halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

BPH Benign Prostatic Hyperplasia

REVIEWED_BY  dr. Fadhli Rizal Makarim  
undefinedundefined

Pengertian BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kelenjar prostat. Namun, kondisi tidak bersifat kanker, atau sel-sel abnormal. Kelenjar prostat sendiri memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Kelenjar prostat ini hanya dimiliki oleh pria. Oleh sebab itu BPH hanya bisa dialami oleh pria. Dalam kebanyakan kasus BPH, umumnya kondisi ini lebih sering terjadi pada pria di atas usia 50 tahun.

Faktor Risiko BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Setidaknya ada beberapa kondisi yang bisa memicu terjadi BPH. Berikut beberapa faktor risiko yang mesti diwaspadai, yaitu: 

  • Faktor penuaan. Pembesaran kelenjar prostat jarang menyebabkan tanda dan gejala pada pria di bawah usia 40 tahun. Sekitar sepertiga pria mengalami gejala sedang hingga berat pada usia 60 tahun, dan sekitar setengahnya mengalami gejala tersebut pada usia 80 tahun.
  • Riwayat keluarga. Memiliki kerabat kandung, seperti ayah atau saudara laki-laki, dengan masalah prostat meningkatkan risiko terjadinya BPH.  
  • Diabetes dan penyakit jantung. Studi menunjukkan bahwa diabetes, serta penyakit jantung dan penggunaan beta blocker, dapat meningkatkan risiko BPH.
  • Gaya hidup. Obesitas dan kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko BPH. Maka dari itu, penting untuk berolahraga secara rutin. 

Penyebab BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Sayangnya, sampai saat ini, penyebab BPH belum diketahui dengan pasti. Namun, ada dugaan kondisi ini terjadi karena perubahan kadar hormon seksual akibat penuaan.

Sistem kemih pria memiliki sebuah saluran yang fungsinya membuang urine, atau dikenal sebagai uretra. Jalur uretra ini melewati kelenjar prostat. Andaikan terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara lama-kelamaan bisa mempersempit uretra. Kondisi akhirnya menyebabkan aliran urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan inilah yang akan membuat otot-otot kandung kemih membesar. 

Gejala BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Ketika seseorang terserang BPH, ada beberapa gejala yang mungkin dialaminya, misalnya seperti:

  • Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.
  • Mengalami inkontinensia urine (beser) atau peningkatan intensitas buang air kecil secara signifikan.
  • Sulit mengeluarkan urine.
  • Mengejan pada waktu berkemih.
  • Aliran urine tersendat-sendat.
  • Mengeluarkan urine yang disertai darah.
  • Merasa tidak tuntas setelah berkemih.

Gejala tersebut muncul akibat tekanan pada kandung kemih dan uretra. Tekanan ini terjadi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan atau pembesaran. Oleh sebab itu, segeralah temui dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Dalam kasus BPH, kondisi ini amat memerlukan diagnosis yang tepat. Sebab ada beberapa kondisi kesehatan lain yang gejalanya mirip dengan BPH. Contohnya:

  • Prostatitis atau radang prostat.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Penyempitan uretra.
  • Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.
  • Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.
  • Kanker kandung kemih
  • Kanker prostat.
  • Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.

Diagnosis BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui gejala yang dialami oleh pasien. Dokter juga umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik seperti: 

  • Pemeriksaan rektal digital. Dokter memasukkan jari ke dalam rektum untuk memeriksa pembesaran prostat.
  • Tes urine. Menganalisis sampel urine dapat membantu menyingkirkan infeksi atau kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa.
  • Tes darah. Hasilnya dapat menunjukkan apakah ada masalah atau tidak pada ginjal.
  • Tes darah antigen spesifik prostat (PSA). PSA adalah zat yang diproduksi di prostat. Kadar PSA meningkat ketika mengalami pembesaran prostat. Namun, peningkatan kadar PSA juga dapat disebabkan oleh prosedur baru-baru ini, infeksi, pembedahan, atau kanker prostat.

Setelah itu, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan seperti tes aliran urine, tes volume residu pasca void. Namun, jika lebih kompleks, dokter juga akan melakukan  pemeriksaan seperti USG transrektal, biopsi prostat, studi aliran urodinamik dan tekanan, hingga sistoskopi. 

Komplikasi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Pembesaran prostat ini terkadang bisa mengarah pada komplikasi. Apalagi bila tak ditangani dengan tepat dan cepat. Contohnya, ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan urine. Selain itu, ada pula beberapa komplikasi yang bisa terjadi, misalnya seperti: 

  • Infeksi saluran kemih.
  • Penyakit batu kandung kemih.
  • Retensi urine akut atau ketidakmampuan berkemih.
  • Kerusakan kandung kemih dan ginjal.

Komplikasi di atas bisa muncul bila pembesaran prostat jinak jinak tak diobati dengan efektif.

Pengobatan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Berbagai macam perawatan tersedia untuk pembesaran prostat, termasuk pengobatan, terapi invasif minimal, dan pembedahan. Pengobatan BPH akan bervariasi, tergantung dari ukuran prostat, usia, kondisi kesehatan secara menyeluruh, hingga jumlah ketidaknyamanan atau gangguan yang dialami. Maka dari itu, pengobatan BPH akan terbagi menjadi dua kelompok. Berikut adalah penjabarannya, yaitu: 

1. Penanganan BPH Gejala Ringan

Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan, terapi menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup seperti:

  • Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap hari.
  • Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.
  • Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.
  • Membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi minum apa pun dua jam sebelum tidur. Tujuannya agar tubuh terhindar dari kondisi berkemih sepanjang malam (nokturia).

Selain hal-hal tersebut, ada pula terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi BPH. Misalnya terapi untuk menahan berkemih yang dilakukan lewat bimbingan ahli medis. Di sini pengidap BPH akan dianjurkan untuk menahan keinginan berkemih, setidaknya dalam jeda dua jam antara berkemih. Selain itu, mereka juga akan diajarkan cara mengatur napas dengan baik, relaksasi otot, hingga cara mengalihkan pikiran ketika ingin berkemih.

  1. Penanganan BPH Gejala Menengah dan Parah

Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut: 

  • Obat-obatan Alpha Blockers. Obat-obatan ini mengendurkan otot leher kandung kemih dan serat otot di prostat, membuat buang air kecil lebih mudah.
  • Penghambat 5-alpha reductase. Obat-obatan ini berfungsi untuk mengecilkan prostat dengan mencegah perubahan hormonal yang menyebabkan pertumbuhan prostat.
  • Terapi kombinasi obat. Dokter mungkin juga merekomendasikan penggunaan penghambat alfa dan penghambat reduktase 5-alfa secara bersamaan jika salah satu obat saja tidak efektif.

Selain itu, jika tingkat keparahan gejala menengah hingga parah, metode operasi juga akan dianjurkan oleh dokter. Terdapat beberapa jenis operasi yang juga dapat dilakukan, salah satunya seperti Transurethral resection of the prostate (TURP). Metode operasi tersebut merupakan metode operasi yang paling umum dilakukan untuk mengangkat kelebihan jaringan prostat.  

Pencegahan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Makanan berserat tinggi antara lain kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam, apel dan gandum. Sedangkan, makanan berprotein tinggi antara lain ikan, telur, kacang kedelai, dada ayam, susu rendah lemak dan keju.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, BPH yang tak ditangani sedari dini secara tepat dapat memicu berbagai komplikasi. Misalnya seperti infeksi saluran kemih, hingga kerusakan kandung kemih dan ginjal. 

Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit dengan dokter spesialis urologi pilihanmu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu lama. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang!

Referensi: 

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases & Conditions. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
National Health Institute. Diakses pada 2022. Medline Plus. Enlarged Prostate.
WebMD. Diakses pada 2022. Can I Prevent BPH?
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses pada 2022. Prostate Enlargement (Benign Prostatic Hyperplasia)

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp