Ketahui Gejala Sindrom Horner yang Terjadi pada Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 November 2018
Ketahui Gejala Sindrom Horner yang Terjadi pada AnakKetahui Gejala Sindrom Horner yang Terjadi pada Anak

Halodoc, Jakarta - Sindrom Horner adalah sebuah kombinasi tanda dan gejala yang disebabkan oleh gangguan jalur saraf dari otak ke wajah dan mata di satu sisi tubuh. Sindrom Horner akan menyebabkan ukuran pupil menjadi turun, kelopak mata juga menurun, dan keringat yang berkurang pada sisi wajah yang terserang sindrom ini. Sindrom ini juga dikenal dengan oculosympathetic palsy dan sindrom Bernard-Horner.

Sindrom Horner adalah gejala dari penyakit lain, seperti stroke, tumor, atau cedera tulang belakang. Pada beberapa kejadian juga tidak diketahui penyebab dasar yang membuat sindrom Horner terjadi. Tidak ada pengobatan yang khusus untuk seseorang yang mengidap sindrom Horner, pengobatan yang akan dilakukan adalah memulihkan fungsi saraf kembali menjadi normal. Sindrom Horner termasuk penyakit yang langka dan dapat menyerang semua orang di segala usia.

Gejala Sindrom Horner

Gangguan penglihatan sering terjadi karena gejala dari penyakit ini banyak memengaruhi kesehatan mata. Sindrom Horner hanya dapat memengaruhi salah satu bagian wajah yang mengidapnya dan gejala yang paling umum terjadi adalah:

  1. Perbedaan ukuran pupil yang kentara pada kedua mata.

  2. Pupil mata yang mengecil atau miosis.

  3. Pupil lambat merespon ketika berada di ruangan yang gelap.

  4. Kelopak mata atas turun, sedangkan kelopak mata bawah naik

  5. Satu sisi wajah hanya mengeluarkan sedikit keringat atau tidak dapat berkeringat sama sekali dibandingkan sisi satunya.

Lalu, gejala sindrom Horner yang dapat terjadi pada anak-anak, yaitu:

  1. Kulit pada sisi wajah yang mengalami sindrom Horner tidak memerah ketika kepanasan, saat marah atau menangis, dan berkeringat

  2. Ketika terjadi pada anak di bawah usia 1 tahun, warna lingkaran tengah mata (iris) lebih gelap pada bagian yang tidak mengalami sindrom ini

Beberapa faktor dari sindrom Horner yang dapat menyebabkan hal yang lebih serius dan butuh diagnosis yang cepat dan akurat. Jika tanda atau gejala dari sindrom Horner yang muncul secara tiba-tiba dan terjadi setelah cedera yang menyebabkan trauma dan berbarengan dengan gejala ini, maka harus segera mendapatkan perawatan. Gejala-gejala lainnya, yaitu:

  1. Gangguan penglihatan.

  2. Pusing.

  3. Otot menjadi lemah atau kontrol otot berkurang.

  4. Sakit kepala yang parah atau sakit kepala mendadak.

Lalu, cara diagnosis sindrom Horner sejak dini adalah dengan mengetahui penyebab yang mendasarinya. Penyebabnya adalah:

  1. Neuron orde pertama yang menyebabkan disartria, disfagia, ataksia, atau pun kehilangan hemisensory.

  2. Neuron orde kedua yang mungkin terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat trauma atau pembedahan sebelumnya, penempatan saluran vena sentral, atau riwayat aplikasi tabung dada.

  3. Neuron orde ketiga yang dapat menyebabkan diplopia karena kelumpuhan salah satu saraf kranial, mati rasa atau nyeri di daerah distribusi oftalmik, dan divisi maksilaris saraf trigeminal.

Lalu, pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Miosis pupil yang melebar perlahan dapat menjadi stimulus psiko sensoris.

  2. Tidak adanya lipatan kelopak mata horizontal pada mata yang mengidap sindrom Horner.

  3. Batas kelopak mata bawah terangkat.

  4. Pemeriksaan biomikroskopi dapat menunjukkan heterochromia iridis.

  5. Reaksi pupil normal terhadap cahaya lambat.

Itu lah gejala sindrom Horner pada anak dan juga orang dewasa. Apabila kamu mempunyai pertanyaan perihal sindrom Horner, dokter-dokter dari Halodoc siap membantu. Caranya mudah, hanya dengan download aplikasi Halodoc di Apps Store atau Play Store.

Baca juga:

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan