Terapi Okupasi Bisa Bantu Orang dengan Keterbatasan Fisik

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   30 Januari 2019
Terapi Okupasi Bisa Bantu Orang dengan Keterbatasan FisikTerapi Okupasi Bisa Bantu Orang dengan Keterbatasan Fisik

Halodoc, Jakarta – Memiliki kondisi kesehatan tertentu, misalnya baru saja mengalami cedera, dapat membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pengidap mungkin saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan hal-hal sederhana yang dapat ia lakukan dengan baik saat kondisi tubuh mereka sehat dulu. Contohnya, makan, mandi, minum, menggunakan toilet dan sebagainya. Namun, kondisi ini bisa diatasi dengan melakukan terapi okupasi.

Akibatnya, pengidap harus selalu dibantu orang lain agar tetap bisa memenuhi kebutuhannya. Nah, untuk mengatasi kondisi inilah, terapi okupasi diperlukan. Dengan menjalani terapi okupasi, orang dengan keterbatasan fisik diharapkan dapat melakukan kegiatan-kegiatan dasar sehari-hari secara mandiri.

Apa Itu Terapi Okupasi?

Terapi okupasi adalah perawatan khusus yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu agar mampu melakukan hal-hal penting sendiri. Entah itu untuk melakukan perawatan diri (makan, mandi, berpakaian), pengembangan diri (membaca, berhitung, ataupun bersosialisasi), latihan fisik (melatih gerakan sendi, kekuatan otot, dan kelenturan), menggunakan alat bantu, serta kegiatan lainnya. Pengobatan melalui terapi okupasi dilakukan dengan cara memberikan pengidap tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi serta kerja otot-otot tertentu. Melalui terapi ini, pengidap diharapkan dapat menjalani kesehariannya dengan mandiri.

Siapa Saja yang Perlu Melakukan Terapi Okupasi?

Terapi okupasi ditujukan bagi mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat memiliki kondisi kesehatan tertentu. Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat membuat pengidap membutuhkan terapi okupasi:

  • Mereka yang sedang dalam masa pemulihan dan kembali bekerja setelah mengalami cedera yang berhubungan dengan pekerjaannya.

  • Orang-orang yang terlahir dengan gangguan mental dan fisik. Selain itu, mereka yang tiba-tiba mengalami kondisi kesehatan serius, seperti stroke, serangan jantung, cedera otak, dan amputasi.

  • Pengidap penyakit kronis, misalnya arthritis, multiple sclerosis, ataupun penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

  • Pengidap kesehatan mental atau masalah perilaku, contohnya penyakit Alzheimer, stres pasca trauma, gangguan makan, dan penyalahgunaan obat-obatan.

  • Mereka yang memiliki ketidakmampuan belajar atau mengalami perkembangan yang tidak normal.

Baca juga: Terapi Psikologi Dapat Atasi Bulimia, Kok Bisa?

Terapi okupasi tidak hanya bisa dilakukan pada orang dewasa, anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan tertentu juga dapat menjalani terapi ini agar lebih mandiri. Berikut kondisi anak yang biasanya membutuhkan terapi okupasi:

  • Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah kondisi neurologis yang berdampak pada otak dan sistem saraf, sehingga membuat pengidapnya memiliki koordinasi tubuh atau melakukan gerakan yang tidak normal. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan anak-anak kesulitan melakukan segala hal, seperti makan dan mandi. Karena itulah, anak dengan cerebral palsy dianjurkan untuk menjalani terapi okupasi agar dapat menjalani aktivitasnya dengan baik, seperti anak-anak pada umumnya.

  • Sindrom Down

Kondisi lainnya yang memerlukan terapi okupasi adalah sindrom down. Anak-anak dengan sindrom down mengalami perkembangan fisik yang tidak normal, sehingga menyebabkan mereka kesulitan belajar.

Baca juga: Cara Penanganan Anak yang Memiliki Gejala Sindrom Down

  • Dispraksia

Anak-anak yang mengalami dispraksia, yaitu kondisi cacat yang memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh juga perlu melakukan terapi okupasi.

  • Spina Bifida

Spina bifida adalah serangkaian cacat lahir yang memengaruhi perkembangan tulang belakang dan sistem saraf seseorang. Anak-anak yang mengalami kondisi ini memiliki otot-otot tubuh bagian bawah yang lemah. Kondisi ini juga menyebabkan mereka mengalami gangguan dalam proses belajar. Jadi, terapi okupasi bisa menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan spina bifida.

  • Ketidakmampuan Belajar

Terapi okupasi juga dapat membantu anak-anak yang memiliki kesulitan belajar agar dapat memiliki perkembangan kecerdasan seperti anak-anak pada umumnya. Namun, kesulitan belajar yang dimaksud di sini adalah akibat cacat yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami informasi dan berkomunikasi.

Baca juga: Proses Belajar Efektif untuk Anak Disleksia

Nah, itulah berbagai macam manfaat yang bisa didapat melalui terapi okupasi. Bila ada anggota keluarga atau seseorang yang kamu kenal memiliki keterbatasan fisik, kamu bisa menyarankan mereka untuk melakukan terapi okupasi. Jangan lupa beritahu mereka untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter, agar terapi yang diberikan sesuai dan dapat memberi manfaat yang optimal untuk pengidap.

Buat kamu yang ingin tahu lebih banyak seputar terapi okupasi, tanyakan saja kepada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk bertanya-tanya kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan