halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Kusta

REVIEWED_BY  dr. Erlian Dimas SpDVE  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Kusta? 
  • Penyebab Kusta
  • Faktor Risiko Kusta
  • Epidemiologi Kusta di Indonesia
  • Gejala Kusta
  • Jenis Kusta
  • Diagnosis Kusta
  • Pengobatan Kusta
  • Studi Mengenai Kusta
  • Komplikasi Kusta
  • Pencegahan Kusta
  • Kapan Harus ke Dokter? 
  • FAQ

Apa Itu Kusta?

Bagi kamu yang ingin mengetahui apa itu penyakit kusta, kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

Dengan mendapatkan diagnosis dan pengobatan dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan tepat dan mencegah kecacatan.

Kusta pernah ditakuti sebagai sebagai salah satu penyakit yang sangat menular dan dapat menimbulkan masalah yang parah.

Namun, sekarang ini diketahui jika penyakit ini tidak mudah menyebar dan pengobatan yang dilakukan dapat sangat efektif untuk mengatasinya. Akan tetapi, kerusakan saraf dapat menyebabkan kelumpuhan dan buta jika seseorang tidak mendapat pengobatan. 

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan kusta ke dalam dua kelompok, yaitu:

  • Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
  • Multibasiler: lesi >5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang banyak cabang saraf.

Penyebab Kusta

Penyebab penyakit kusta adalah oleh bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae), sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat. Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan seseorang yang mengidapnya. 

Di samping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi alias menghirup udara saat pengidapnya bersin atau batuk. Alasannya bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah untuk menular.

Perlu diketahui jika penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata seseorang yang terserang bakteri ini membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.

Perlu diketahui juga jika ibu hamil dengan penyakit kusta tidak dapat menularkannya ke bayi yang belum lahir. Selain itu, gangguan ini juga tidak ditularkan melalui kontak seksual.

Fakta Mengenai Kusta Menurut WHO

1. Jika tidak obati, kusta bisa menyebabkan kecacatan progresif dan permanen. 
2. Kusta dapat disembuhkan dengan terapi kombinasi obat yang dinilai efektif. 
3. Berdasarkan data WHO, deteksi kasus baru tiap tahun dominan berasal dari wilayah Asia Tenggara. 

Faktor Risiko Kusta

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit kusta, antara lain:

  • Melakukan kontak dengan seseorang yang alami infeksi, seperti bersin atau batuk.
  • Kontak dekat dan berulang dengan seseorang yang mengidap penyakit ini yang tidak diobati dalam waktu lama.
  • Memiliki kelainan genetik pada sistem imun.
  • Tinggal di area endemik kusta.

Epidemiologi Kusta di Indonesia

Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengendalian kusta.

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah kasus kusta terbanyak setelah India dan Brasil.

Pada tahun 2023, prevalensi kusta di Indonesia adalah 0,71 per 10.000 penduduk, dengan total 18.248 kasus terdaftar.

Upaya eliminasi kusta terus dilakukan dengan fokus pada deteksi dini dan pengobatan yang efektif.

Gejala Kusta

Gejala atau ciri ciri penyakit kusta bisa bervariasi tergantung pada jenis dan tahap infeksi.  Beberapa gejala umumnya meliputi: 

  • Bercak kulit yang mati rasa. Kulit bisa menunjukkan bercak putih atau merah dengan perasaan mati rasa, yang disebabkan oleh kerusakan saraf. 
  • Penebalan kulit: Kulit di sekitar bercak bisa menebal dan kasar. 
  • Luka yang sulit sembuh: Luka pada kulit bisa muncul dan sembuh sangat lambat. 
  • Pembesaran saraf: Saraf yang terinfeksi bisa membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau mati rasa pada area tubuh tertentu. 
  • Kehilangan sensasi: Penderita kusta sering kehilangan kemampuan untuk merasakan rasa sakit, suhu, atau sentuhan, terutama di bagian tubuh yang terinfeksi. 
  • Masalah pada mata: Kusta bisa menyebabkan mata kering, iritasi atau bahkan kebutaan jika tidak ditangani dengan baik. 
  • Penyusutan otot: Pada beberapa kasus, otot-otot tertentu bisa menyusut menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan.

Jenis-Jenis Kusta

Kusta terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan gejala klinis dan pola infeksi yang terjadi. Berikut adalah jenis-jenis kusta:

1. Tuberkuloid

Jenis kusta yang paling ringan. Orang dengan tipe ini hanya memiliki satu atau beberapa bercak datar berwarna pucat (kusta paucibacillary) disingkat PB. Daerah kulit yang terkena bisa mati rasa karena kerusakan saraf di bawahnya. Kusta tuberkuloid kurang menular dari jenis-jenis lainnya.

2. Lepromatosa

Jenis kusta yang lebih parah. Pengidap kusta jenis ini akan memiliki benjolan luas di kulit dan ruam (kusta multibasiler), mengalami mati rasa, dan kelemahan otot. Selain itu, hidung, ginjal, dan organ reproduksi laki-laki juga dapat terpengaruh. Kusta lepromatosa lebih menular dari kusta tuberkuloid.

3. Borderline

Pada tipe ini, seseorang memiliki gejala gabungan dari kusta jenis tuberkuloid dan jenis lepromatosa.

Diagnosis Kusta

Untuk memastikan gangguan pada kulit dan saraf ini benar disebabkan oleh kusta atau tidak, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:

  • Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri Lepra.
  • Pemeriksaan histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi.
  • Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akibat infeksi.

Setelah mengidentifikasi tiga tanda utama dari gejala kusta, yaitu lesi kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi, dan hasil bakterioskopik positif, dokter dapat memastikan diagnosisnya.

Setelah itu, tindakan pengobatan yang tepat bisa ditentukan sehingga masalah yang terjadi dapat teratasi dengan baik.

Pengobatan Kusta

Pengobatan kusta yang paling utama untuk memutuskan mata rantai penularan, menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan pengidap, serta mencegah timbulnya kecacatan.

Agar seseorang bisa sembuh dan mencegah resistensi, pengobatan yang dilakukan perlu menggunakan kombinasi beberapa antibiotik.

Untuk mencegah kekambuhan, pengidap kusta diberikan kombinasi antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter akan menentukan obat kusta seperti antibiotik, dosis, dan durasi penggunaannya berdasarkan jenis kusta yang menyerang. 

Terapi Multi-obat (multidrug therapy) adalah pengobatan umum yang mampu mengobati kusta dengan kombinasi antibiotik.

Nah, berikut pemberian antibiotik berdasarkan klasifikasi kusta yang menyerang:

  • Kusta Pausibasiler: Pengidap kusta perlu minum dua antibiotik, seperti dapson setiap hari dan rifampisin sebulan sekali.
  • Kusta Multibasiler: Pengidap kusta perlu mengonsumsi antibiotik dapson setiap hari dan rifampisin sebulan sekali dengan tambahan clofazimine sebagai dosis harian. Seseorang perlu menjalani terapi multidrug selama 1-2 tahun agar sembuh.

Dokter juga dapat memberikan obat antiinflamasi untuk mengontrol nyeri saraf dan kerusakan yang berhubungan dengan kusta.

Beberapa obat antiinflamasi ini bisa termasuk steroid.

Penanganan kusta sebenarnya tidak cuma melalui obat-obatan saja. Penanganan penyakit ini juga bisa melalui tindakan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan bagi pengidap kusta, yaitu:

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh pengidap yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.

Studi Mengenai Kusta

Berdasarkan studi dari StarPearls mengenai kusta berjudul Leprosy (2023), gabungan obat yang biasa digunakan termasuk dapsone, rifampisin, dan untuk penyakit lepromatosa terbukti menjadi yang paling efisien untuk mengobati kusta. 

Dalam pengobatan kusta, selain pengobatan modern menggunakan kombinasi obat (MDT) seperti dapsone, rifampisin, dan clofazimine, ada beberapa terapi tradisional yang telah digunakan di berbagai budaya untuk membantu mengelola gejala kusta, terutama dalam konteks pengobatan penunjang atau pelengkap. Beberapa terapi tradisional ini melibatkan penggunaan tanaman obat, ramuan herbal, dan terapi alam lainnya.

Terapi tradisional harus digunakan bersama dengan pengobatan medis yang sudah terbukti efektif, seperti MDT. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali lebih dalam potensi terapi tradisional dan peranannya dalam pengobatan kusta modern.

Komplikasi Kusta

Kusta yang tak ditangani dengan cepat dan efektif bisa menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu:

  • Kebutaan atau glaukoma.
  • Disfigurasi wajah, termasuk pembengkakan permanen dan benjolan.
  • Gagal ginjal.
  • Kelemahan otot yang mengarah ke tangan.
  • Ketidakmampuan melenturkan kaki.
  • Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
  • Cacat progresif atau kerusakan permanen pada bagian hidung, alis, atau jari kaki.
  • Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria.
  • Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung dapat menyebabkan mimisan dan hidung tersumbat kronis. 

Selain itu, kerusakan pada saraf juga dapat menyebabkan seseorang kehilangan indra perasa yang berbahaya.

Masalah ini dapat menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan sakit saat terluka, terbakar, atau bahkan mengalami cedera pada bagian tubuh.

Pencegahan Kusta

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kusta, yaitu:

  •  Menghindari kontak dekat dalam jangka panjang pada seseorang yang terinfeksi tetapi tidak diobati. 
  • Hindari juga daerah yang mengalami endemik dari penyakit kusta.
  • Pastikan juga untuk melakukan diagnosis dini jika mengalami gejala dari penyakit ini, dan segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah penularan pada orang lain. 

Hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah kusta agar tidak menyebabkan gangguan pada tubuh.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu mengalami beberapa gejala yang mengarah pada penyakit kusta, ada baiknya segera menghubungi dokter untuk memastikannya dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Kamu dapat menghubungi dokter spesialis kulit dan kelamin yang ada di Halodoc dengan cara klik banner di bawah ini!

Diperbaharui pada 26 Juni 2025. 
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2025. Leprosy Overview.
WebMD. Diakses pada 2025. What are the complications of leprosy?
WHO. Diakses pada 2025. Leprosy.
CDC. Diakses pada 2025. Hansen’s Disease (Leprosy).
Web MD. Diakses pada 2025. Leprosy (Hansen’s Disease).
StatPearls. Diakses pada 2025. Leprosy. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Leprosy. 
Healthline. Diakses pada 2025. Leprosy.

FAQ

1. Bagaimana ciri-ciri kusta sudah sembuh?

Kusta adalah penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, tetapi untuk memastikan bahwa seseorang telah sembuh dari kusta, ada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat.

Berikut ciri-ciri kusta yang sudah sembuh:

  • Tidak ada lesi baru atau penyebaran: Lesi kulit yang ada sebelumnya sembuh, dan tidak ada lesi baru yang muncul.
  • Normalisasi sensasi kulit: Sensasi di area kulit yang sebelumnya mati rasa mulai kembali normal.
  • Perbaikan pada saraf perifer: Kelemahan atau kelumpuhan pada bagian tubuh yang terdampak berkurang atau hilang.
  • Tidak ada bakteri yang terdeteksi: Tes laboratorium (seperti PCR atau biopsi kulit) tidak mendeteksi infeksi bakteri Mycobacterium leprae.
  • Tidak ada gejala sistemik: Tidak ada gejala seperti demam atau rasa tidak nyaman secara umum yang mengindikasikan adanya infeksi. 

2. Apa saja makanan yang tidak boleh dimakan penderita kusta?

Penderita kusta tidak memiliki pantangan makanan yang spesifik yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya secara langsung. Namun, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari:

  • Makanan tinggi gula: Dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan dan menurunkan kekebalan tubuh
  • Makanan tinggi lemak trans dan lemak jenuh: Seperti gorengan dan makanan cepat saji, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya
  • Makanan dengan pengawet dan penyedap buatan: Seperti MSG, yang bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan metabolisme
  • Alkohol: Dapat memengaruhi daya tahan tubuh, fungsi hati, dan berinteraksi dengan obat-obatan pengobatan kusta
  • Makanan pedas: Bisa menyebabkan iritasi pada pencernaan dan memperburuk gejala pada beberapa penderita.

3. Apakah kusta sangat menular?

Kusta tidak dengan mudah menular. Penularan membutuhkan kontak dekat dan berkepanjangan dengan penderita yang tidak diobati.

4. Apakah kusta bisa disembuhkan?

Ya, kusta bisa disembuhkan dengan terapi multidrug (MDT).

5. Apakah ada vaksin untuk kusta?

Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah kusta.

6. Apakah kusta adalah penyakit keturunan?

Kusta bukan penyakit keturunan, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp