Halodoc, Jakarta – Hirschsprung terjadi saat saraf yang seharusnya bertugas untuk mengontrol usus besar tidak berhasil tumbuh dengan sempurna. Saraf ini menjadi bagian dari sistem saraf enterik yang letaknya tidak menyatu dengan sistem saraf pusat. Apa yang menjadi penyebab kelainan langka ini hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. 

Namun, para ahli menduga adanya masalah pada semaphorin, sejenis protein yang mengarahkan perkembangan dari sel saraf. Seringnya, Hirschsprung terjadi pada anak-anak yang mengalami kehilangan mayoritas sel saraf yang mencegah usus besar untuk berada pada posisi rileks. 

Kondisi ini akan berdampak pada munculnya penyumbatan berbagai bahan yang dicerna dan membuat pengidapnya kesulitan untuk buang air besar.

Benarkah Hanya Terjadi pada Anak?

Sebagian besar kasus Hirschsprung terjadi pada anak, dengan bayi laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kelainan ini. Tak hanya itu, Hirschsprung juga lebih rentan terjadi pada keluarga dengan riwayat kelainan yang sama dan bayi yang memiliki kondisi penyakit jantung bawaan.

Namun, bisakah kelainan ini terjadi pada orang dewasa? Jika terjadi pada orang dewasa, Hirschsprung lebih mengarah pada masalah motorik yang terbilang jarang terjadi. Meski demikian, bukan tidak mungkin penyakit ini muncul, hanya saja kerap kali terjadi kesalahan diagnosis sebagai sembelit yang cenderung cukup sulit untuk disembuhkan. 

Sebenarnya, Hirschsprung sendiri dapat dikenali sejak masa anak-anak, yaitu tidak terdapat sel ganglion intramural yang berasal dari submukosa atau meissner, dan pleksus saraf mienterikus atau auerbach pada organ usus. Bisa dikatakan, sebagian besar kelainan ini bisa didiagnosis sebelum usia pengidapnya menginjak 5 tahun. 

Meski demikian, untuk kasus yang jarang terjadi, kelainan ini bukan tidak mungkin tidak dapat terdiagnosis hingga dewasa. Biasanya, keluhan yang umum terjadi adalah sembelit kronis atau obstruksi usus akut.

Kenali Gejala Penyakit Hirschsprung

Hirschsprung bisa mengakibatnya pengidapnya mengalami diare, sembelit, serta muntah. Terkadang, kelainan ini mengakibatkan komplikasi pada usus besar yang serius, termasuk megakolon beracun dan enterocolitis yang sangat berbahaya. Inilah mengapa, orang tua perlu mengetahui apa saja gejala yang muncul pada anak, sehingga anak bisa segera  mendapatkan penanganan medis.

Gejala Hirschsprung sendiri bisa dibilang sangat bervariasi, bergantung pada tingkat keparahan penyakit tersebut. Anak-anak dengan Hirschprung yang buruk akan segera menunjukkan gejala sesaat setelah dilahirkan. Adapun gejala yang muncul pada bayi baru lahir dengan Hirschsprung yaitu:

• Tidak bisa buang air besar pada hari pertama atau kedua setelah dilahirkan.
• Perut terlihat bengkak, kembung, atau bergas.
• Bayi mengalami diare dan muntah dengan warna yang terlihat seperti coklat atau hijau.

Bayi baru lahir yang tidak dapat buang air besar dalam 48 jam setelah lahir kerap kali didiagnosis mengalami Hirschsprung. Inilah mengapa, pemeriksaan awal jadi hal penting untuk dilakukan, untuk membantu mengetahui apakah bayi mengalami kondisi medis serius atau tidak.

Sementara itu, Hirschsprung yang buruk bisa jadi tidak terlalu terlihat hingga usia anak beranjak remaja, atau terkadang terjadi dalam waktu yang lebih lambat. Gejala pada kondisi ini cenderung ringan, hanya saja bisa terjadi dalam waktu lama atau kronis, termasuk:

• Perut mengalami pembengkakan.
• Konstipasi.
• Sulit untuk menaikkan berat badan.
• Kerap muntah.

Anak yang usianya lebih tua dengan kelainan ini sangat berisiko mengalami terlambat pertumbuhan. Ini disebabkan karena kondisi masalah kesehatan yang bisa berpengaruh terhadap kemampuan tubuh anak untuk menyerap nutrisi.

Jika kamu membutuhkan informasi lain yang lebih lengkap seputar Hirschsprung atau kelainan lainnya, kamu bisa langsung tanya pada dokter di Halodoc. Cek dan download aplikasi Halodoc di App Store atau Play Store, ya!

Referensi:

National Institutes of Health. Diakses pada 2022. Adult Hirschsprung’s disease: report of four cases.

KidsHealth. Diakses pada 2022. Hirschsprung Disease.

Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. New Genetic Clues Emerge on Origin of Hirschsprung’s Disease.