dokter, orang tua bisa buat janji pemeriksaan ke rumah sakit menggunakan aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga ya!