halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Demam Rematik

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Pengertian Demam Rematik
  • Penyebab Demam Rematik
  • Faktor Risiko Demam Rematik
  • Gejala Demam Rematik
  • Diagnosis Demam Rematik
  • Komplikasi Demam Rematik
  • Pengobatan Demam Rematik
  • Pencegahan Demam Rematik
  • Kapan Harus ke Dokter?

Pengertian Demam Rematik

Demam rematik merupakan komplikasi dari radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terlebih pada anak berusia 5-15 tahun akibat sistem kekebalan tubuh salah mengenali jaringan sehat sebagai musuh.

Penyakit ini dapat menyerang jantung, persendian, otak, dan kulit. Demam rematik dapat berkembang jika radang tenggorokan dan infeksi demam berdarah tidak diobati dengan tepat. Diagnosis dini dan pengobatan dengan antibiotik adalah kunci untuk mencegah demam rematik.

Jika tidak diobati, demam rematik bisa menyebabkan komplikasi serius, terutama pada jantung. Biasanya pengobatan demam rematik menggunakan obat antiinflamasi atau kortikosteroid, tergantung pada keparahan gejala.

Penyebab Demam Rematik

Demam rematik dapat terjadi akibat komplikasi dari radang tenggorokan yang tidak tertangani dengan baik akibat infeksi bakteri Streptococcus grup A. Saat tubuh terinfeksi oleh bakteri, sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi untuk melawan bakteri yang masuk. 

Namun, pada tubuh pengidap, antibodi justru berbalik menyerang jaringan tubuh yang sehat, terutama pada jantung, sendi, kulit, otak, dan tulang belakang. Kondisi ini diduga terjadi akibat adanya kemiripan antara protein pada bakteri Streptococcus grup A dengan protein pada jaringan tubuh. Hal tersebut membuat sistem kekebalan tubuh salah mengenali jaringan tubuh sebagai musuh yang berbahaya.

Waspada, Faktor Lingkungan Juga Dapat Sebabkan Demam Rematik.

Faktor Risiko Demam Rematik

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya demam rematik, antara lain:

  • Sejarah keluarga. Beberapa orang membawa gen yang mungkin membuat mereka lebih rentan mengembangkan penyakit.
  • Jenis bakteri Streptococcus. Strain bakteri Streptococcus tertentu lebih berkontribusi terhadap demam rematik daripada strain lainnya.
  • Faktor lingkungan. Risiko penyakit lebih besar dialami oleh seseorang yang tinggal di lingkungan padat penduduk, memiliki sanitasi yang buruk, dan kondisi lain yang meningkatkan penularan atau paparan berulang terhadap bakteri Streptococcus.

Gejala Demam Rematik

Gejala demam rematik umumnya dirasakan 2 hingga 4 minggu setelah radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococcus grup A yang tidak tertangani. Gejalanya sendiri bervariasi. 

Berikut ini gejala demam rematik yang diakibatkan oleh peradangan pada jantung, persendian, kulit, atau sistem saraf pusat:

  • Demam. Biasanya suhu tubuh meningkat disertai dengan rasa lelah dan malaise. 
  • Sendi terasa nyeri. Umumnya dialami pada sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan.
  • Nyeri pada satu sendi yang berpindah ke sendi lain.
  • Sendi memerah, terasa panas, atau membengkak.
  • Muncul benjolan kecil tanpa rasa sakit di bawah kulit.
  • Sakit pada bagian dada.
  • Bising pada organ jantung.
  • Kelelahan,
  • Ruam datar, tidak nyeri dengan tepi yang tidak rata pada kulit.
  • Gerakan tubuh yang tersentak-sentak dan tidak terkendali. Kondisi ini paling sering dialami pada tangan, kaki, dan wajah.
  • Melakukan perilaku yang tidak biasa, seperti menangis atau tertawa terbahak-bahak.

Diagnosis Demam Rematik

Dokter akan mendiagnosis penyakit dengan wawancara medis lengkap dan pemeriksaan fisik menyeluruh. Selain itu, pemeriksaan penunjang mungkin juga diperlukan untuk membantu dokter menegakkan diagnosis demam rematik. Berikut beberapa pemeriksaan penunjangnya:

  • Pemeriksaan ASTO, yaitu suatu pemeriksaan darah untuk mengukur kadar antibodi terhadap streptolisin O, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus grup A.
  • Elektrodiagram (EKG) atau rekam jantung, yang bertujuan untuk menilai adanya gangguan irama jantung.
  • Echocardiografi (USG jantung), yang bertujuan untuk melihat gangguan fungsi jantung dalam memompa darah.

Komplikasi Demam Rematik

Peradangan yang disebabkan oleh demam rematik dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan. Dalam beberapa kasus, peradangan menyebabkan komplikasi jangka panjang, seperti kerusakan permanen pada jantung (penyakit jantung rematik).

Kondisi tersebut biasanya terjadi 10 hingga 20 tahun setelah penyakit asli. Dalam kasus yang parah, penyakit dapat menyebabkan kerusakan pada katup jantung saat anak masih memiliki gejala. Masalah paling umum terjadi pada katup antara dua bilik kiri jantung (katup mitral).

Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan:

  • Penyempitan katup, yang dapat mengurangi aliran darah ke seluruh tubuh.
  • Kebocoran di katup, yang menyebabkan darah mengalir ke arah yang salah.
  • Kerusakan otot jantung, yang dapat melemahkan otot jantung, sehingga memengaruhi kemampuannya untuk memompa darah.

Kerusakan pada katup mitral, katup jantung lain, atau jaringan jantung lainnya dapat menyebabkan masalah pada jantung di kemudian hari. Tersebut mencakup fibrilasi atrium atau detak jantung tidak teratur, dan gagal jantung.

Pengobatan Demam Rematik

Tujuan dari pengobatan demam rematik adalah untuk meredakan gejala dan mencegah kekambuhan penyakit. Beberapa obat-obatan yang akan diberikan dokter, antara lain:

1. Antibiotik

Obat antibiotik yang umum diberikan dokter adalah dari golongan penisilin dan diberikan secara suntikan intravena. Penisilin akan diberikan setiap 28 hari, minimal selama 10 tahun atau hingga anak berusia 21 tahun. Jika anak mengalami kerusakan pada katup jantung, suntikan penisilin akan diberikan dalam jangka waktu yang lebih lama. 

Hindari penghentian pengobatan ini tanpa persetujuan dokter, karena dapat menyebabkan kekambuhan demam rematik serta kerusakan katup jantung yang lebih luas dan berat.

2. Antiinflamasi

Obat anti radang yang umum diberikan dokter adalah dari golongan antiinflamasi non-steroid, seperti aspirin atau ibuprofen. Obat ini diberikan untuk meredakan demam, nyeri, dan peradangan. Jika dengan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid gejala tidak membaik, dokter dapat memberikan obat dari golongan kortikosteroid.

3. Antikonvulsan

Obat anti kejang ini dapat diberikan jika pengidap mengalami kejang. Obat antikonvulsan yang dapat diberikan, antara lain carbamazepine atau asam valproat.

Jika demam tak kunjung membaik, atasi dengan konsumsi obat penurun demam. Ini Pilihan Obat Penurun Demam yang Ampuh untuk Orang Dewasa. 

4. Pengobatan simptomatik

Biasanya dokter akan memberikan obat untuk mengatasi gejala lain, seperti obat penurun demam atau obat untuk mual sesuai kebutuhan pasien. Dalam konteks demam rematik, pengobatan simptomatik berfokus untuk mengurangi ketidaknyamanan dan memperbaiki kualitas hidup pasien. 

Pencegahan Demam Rematik

Pernah mengalami infeksi Streptococcus grup A sebelumnya bukan jaminan seseorang tidak akan terinfeksi kembali di masa depan. Seseorang berisiko terkena demam rematik lebih dari satu kali. Namun, ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari serangan infeksi Streptococcus grup A. 

Berikut ini beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan:

  • Membiasakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
  • Menggunakan masker saat bepergian keluar rumah dan berinteraksi dengan pengidap influenza atau radang tenggorokan.
  • Jangan menggunakan alat makan dan minum bersamaan dengan orang lain.

Selain dengan beberapa upaya diatas, lakukan juga Cara Efektif untuk Cegah Demam Rematik. 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu mengidap sakit tenggorokan yang datang tiba-tiba, ruam kemerahan pada kulit, pembengkakan amandel, sakit saat menelan, demam, dan sakit kepala, segera tanya dokter lewat aplikasi Halodoc untuk penanganan yang tepat. Penanganan dilakukan untuk menghindari komplikasi berupa demam rematik. 

Ingat, komplikasi jangka panjang, seperti kerusakan permanen pada jantung bisa menjadi salah komplikasi penyakit. Jadi, atasi penyakit dengan langkah yang tepat, ya! Jika kamu ingin mendapatkan informasi lainnya terkait dengan demam rematik, download Halodoc sekarang juga!

Diperbaharui pada 04 November 2024.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2024. Rheumatic Fever: All You Need to Know.
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Rheumatic fever.
National Health Service. Diakses pada 2024. Rheumatic fever.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp