Perhatikan, Ini Beda Gejala Psikosis dan Skizofrenia
“Meski terkesan mirip, sebenarnya psikosis dan skizofrenia memiliki perbedaan gejala yang cukup signifikan. Gejala psikosis muncul sebagai episode atau hanya muncul pada kondisi tertentu, bukan menetap seperti skizofrenia.”

Halodoc, Jakarta – Kondisi gangguan kesehatan mental terbagi ke dalam beberapa jenis. Misalnya seperti psikosis atau skizofrenia, sebagai dua istilah yang mungkin pernah kamu dengar secara bersamaan. Bahkan, keduanya sering kali tertukar karena memiliki gejala yang mirip, sehingga sulit dibedakan.
Padahal, baik psikosis maupun skizofrenia, keduanya merupakan dua kondisi mental yang berbeda. Lantas, kira-kira apa gejala yang dapat membedakan psikosis dengan skizofrenia? Yuk, simak penjelasannya di sini!
Perbedaan Psikosis dan Skizofrenia
Sebelum mengetahui apa perbedaan gejala antara psikosis dan skizofrenia, sebaiknya ketahui dahulu pengertian keduanya. Psikosis digambarkan sebagai kumpulan gejala yang menunjukkan hilangnya sentuhan dengan kenyataan. Kendati demikian, psikosis adalah bagian dari skizofrenia, dan kondisi ini bisa menjadi bagian dari gangguan kesehatan mental yang lainnya juga.
Psikosis adalah konsep yang menggambarkan gejala spesifik, sedangkan skizofrenia adalah penyakit mental yang memiliki fitur psikotik. Di sisi lain, psikosis dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain:
- Gangguan kesehatan jiwa.
- Penggunaan zat.
- Kondisi medis lainnya.
Sementara itu, skizofrenia adalah salah satu dari beberapa gangguan psikotik. Di mana kondisi adalah gangguan kesehatan mental yang termasuk dalam periode psikosis. Selain psikosis, skizofrenia mungkin menimbulkan gejala lain, seperti:
- Pemikiran yang tidak teratur.
- Kesulitan dalam berbicara dan bergerak.
- Perubahan dalam respons emosional, seperti afek datar.
Perbedaan Gejala Keduanya
Meski terlihat sama, nyatanya baik psikosis maupun skizofrenia memiliki perbedaan gejala, antara lain:
1. Psikosis
Perlu diketahui bahwa psikosis memiliki dua gejala utama, yaitu:
- Halusinasi. Halusinasi adalah kondisi ketika seseorang mendengar, melihat, atau merasakan hal-hal yang tidak terjadi di luar pikirannya. Misalnya, seseorang yang mengalami psikosis mungkin mendengar suara-suara ketika tidak ada orang lain di sekitarnya.
- Delusi. Delusi adalah keyakinan yang salah dan intens yang tidak dimiliki oleh orang lain. Misalnya, seseorang yang mengalami psikosis mungkin percaya bahwa orang lain berkonspirasi untuk menyakiti mereka ketika semua bukti yang ada menunjukkan sebaliknya.
Ketika seseorang mengalami psikosis, mereka dikatakan mengalami episode psikotik. Beberapa perubahan perilaku dapat terjadi sebelum episode psikotik terjadi. Beberapa contoh dapat mencakup:
- Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih.
- Penurunan kinerja yang nyata di tempat kerja atau di sekolah.
- Meningkatnya kecurigaan atau kegelisahan.
- Penarikan dari orang lain.
- Penurunan kebersihan pribadi.
- Kesulitan membedakan antara kenyataan dan fantasi.
Sementara itu, beberapa hal diyakini dapat menyebabkan psikosis terjadi, meliputi:
- Gangguan psikotik, seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan gangguan delusi.
- Gangguan bipolar.
- Depresi berat atau kecemasan.
- Penggunaan zat, termasuk penyalahgunaan obat dan alkohol, terutama untuk penggunaan jangka panjang.
- Kurang tidur.
- Demensia, termasuk penyakit Alzheimer.
- Penyakit Parkinson.
- Beberapa jenis epilepsi.
- Cedera otak traumatis.
2. Skizofrenia
Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga kategori:
- Gejala psikotik. Ini termasuk gejala psikosis, seperti halusinasi dan delusi.
- Negatif. Gejala negatif skizofrenia meliputi beberapa hal, seperti motivasi rendah untuk memulai atau melanjutkan aktivitas atau percakapan, berkurangnya emosi melalui ekspresi wajah atau nada suara (afek datar), hingga penurunan perasaan bahagia atau senang dalam kehidupan sehari-hari.
- Gejala kognitif. Individu dengan skizofrenia juga dapat mengalami kesulitan dengan hal-hal seperti konsentrasi, memori, dan perhatian.
Skizofrenia adalah kondisi yang kompleks dan tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya. Para ahli percaya bahwa penyimpangan dengan berbagai neurotransmitter, terutama dopamin, terlibat pada masalah mental ini. Di sisi lain, genetika dan berbagai faktor lingkungan juga kemungkinan berperan.
Itulah penjelasan mengenai perbedaan gejala psikosis dan skizofrenia. Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami gejalanya, segeralah periksakan kondisi ke psikolog.
Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit untuk memeriksakan kondisimu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu berlama-lama. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!