Cara Didik Anak dengan Dwibahasa

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   10 Januari 2018
Cara Didik Anak dengan DwibahasaCara Didik Anak dengan Dwibahasa

Halodoc, Jakarta – Kini sudah banyak anak yang lahir dari orang tua dwibahasa. Anak pertama kali belajar bicara dari kedua orang tuanya karena itu adalah lingkungan terkecil dari kehidupan sosialnya. Lalu bagaimana caranya mengenalkan bahasa kepada anak jika kedua orangtuanya memiliki bahasa yang berbeda?

Bahasa ibu adalah bahasa utama yang digunakan seorang anak yang tinggal dalam sebuah Negara. Bahasa ini bisa dibilang bahasa utama yang ia ketahui, namun bagaimana jika ingin anak juga menguasai bahasa lain di saat bersamaan? Ada banyak pendapat tentang bagaimana seharusnya mendidik anak dwibahasa. Terkadang orangtua merasa khawatir bahwa dengan banyaknya informasi seperti bahasa yang dijejalkan kepada anak lantas membuat mereka bingung sehingga akan sulit memahami bahasa. Namun jangan terjebak mitos, ada beberapa hal yang perlu orangtua perhatikan berikut ini:

1. Dwibahasa Bukan Penyebab Speech Delay

Ellen Stubbe Kester, Presiden of Billiguistics menyatakan kalau dalam penelitian telah ditemukan bahwa dwibahasa tidak menyebabkan keterlambatan (speech delay) pada anak. Jika anak-anak dwibahasa mengalami speech delay, ini bukanlah indikator bahwa disebabkan oleh pengenalan dua bahasa yang berbeda dalam tumbuh kembangnya. Penting untuk diingat bahwa anak bisa dididik dengan dua bahasa asalkan salah satu bahasa yang diajarkan adalah bahasa lokal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang dan lingkungan sekitarnya. Misalnya, jika anak tinggal di Inggris maka ia ia harus diajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa lokal agar bisa berinteraksi dengan orang di lingkungannya.

2. Diberi Dua Bahasa Takkan Buat Si Kecil Bingung

Sejak usia enam bulan, Si Kecil sudah bisa membedakan dua bahasa dengan sempurna. Menurut Barbara Zurer Pearson, penulis Raising a Billingual Child, sejak lahir semua bayi sudah dapat membedakan banyak bahasa. Sehingga orangtua tidak perlu khawatir kalau anak tidak bisa membedakan dua bahasa di saat yang sama. Anak tidak akan merasa bingung karena tidak bisa membedakan dua bahasa, karena pada dasarnya ia mmeiliki kemampuan untuk membedakan.

3. Mengajarkan Dwibahasa itu Bisa Mulai Kapan Saja

Sebenarnya, mengajarkan anak dwibahasa itu bisa dimulai saat usia anak di bawah 10 tahun. Jadi tidak terlalu cepat atau terlalu lambat untuk memperkenalkan bahasa yang berbeda pada Si Kecil. Namun menurut para ahli, jika ingin mengajarkan anak dwibahasa, maka hasilnya akan terlihat secara optimal jika dimulai sejak lahir hingga usianya tiga tahun.

4. Kebiasaan Mencampur Bahasa

Karena dididik dengan dua bahasa yang berbeda tidak lantas membuat anak jadi sengaja mencampurkan bahasa ketika berbicara. Hal ini terjadi begitu saja karena dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga dialeknya pun menjadi seperti itu. Anak mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungannya. Menurut Barbara Zurer Pearson, pencampuran bahasa ini biasanya terjadi karena mereka tidak tahu kata yang dibutuhkan saat menggunakan bahasa yang dipakainya untuk bicara saat itu.

Ingat juga untuk selalu jaga kondisi kesehatan anak dimana pun berada. Sedia selalu aplikasi Halodoc untuk bicara dengan dokter. Dengan Halodoc, dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Selain itu, ibu juga bisa melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan saran dokter jika diperlukan. Jika butuh obat, vitamin, atau suplemen, ibu juga bisa membelinya di Halodoc, lho. Pesanan akan diantar dalam satu jam ke tempat tujuan. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan