Pengaruh Helicopter Parenting pada Kognitif Si Kecil

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   16 Maret 2023

“Helicopter parenting adalah jenis pola asuh yang menggambarkan orang tua yang hiperprotektif terhadap anak. Ini bisa menyebabkan anak tidak memiliki ruang untuk berkembang secara kognitif dan emosional.”

Pengaruh Helicopter Parenting pada Kognitif Si KecilPengaruh Helicopter Parenting pada Kognitif Si Kecil

Halodoc, Jakarta – Pola asuh orang tua kepada anak memiliki peran yang besar bagi pertumbuhan kognitif anak. Sayangnya, terkadang pola asuh tersebut bisa memunculkan dampak negatif tertentu pada perilaku anak. Helicopter parenting adalah salah satu contoh pola asuh yang bisa menyebabkan hal ini.

Helicopter parents menggambarkan orang tua yang hiperprotektif terhadap anaknya. Seperti namanya, orang tua ini sangat terlibat dalam segala hal yang anak lakukan hingga ada dalam tahap berlebihan. Simak pengaruh pada perkembangan kognitif anak yang bisa terjadi karena pola asuh ini!

Pengaruh Pola Asuh Helikopter pada Anak

Meskipun orang tua memberi perlindungan dan perhatian pada aktivitas anak dengan tujuan positif, bisa terdapat beberapa pengaruh jika hal ini terjadi secara berlebihan. 

1. Menghambat kemampuan berpikir kritis

Kemampuan kognitif perlu terbentuk sejak dini. Membantu anak untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi tanpa menghalangi mereka untuk menggunakan kemampuan mereka sendiri bisa membentuk cara pikir kritis. Jika orang tua memaksa untuk ikut serta segera setelah suatu masalah atau pertanyaan terjadi, anak tidak akan bisa melatih kemampuan ini. 

2. Sulit membentuk percaya diri

Memiliki helicopter parents yang selalu mengambil keputusan terhadap segala hal yang anak lakukan membuat mereka sulit membentuk kepercayaan diri. Rasa percaya diri terbentuk ketika mereka memutuskan sesuatu berdasarkan hasil pemikiran dengan yakin. 

Saat keputusan tersebut membuahkan hasil yang memuaskan, mereka akan percaya dengan kemampuan yang mereka miliki. Selain itu, selalu mengarahkan segala yang anak lakukan juga bisa membuat mereka merasa bahwa keputusan yang mereka ambil tidak pernah benar.

3. Menimbulkan ketergantungan pada orang tua

Jika orang tua selalu melakukan hal-hal kecil yang mestinya anak lakukan sendiri, lama kelamaan akan terbentuk ketergantungan. Contohnya antara lain jika anak tidak pernah berlatih untuk membuat keputusan sendiri, bangun pagi tanpa dibangunkan, atau meminta tolong terhadap orang lain. 

Ahli psikologis menyatakan bahwa tujuan akhir pola asuh orang tua adalah membentuk kepribadian yang bisa bertanggungjawab atas hidupnya dengan baik ketika dewasa.

4. Meregangkan hubungan orang tua dan anak

Walaupun helicopter parenting terjadi atas dasar kasih sayang terhadap anak, pola asuh ini malahan bisa menjadi bumerang dalam kedekatan anak dan orang tua. Jika orang tua tidak memberikan ruang bagi anak ataupun mendorong mereka dalam cara yang suportif, anak tidak akan memiliki konotasi positif terhadap interaksi dengan orang tua. 

Melepas anak sepenuhnya atau mengekang anak sepenuhnya tidak akan membentuk keseimbangan pada masa perkembangan anak. Oleh karena itu, orang tua perlu untuk selalu berkomunikasi dengan anak tentang kapan mereka membutuhkan bantuan dari ibu atau ayah.

5. Berisiko munculnya gangguan kecemasan 

Ketika orang tua bersikap terlalu ketat pada anak atau memberikan ekspektasi yang terlalu tinggi, anak bisa mengalami kecemasaran dan stres. Perasaan ini bisa mengikuti anak hingga dewasa dan membuat mereka lebih rawan untuk mengalami gangguan kecemasan di kemudian hari.  

6. Kesulitan meregulasi emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol emosi yang mereka hadapi. Hal ini termasuk menggeser cara mereka melihat suatu masalah agar bisa mengurangi rasa cemas atau marah, membuat diri sendiri lebih fokus kepada situasi yang menyenangkan, dan mengurangi rasa takut atau sedih.

Ketika orang tua selalu mengatasi segala emosi negatif yang anak alami, mereka akan menghadapi kesulitan untuk meregulasi emosinya saat dewasa.

7. Menghambat perkembangan otak

Seluruh kemampuan kognitif anak terbentuk di otak. Bagian otak bernama korteks prefrontal adalah bagian yang seseorang gunakan ketika mengambil keputusan. Korteks prefrontal belum benar-benar terbentu hingga sekitar umur 25 tahun. Meskipun begitu, helicopter parenting bisa menghambat perkembangan korteks prefrontal anak karena kurangnya informasi tentang penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang anak.

Itulah berbagai gejala stroke ringan dan penangannya yang penting kamu ketahui. Selain helicopter parenting, ibu dan ayah juga bisa mencari tahu tentang Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Dipertimbangkan Orang Tua.

Jika ibu atau ayah masih punya pertanyaan tentang perkembangan kognitif anak atau seputar pola asuh helicopter parenting, jangan ragu untuk melakukan konsultasi lebih lanjut dengan menghubungi psikolog melalui aplikasi Halodoc. Kini, kamu bisa berkonsultasi dengan praktis kapan saja dan dari mana saja.

Tunggu apa lagi? Ayo download Halodoc sekarang juga!

Referensi: 
Psychology Today. Diakses pada 2023. Emotional Regulation
Verywell Family. Diakses pada 2023. What Is Helicopter Parenting?
WebMD. Diakses pada 2023. How ‘Helicopter’ Parenting Impedes a Child’s Development

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan