halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Sindrom Asperger

REVIEWED_BY  dr. Erlin SpA  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Pengertian Sindrom Asperger
  • Penyebab Sindrom Asperger
  • Faktor Risiko Sindrom Asperger
  • Gejala Sindrom Asperger
  • Diagnosis Sindrom Asperger
  • Apa Kata Studi Mengenai Sindrom Asperger
  • Komplikasi Sindrom Asperger
  • Pengobatan Sindrom Asperger
  • Pencegahan Sindrom Asperger
  • Kapan Harus ke Dokter

Pengertian Sindrom Asperger

Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Gangguan spektrum autisme atau yang lebih dikenal autisme merupakan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Penyebab Sindrom Asperger

Hingga saat ini penyebab sindrom Asperger tidak diketahui secara pasti. Namun, penyebab sindrom ini disejajarkan dengan penyebab gangguan spektrum autisme. Para ahli mempercayai bahwa bahwa kelainan genetik yang diturunkan berperan dalam terjadinya gangguan spektrum autisme dan juga kondisi ini.

Selain faktor keturunan, peneliti juga masih mengidentifikasi faktor lainnya. Seperti infeksi virus, obat-obatan, komplikasi selama kehamilan, atau polusi udara yang mungkin juga berperan dalam perkembangan kondisi ini. 

Fakta Penting Terkait Sindrom Asperger

1. Salah satu ciri khas utama sindrom Asperger adalah tidak adanya keterlambatan perkembangan bahasa. 
2. Kemampuan kognitif normal atau di atas rata-rata. 
3. Penderita sindrom Asperger sering kali sangat terikat pada rutinitas dan kebiasaan tertentu. 

Faktor Risiko Sindrom Asperger

Sejumlah faktor yang diketahui mampu meningkatkan risiko Asperger syndrome adalah meliputi:

  • Jenis kelamin anak. Anak laki-laki punya peluang 4 kali lebih besar untuk mengidap sindrom ini daripada anak perempuan.
  • Riwayat keluarga. Keluarga yang memiliki satu anak dengan gangguan spektrum autisme, memiliki peningkatan risiko memiliki anak lain dengan gangguan tersebut
  • Gangguan lainnya. Anak-anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengidap kondisi ini.
  • Bayi sangat prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu mungkin memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan spektrum autisme atau sindrom Asperger.
  • Usia orang tua. Hamil di usia tua juga meningkatkan risiko sindrom ini. 

Gejala Sindrom Asperger

Sindrom ini memiliki gejala-gejala yang tidak terlalu berat dibandingkan dengan jenis penyakit autisme lainnya. Di balik kecerdasan yang dimiliki pengidap sindrom ini, ada beberapa tanda atau gejala yang khas, yaitu:

  • Sulit berinteraksi. Pengidap sindrom ini mengalami kecanggungan dalam melakukan interaksi sosial, baik dengan keluarga maupun orang lain. Jangankan berkomunikasi, bahkan untuk melakukan kontak mata saja agak sulit.
  • Tidak ekspresif. Pengidap kondisi ini jarang menampilkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang berkaitan dengan ungkapan. Ketika bahagia, pengidapnya akan susah untuk tersenyum atau tidak bisa tertawa meskipun menerima suatu candaan yang lucu. Pengidap juga akan berbicara dengan nada yang datar-datar saja.
  • Kurang peka. Saat berinteraksi dengan orang lain, pengidap sindrom ini hanya berfokus menceritakan diri sendiri. Mereka tidak punya ketertarikan dengan apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Pengidapnya bisa menghabiskan waktu berjam-jam membahas hobi yang disenanginya. Misalnya membicarakan tentang klub, pemain, dan pertandingan sepak bola yang disukainya kepada lawan bicara.
  • Obsesif, repetitif, dan kurang menyukai perubahan. Rutin melakukan hal yang sama secara berulang-ulang (repetitif) dan tidak menerima perubahan pada sekitarnya adalah ciri khas pengidap sindrom ini. Salah satu tanda yang paling terlihat adalah suka mengonsumsi jenis makanan yang sama selama beberapa waktu, atau lebih suka berdiam diri di dalam kelas ketika jam istirahat berlangsung.
  • Gangguan motorik. Anak yang mengidap sindrom ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya, jika dibandingkan dengan anak seusianya. Oleh karena itu, mereka sering tampak kesulitan saat melakukan kegiatan-kegiatan biasa, seperti menangkap bola, mengendarai sepeda, atau memanjat pohon.
  • Gangguan fisik atau koordinasi. Kondisi fisik pengidap sindrom ini tergolong lemah. Salah satu tandanya adalah gaya berjalan pengidap cenderung kaku dan mudah goyah.

Diagnosis Sindrom Asperger

Untuk mendiagnosis sindrom Asperger, psikolog, psikiater, atau dokter anak akan melakukan evaluasi menyeluruh yang mencangkup berbagai aspek. Hal ini termasuk riwayat  medis, perkembangan sosial, perilaku, dan keterampilan komunikasi. 

Berikut adalah beberapa langkah dalam proses diagnosis sindrom Asperger: 

1. Pemeriksaan riwayat medis dan perkembangan

Dokter akan mengumpulkan informasi mengenai perkembangan anak atau individu, termasuk riwayat keluarga dan pencapaian tonggak perkembangan. Contohnya seperti kemampuan berbicara, keterampilan sosial, dan perilaku sejak masa kanak-kanak.

2. Penilaian keterampilan sosial dan komunikasi

Individu dengan sindrom Asperger umumnya mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan memahami isyarat sosial. Pemeriksaan ini mencakup observasi perilaku sosial, keterampilan berbicara, pemahaman konteks sosial, dan cara individu tersebut merespons atau berkomunikasi dengan orang lain.

3. Tes diagnostik standar

Profesional medis biasanya menggunakan alat diagnostik yang telah distandarisasi, seperti Autism diagnostic observations schedule (ADOS) dan Autism diagnostic interview-revised (ADI-R). Tes ini membantu mengidentifikasi gejala khas yang berkaitan dengan gangguan spektrum autisme, termasuk Sindrom Asperger.

4. Kriteria DSM-5

Diagnosis sindrom Asperger berdasarkan kriteria dalam Diagnostic and statistical manual of mental disorders, fifth edition (DSM-5). Dalam DSM-5, sindrom Asperger dimasukkan dalam kategori gangguan spektrum autisme, dan untuk diagnosis yang tepat, pasien harus menunjukkan kesulitan dalam interaksi sosial dan pola perilaku terbatas serta berulang sejak masa kanak-kanak.

5. Pemeriksaan tambahan

Untuk menyingkirkan gangguan atau kondisi medis lain yang mungkin meniru gejala Asperger, pemeriksaan medis tambahan seperti tes pendengaran, tes kecerdasan, atau pemeriksaan psikologis lainnya mungkin dilakukan.

Apa Kata Studi Terkait Sindrom Asperger?

Menurut studi yang diterbitkan oleh Cureus Journal berjudul Asperger Syndrome (AS): A Review Article (2022), sindrom ini ditandai dengan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, gangguan dalam keterampilan komunikasi, serta pola perilaku yang terbatas dan repetitif. 

Meskipun penyebab pasti dari sindrom Asperger masih belum diketahui, banyak penelitian menyarankan bahwa faktor keturunan dan lingkungan kemungkinan besar berperan dalam perkembangan sindrom ini. 

Studi juga menunjukkan bahwa sindrom Asperger sering kali muncul bersamaan dengan gangguan neuropsikiatri lainnya, seperti perilaku obsesif-kompulsif, gangguan tidur, sindrom Tourette ADHD, dan gangguan kecemasan. 

Hal ini dapat mengakibatkan dampak psikologis yang lebih besar bagi individu yang mengalaminya, termasuk kesulitan dalam mengelola stres, berinteraksi dalam situasi sosial, serta menurunnya kemampuan intelektual dan tanggung jawab. 

Komplikasi Sindrom Asperger

Jika tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan, sindrom Asperger dapat menyebabkan beberapa komplikasi, baik dalam aspek sosial, emosional, maupun kesehatan mental. Berikut beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat sindrom Asperger: 

  • Kesulitan sosial dan interaksi. 
  • Gangguan kesehatan mental. 
  • Perilaku repetitif dan minat terbatas. 
  • Masalah keterampilan akademik dan profesional. 
  • Kesulitan motorik dan koordinasi. 
  • Masalah tidur. 
  • Penyakit fisik dan gangguan pencernaan. 

Pengobatan Sindrom Asperger

Sindrom Asperger tidak dapat diobati. Meski begitu, ada beberapa terapi yang membantu pengidapnya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, regulasi emosi, dan interaksi sosial. Berbagai pendekatan terapinya meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif.  Ini adalah jenis psikoterapi yang dapat membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif. Terapi ini dapat membantu mengatasi kecemasan, depresi, dan tantangan pribadi lainnya atau kesulitan sehari-hari.
  • Terapi berbicara. Melalui terapi wicara, terapis dapat mengevaluasi dan membantu pengidap dalam berkomunikasi. 
  • Pelatihan keterampilan sosial. Program keterampilan sosial mengatasi masalah interaksi sosial untuk pengidap sindrom ini. Keterampilan yang diajarkan dapat berkisar dari keterampilan percakapan hingga memahami isyarat sosial dan bahasa non-harfiah, seperti bahasa gaul dan ekspresi yang umum digunakan.
  • Terapi fisik (PT) dan terapi okupasi (OT). PT dan OT dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan koordinasi. PT juga dapat membantu anak-anak dengan Asperger mengatasi masalah sensorik.
  • Obat-obatan. Meskipun tidak ada obat yang secara langsung menyembuhkan sindrom Asperger, obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengelola beberapa gejala terkait, seperti kecemasan, depresi, perilaku agresif, atau kesulitan tidur yang mungkin muncul pada individu dengan sindrom ini. Obat yang mungkin diberikan berupa antidepresan, obat untuk mengatur kecemasan, obat antipsikotik, dan obat tidur. 

Selain terapi untuk pengidap sindrom Asperger, orang tua mungkin juga perlu mengikuti pelatihan. Pelatihan dan terapi orang tua dapat membantu mereka mendapatkan dukungan dalam membesarkan anak dengan spektrum autisme.

Pencegahan Sindrom Asperger

Seperti autisme, terjadinya sindrom Asperger pada anak tidak bisa dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau mendukung anak dengan gejala sejak dini, seperti: 

  • Konseling genetika dan keturunan. 
  • Intervensi dini. 
  • Mengurangi paparan zat berbahaya selama kehamilan. 
  • Mendukung kesehatan otak dengan nutrisi yang baik. 
  • Penyuluhan dan dukungan orang tua. 
  • Pemantauan perkembangan anak. 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika keluarga atau kerabat mengalami tanda atau gejala yang disebutkan di atas, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak.

Gunakan aplikasi Halodoc untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara mudah dan praktis. Klik gambar berikut untuk memesannya sekarang:

Home Lab Halodoc
Diperbaharui pada 24 Februari 2025. 
Referensi:
American Psychiatric Association. Diakses pada 2025. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 
Routledge. Diakses pada 2025. Asperger Syndrome: A Guide for Parents and Professionals. 
Cureus Journal. Diakses pada 2025. Asperger Syndrome (AS): A Review Article. 
Healthline. Diakses pada 2025. Asperger’s Syndrome.
Everyday Health. Diakses pada 2025. What Are the Causes and Risk Factors for Asperger’s Syndrome?
Nationwide Children’s. Diakses pada 2025. Asperger’s Syndrome.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Autism spectrum disorder.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp