halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Scolionophobia

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

Pengertian Scolionophobia

Scolionophobia adalah ketakutan yang intens terhadap sekolah yang melekat pada anak untuk waktu yang lama. Ini bukan diagnosis klinis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Hanya, beberapa ahli kesehatan melihatnya mirip dengan fobia spesifik.

Banyak anak merasa enggan pergi ke sekolah dengan banyak alasan. Namun, anak dengan skolionofobia merasa tidak aman atau cemas memikirkan pergi ke sekolah. Mereka bahkan mungkin sakit secara fisik. Seorang anak dengan skolionofobia sering melewatkan beberapa hari sekolah karena alasan yang tidak jelas.

Para ahli meyakini bahwa fobia sekolah atau penolakan sekolah memiliki hubungan dengan gangguan kecemasan lain. Gangguan kesehatan ini juga memiliki nama lain, yaitu didaskaleinophobia.

Penyebab Scolionophobia

Terkadang, tidak ada penyebab scolionophobia yang jelas. Namun, berbagai masalah yang muncul di sekolah atau rumah dapat berkontribusi pada kecemasan anak tentang sekolah. Misalnya, pada lingkungan rumah, anak-anak yang mengalami skolionofobia juga dapat mengalami:

  • Rasa takut akan kekerasan dalam lingkungan rumah.
  • Ketidakstabilan keuangan.
  • Pola makan dan asupan gizi tidak seimbang.
  • Minimnya rumah dengan kondisi yang layak atau tunawisma.
  • Kurangnya perhatian penuh dari orang tua atau pengasuh.
  • Perubahan keluarga yang signifikan, seperti pindah rumah, perceraian atau kematian.

Sementara itu, pada lingkungan sekolah, anak-anak mungkin mengalami fobia untuk pergi ke sekolah setelah mengalami:

  • Bullying, ejekan atau ancaman kekerasan fisik dari anak lain.
  • Rasa takut yang intens akan kritik, hukuman atau ejekan dari seorang guru atau staf sekolah lainnya.
  • Mengalami kesulitan belajar, seperti disleksia (kesulitan membaca dan bahasa) atau diskalkulia (kesulitan memahami matematika dan angka).
  • Memiliki rasa khawatir atau takut yang intens tentang peristiwa bencana, seperti ketakutan akan penembakan pada lingkup sekolah.

Faktor Risiko

Memasuki usia antara 18 dan 24 bulan, tak sedikit anak mengalami kecemasan akan perpisahan. Mereka mungkin menangis, marah, atau merasa cemas saat jauh dari orang tua atau pengasuh. Biasanya, anak tumbuh dari kecemasan akan perpisahan ini. Jika tidak, mereka mungkin mengembangkan scolionophobia.

Anak-anak lebih mungkin mengembangkan fobia sekolah jika mereka memiliki pengasuh yang cenderung terlalu protektif. Beberapa anak secara alami lebih cemas daripada yang lain. Selain itu, anak-anak juga lebih cenderung takut sekolah jika mereka:

  • Anak tunggal.
  • Anak bungsu.
  • Memiliki penyakit kronis.

Gejala yang Muncul

Bagi banyak anak, gejala utama scolionophobia lebih bersifat fisik. Ketika berpikir untuk pergi ke sekolah, anak-anak mungkin mengalami:

  • Diare.
  • Sakit kepala.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit perut.
  • Tremor atau gemetar tak terkendali.

Selain itu, anak-anak juga dapat mengalami gejala psikologis, termasuk:

  • Rasa takut meninggalkan pengasuh.
  • Memiliki ketakutan akan kegelapan.
  • Mengalami mimpi buruk.
  • Menunjukkan kemarahan berlebihan atau tantrum.

Diagnosis Scolionophobia

Scolionophobia tidak memiliki kriteria diagnosis khusus. Guna memahami akar penyebab mengapa anak menolak untuk pergi ke sekolah, dokter atau ahli kesehatan kejiwaan mungkin bertanya kepada ibu atau anak:

  • Gejala apa yang anak rasakan.
  • Apa yang terjadi ketika muncul gejala.
  • Berapa lama gejala berlangsung.
  • Peristiwa atau interaksi tertentu yang memicu gejala.
  • Apa yang bisa membantu menghilangkan gejala.

Pengobatan Scolionophobia

Anak-anak dengan gejala scolionophobia ringan dapat meminta bantuan orang tua, pengasuh, dan guru untuk mengatasi ketakutan terkait sekolah.

Sementara itu, jika gejalanya parah atau terkait dengan kesehatan mental lain, anak dapat memperoleh salah satu dari beberapa metode penanganan berikut ini.

  • Terapi bicara. Terapi perilaku kognitif (CBT), sering disebut terapi bicara, membantu anak-anak mengidentifikasi pikiran yang tidak benar atau berhubungan dengan ketakutan yang mereka rasakan. Terapis selanjutnya akan mengajari anak-anak cara mengganti pikiran yang tidak benar dengan pikiran yang rasional.
  • Terapi perilaku dialektis (DBT). Prosedur penanganan ini menggunakan empat keterampilan khusus untuk membantu anak bekerja melalui emosi yang kuat. Terapis mengajari anak-anak dua keterampilan yang berorientasi pada penerimaan dan dua keterampilan yang berorientasi pada perubahan. Tujuannya untuk membantu anak memahami pikiran mereka memengaruhi perilaku. Melalui pemahaman ini, anak dapat mengelola emosi negatif dan hubungan interpersonal dengan lebih baik.
  • Terapi pemaparan. Terapi ini bekerja dengan memperkenalkan ketakutan spesifik secara perlahan ke dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak dapat memulai dengan memvisualisasikan interaksi di  sekolah.
  • Pengobatan. Terutama jika seorang anak memiliki kondisi kesehatan mental lain, pengobatan dapat membantu. Misalnya, anak-anak dapat menggunakan antidepresan seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). Pengobatan ini dapat mengatasi gangguan kecemasan yang mendasarinya.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Sangat penting untuk segera memberikan penanganan pada anak yang mengalami rasa takut berlebihan saat ke sekolah.

Sebab, kondisi ini juga memiliki hubungan dengan masalah kesehatan mental lainnya, termasuk:

  • Gangguan kecemasan umum.
  • Kelainan obsesif-kompulsif.
  • Stres pasca-trauma (PTSD).
  • Mengalami kecemasan sosial.

Pencegahan

Sambil melanjutkan pengobatan, ibu bisa membantu anak mengendalikan rasa takut mereka dan mencegah munculnya gejala, misalnya dengan:

  • Belajar teknik meditasi untuk membantu anak mengurangi rasa stres.
  • Berlatih metode pernapasan untuk mengatasi serangan cemas atau panik.
  • Memberikan afirmasi yang positif terus-menerus.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika anak menunjukkan gejala rasa takut ke sekolah atau scolionophobia yang berlebihan, orang tua sebaiknya meminta bantuan kepada profesional kesehatan.

Tujuannya agar anak bisa mendapatkan penanganan dan tidak terjadi komplikasi yang lebih buruk lagi. Ibu bisa menghubungi psikiater tepercaya di Halodoc yang tersedia 24 jam. Tenang saja, privasi kamu terjamin aman bersama kami.

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Scolionophobia (Fear of School).
Psych Times. Diakses pada 2023. Scolionophobia (Fear of School).

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp