
DAFTAR ISI
- Apa Itu Antiemetik?
- Mengapa Antiemetik Dibutuhkan?
- Bagaimana Cara Kerja Antiemetik?
- Jenis-Jenis Obat Antiemetik
- Kondisi yang Membutuhkan Antiemetik
- Efek Samping Antiemetik
- Interaksi Obat Antiemetik
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Antiemetik?
Antiemetik adalah golongan obat yang digunakan untuk mencegah dan meredakan mual serta muntah.
Obat ini bekerja dengan memengaruhi sinyal-sinyal di otak dan sistem pencernaan yang memicu rasa mual dan refleks muntah.
Muntah adalah respons tubuh terhadap berbagai kondisi, mulai dari infeksi hingga efek samping pengobatan. Antiemetik membantu mengontrol gejala ini dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Mengapa Antiemetik Dibutuhkan?
Mual dan muntah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Penyakit tertentu.
- Efek samping obat-obatan (seperti kemoterapi).
- Mabuk perjalanan.
- Kehamilan (morning sickness).
Antiemetik dibutuhkan untuk meredakan gejala mual dan muntah yang mengganggu, mencegah dehidrasi akibat muntah berlebihan, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Jika Mual Tak Kunjung Hilang, Dokter Ini Bisa Bantu Mengatasinya.
Bagaimana Cara Kerja Antiemetik?
Antiemetik bekerja dengan berbagai mekanisme, tergantung pada jenis obatnya. Beberapa mekanisme utama meliputi:
- Memblokir reseptor: Menghambat kerja zat kimia seperti serotonin, dopamin, histamin, atau asetilkolin yang memicu mual dan muntah.
- Menekan pusat muntah di otak: Mengurangi aktivitas area otak yang bertanggung jawab atas refleks muntah.
- Mempercepat pengosongan lambung: Mengurangi rasa mual dengan mempercepat pergerakan makanan dari lambung ke usus.
Jenis-Jenis Obat Antiemetik
Berikut adalah beberapa golongan obat antiemetik yang umum digunakan:
- Antagonis 5-HT3 (Serotonin): Contohnya ondansetron, granisetron, dan palonosetron. Efektif untuk mual dan muntah akibat kemoterapi atau operasi.
- Antagonis Dopamin: Contohnya metoklopramid dan domperidon. Digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang disebabkan oleh gangguan pencernaan atau efek samping obat.
- Antihistamin: Contohnya dimenhidrinat dan prometazin. Berguna untuk mabuk perjalanan dan mual terkait vertigo.
- Antikolinergik: Contohnya skopolamin. Juga digunakan untuk mabuk perjalanan dan kondisi tertentu yang menyebabkan mual.
- Kortikosteroid: Contohnya deksametason. Kadang digunakan dalam kombinasi dengan antiemetik lain untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi.
- Benzodiazepin: Contohnya lorazepam. Dapat membantu mengurangi mual dan muntah akibat kecemasan.
- Neurokinin-1 (NK1) receptor antagonists: Contohnya aprepitant. Digunakan untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi yang sangat emetogenik (memicu muntah).
Pemilihan jenis antiemetik tergantung pada penyebab mual dan muntah, serta kondisi kesehatan pasien.
Catat, Ini Pilihan Obat Pusing dan Mual yang Ada di Apotek.
Kondisi yang Membutuhkan Antiemetik
Antiemetik sering diresepkan untuk kondisi-kondisi berikut:
- Mual dan muntah akibat kemoterapi: Antiemetik terbukti bisa mengurangi mual dan muntah akibat kemoterapi.
- Mual dan muntah pasca operasi: Antiemetik bisa digunakan untuk mencegah mual dan muntah setelah operasi.
- Mabuk perjalanan: Antihistamin seperti dimenhidrinat efektif untuk mencegah mabuk perjalanan.
- Morning sickness (mual di pagi hari) saat hamil: Domperidon dapat digunakan dengan hati-hati untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan setelah berkonsultasi dengan dokter.
- Gastritis dan gangguan pencernaan lainnya: Antiemetik dapat membantu meredakan mual yang terkait dengan masalah pencernaan.
Efek Samping Antiemetik
Seperti semua obat, antiemetik dapat menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum meliputi:
- Kantuk
- Pusing
- Mulut kering
- Sakit kepala
- Konstipasi
- Diare
Efek samping yang lebih serius jarang terjadi, tetapi mungkin termasuk reaksi alergi, masalah jantung, atau efek neurologis. Penting untuk melaporkan efek samping apa pun kepada dokter.
Interaksi Obat Antiemetik
Antiemetik dapat berinteraksi dengan obat lain. Penting untuk memberi tahu dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi, termasuk obat resep, obat bebas, dan suplemen herbal.
Beberapa interaksi obat yang mungkin terjadi meliputi:
- Peningkatan efek sedatif jika dikombinasikan dengan obat penenang atau alkohol.
- Perubahan efektivitas obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan atau obat diabetes.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera cari pertolongan medis jika mengalami:
- Muntah yang tidak berhenti atau parah.
- Tanda-tanda dehidrasi (mulut kering, jarang buang air kecil, pusing).
- Nyeri dada atau sakit perut yang parah.
- Muntah darah.
- Ketidakmampuan untuk minum cairan.
Mual dan muntah bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jika membutuhkan antiemetik, Halodoc menyediakan berbagai pilihan obat yang bisa didapatkan dengan mudah.
Konsultasi dengan dokter di Halodoc juga memungkinkan untuk mendapatkan rekomendasi obat yang tepat sesuai kondisi.
Tunggu apa lagi? Yuk hubungi dokter dengan klik banner di bawah ini!



