Rumah Kotor, Hati-Hati Bahaya Pes Akibat Tikus

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   31 Oktober 2018
Rumah Kotor, Hati-Hati Bahaya Pes Akibat TikusRumah Kotor, Hati-Hati Bahaya Pes Akibat Tikus

Halodoc, Jakarta - Selain nyamuk, tikus merupakan salah satu hewan yang kerap menjadi musuh rumah tangga. Di negara kita sendiri, setidaknya ada tiga jenis tikus yang biasanya berkeliaran di sekitar rumah. Mulai dari tikus got (rattus norvegicus), tikus rumah atau tikus atap (rattus rattus), hingga mencit rumah (mus musculus).

Jangan main-main dengan hewan yang satu ini, lho. Sebab, hewan pengerat ini bisa menyebarkan berbagai penyakit, salah satunya pes. Pes yang juga biasa disebut dengan plague atau sampar, merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis.

Bagi kamu yang asing dengan bakteri ini, melalui catatan sejarah bakteri ini setidaknya telah menghilangkan nyawa lebih dari 75—200 juta manusia di abad pertengahan. Di masa tersebut, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis itu disebut dengan sebutan Black Death. Kata ahli, Black Death merupakan suatu penyakit hebat yang pertama kali melanda Eropa pada abad pertengahan (1347—1351), dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi penduduk Eropa.

Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2007 penyakit ini pernah mengalami Kejadian Luar Biasa. Kala itu terdapat 82 kasus dengan tingkat kematian sekitar 80 persen. Untungnya, kasus pes kini telah menurun hingga 5.000 orang per tahun di seluruh dunia, berkat antibiotik modern dan penanganan yang dini. Kata ahli, bakeri ini bisa disebarkan melalui perantara kutu yang menumpang hidup sebagai parasit di hewan sekitar kita, salah satunya tikus. 

Gegara Gigitan Kutu

Bakteri penyebab pes memang terdapat pada hewan, tapi penyakit  plague ini bisa menular ke manusia. Caranya penularannya melalui gigitan kutu tikus atau kontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi penyakit tersebut.

Selain tikus, hewan lain, seperti kucing, kelinci, domba, marmut, dan rusa juga bisa berperan sebagai perantara. Namun, perantara wabah yang paling sering jadi biang keladinya adalah kutu yang biasanya ada di tikus.

Nah, bakteri ini sendiri bisa tumbuh dan berkembang di kerongkongan kutu. Bakteri akan keluar dari kerongkongan kutu dan masuk ke kulit, ketika kutu tersebut menggigit hewan atau manusia dan menghisap darah dari tubuh inang.

Tahap berikutnya, bakteri ini akan menyerang kelenjar getah bening hingga menyebabkan peradangan. Dari sini, penyakit plague bisa menyebar ke berbagai organ tubuh lain.

Amati Gejalanya

Umumnya gejala penyakit ini mirip dengan dengan flu, seperti demam yang terjadi dua hingga enam hari setelah infeksi terjadi. Namun, kata ahli gejala pes juga bisa bervariasi tergantung dari organ yang terinfeksi. Nah, berikut gejala berdasarkan jenisnya:

  1. Bubonic plague, dapat muncul 2-5 hari setelah terkena bakteri. Biasanya gejala yang akan muncul berupa: nyeri otot, kejang, sakit kepala, merasa tidak enak badan, pembengkakan di kelenjar getah bening yang biasanya ditemukan di paha, tapi bisa juga di ketiak atau leher.

  2. Pneumonic plague, pengidap jenis ini bisa merasakan gejalanya setelah 2-3 hari setelah paparan. Gejalanya bisa berupa: batuk parah, demam, kesulitan bernapas dan sakit pada dada saat bernapas dalam-dalam, serta dahak yang berbusa dan berdarah.

  3. Septicemic plague, ini merupakan jenis pes yang paling berbahaya. Septicemic plague bisa menyebabkan kematian sebelum gejala muncul. Nah berikut gejala-gejalanya yang bisa muncul: sakit perut, perdarahan akibat masalah pembekuan darah, diare, mual, muntah, dan demam.

Punya keluhan masalah kesehatan? Atau merasakan gejala-gejala seperti di atas? Jangan tunda untuk meminta bantuan ahli. Kamu bisa lho bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc untuk berdiskusi mengenai masalah tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Baca juga:

 

 

 

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan