Ternyata Ayah Juga Bisa Terkena Depresi Pasca Persalinan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   04 Maret 2019
Ternyata Ayah Juga Bisa Terkena Depresi Pasca PersalinanTernyata Ayah Juga Bisa Terkena Depresi Pasca Persalinan

Halodoc, Jakarta – Depresi pasca persalinan (PPD) adalah masalah kesehatan mental umum yang biasa terjadi pada wanita. Pada PPD, pasca melahirkan menjadi sesuatu yang mengerikan dan berujung pada depresi. Gejala mulai dari perubahan suasana hati secara ekstrem (mood swing), sedih, mudah marah, sulit tidur, halusinasi, serta rasa ingin menyakiti diri sendiri dan bayi yang baru dilahirkan. Jika ini terjadi, bantuan profesional sangat dianjurkan. 

Walau biasa terjadi pada wanita, PPD juga bisa terjadi pada pria. Berbeda dengan wanita, PPD pada pria jarang terdeteksi karena pengetahuan tentang masalah ini terbatas dan gejala yang muncul berbeda-beda. 

Kebanyakan Ayah Tidak Menyadari Depresi Pasca Persalinan (PPD)

PPD bukan hanya menimbulkan emosi negatif pada ayah, tapi juga memicu perdebatan dengan pasangan. Kebanyakan kasus PPD muncul karena ketidaksiapan dan ketidaktahuan ayah dalam merawat bayi, sehingga muncul gejala berikut ini:

  • Merasa terabaikan adalah gejala umum PPD. Saat istri mulai memberikan perhatian penuh pada bayi, afeksi pada ayah menjadi terabaikan. Mulai dari komunikasi hingga gairah seksual. 

  • Takut dan cemas karena merasa belum siap membiayai keluarga secara penuh. Tak bisa dipungkiri saat memiliki anggota baru dalam keluarga, pengeluaran tentu akan bertambah. Untuk ayah yang tidak memiliki perencanaan finansial secara matang, hal ini bisa membuat tertekan.

  • Takut merawat bayi, perasaan yang wajar dimiliki pada orangtua baru. Tidak ada sekolah menjadi orangtua sehingga ayah kerap kebingungan dan cemas, hingga berujung pada depresi.  

Solusi bagi Ayah Mengatasi Depresi Pasca Persalinan (PPD)

Perasaan kesal dan marah ayah pengidap PPD dilampiaskan secara lazim, sehingga orang di sekitar tidak menyadarinya. Hal ini berbeda dengan ibu pengidap PPD yang mudah memperlihatkan emosinya. Hal yang terpenting adalah tanamkan dalam hati bahwa memiliki anak adalah sesuatu yang indah dan tidak semua bisa mendapatkannya. Jadi, ayah adalah orang yang beruntung dan patut mensyukurinya.

Perlu diketahui bahwa komunikasi menjadi hal penting saat PPD terjadi. Terbuka dan saling mendukung antar pasangan membuat kesulitan dan kecemasan yang terjadi akan dirasa lebih ringan. Saling mendukung dan terlibat dalam pengurusan anak tanpa dipaksakan juga bisa menjadi solusi. Biar bagaimanapun, pengasuhan anak harus dijalani bersama. Jika perlu, ayah dan pasangan membaca buku atau mencari informasi tentang cara merawat bayi sebelum anak lahir. Hal ini membantu ayah lebih siap dan percaya diri saat merawat anak bersama pasangan.

Solusi lainnya adalah merencanakan kebutuhan finansial secara matang. Siapkan dana tabungan hingga asuransi yang bisa membantu memenuhi kebutuhan finansial keluarga, terutama setelah kehadiran anggota baru. Mulai dari biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan bayi, hingga dana yang dibutuhkan kelas saat ia tumbuh dewasa. Kesiapan finansial bisa membuat ayah percaya diri sehingga risiko PPD bisa diminimalkan.

Itulah fakta PPD yang perlu diketahui. Jika depresi menjadi semakin berat dengan gejala yang sudah tidak bisa tertolerir, maka cari bantuan profesional. Ayah bisa menghubungi psikolog atau psikiater yang ada di aplikasi Halodoc. Ayah bisa menghubungi psikolog atau psikiater Halodoc kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

*artikel ini pernah tayang di SKATA