TURP: Pengertian dan Prosedur Reseksi Prostat, Ringkas!
TURP adalah prosedur bedah minimal invasif untuk mengangkat bagian prostat yang membesar guna meredakan gejala saluran kemih akibat BPH.

DAFTAR ISI
- Apa Itu Transurethral Resection of the Prostate (TURP)?
- Kapan TURP Dibutuhkan?
- Gejala yang Meringankan untuk Dilakukan TURP
- Bagaimana Prosedur TURP Dilakukan?
- Risiko dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi Setelah TURP
- Pemulihan Setelah TURP
- Alternatif TURP
- Pencegahan Pembesaran Prostat
- Kapan Harus ke Dokter?
- FAQ
Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah salah satu prosedur medis yang paling umum digunakan untuk mengatasi gejala pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
Kondisi ini sering dialami pria seiring bertambahnya usia dan dapat menyebabkan berbagai gangguan buang air kecil, seperti aliran urine lemah, sering buang air kecil di malam hari, atau rasa tidak tuntas setelah berkemih.
Prosedur TURP dilakukan tanpa sayatan luar, yakni melalui uretra, sehingga dinilai lebih minim invasif dan memiliki waktu pemulihan yang relatif singkat. Untuk kamu yang sedang mempertimbangkan prosedur ini atau ingin tahu lebih banyak, yuk simak informasi lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Transurethral Resection of the Prostate (TURP)?
Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah prosedur bedah yang bertujuan untuk mengangkat sebagian kelenjar prostat.
Tindakan ini dilakukan melalui uretra (saluran yang membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh) tanpa memerlukan sayatan eksternal.
TURP umumnya menjadi pilihan pengobatan untuk mengatasi gejala yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia).
Tujuan utama TURP adalah untuk mengurangi atau menghilangkan sumbatan pada uretra yang disebabkan oleh pembesaran prostat.
Dengan mengangkat jaringan prostat yang berlebihan, aliran urine dapat kembali normal, sehingga meringankan gejala seperti kesulitan buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari (nokturia), dan urgensi buang air kecil.
Kapan TURP Dibutuhkan?
TURP direkomendasikan ketika pengobatan lain untuk BPH, seperti obat-obatan, tidak efektif dalam mengurangi gejala atau ketika gejala tersebut sangat mengganggu kualitas hidup pasien.
Beberapa indikasi medis yang mendasari perlunya TURP meliputi:
- Kesulitan buang air kecil yang signifikan.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Urgensi untuk buang air kecil.
- Infeksi saluran kemih berulang.
- Kerusakan ginjal akibat retensi urine.
- Adanya batu kandung kemih.
Keputusan untuk menjalani TURP harus didiskusikan secara mendalam dengan dokter urologi, dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko prosedur, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Gejala yang Meringankan untuk Dilakukan TURP
TURP dapat membantu meringankan berbagai gejala yang disebabkan oleh BPH, termasuk:
- Aliran urine yang lemah atau terputus-putus.
- Kesulitan memulai buang air kecil.
- Mengedan saat buang air kecil.
- Merasa tidak tuntas setelah buang air kecil.
- Sering buang air kecil di siang dan malam hari.
- Urgensi untuk buang air kecil yang sulit ditahan.
Dengan mengurangi atau menghilangkan sumbatan pada uretra, TURP dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi ketidaknyamanan dan gangguan yang disebabkan oleh gejala-gejala tersebut.
Simak lebih dalam tentang kondisi BPH Benign Prostatic Hyperplasia – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya berikut ini.
Bagaimana Prosedur TURP Dilakukan?
Sebelum menjalani TURP, pasien akan melalui serangkaian pemeriksaan untuk memastikan prosedur ini benar-benar aman dan sesuai dengan kondisi mereka.
Tahap persiapan ini penting untuk mengurangi risiko komplikasi dan membantu dokter menentukan pendekatan yang paling tepat. Pemeriksaan sebelum TURP biasanya meliputi:
- Pemeriksaan fisik dan peninjauan riwayat kesehatan untuk memahami gejala serta penyakit penyerta.
- Pemeriksaan urine untuk mendeteksi infeksi atau kelainan lain yang harus ditangani terlebih dahulu.
- Pemeriksaan darah untuk mengevaluasi fungsi ginjal, kadar elektrolit, dan kemampuan pembekuan darah.
- Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai kondisi jantung, terutama pada pasien usia lanjut.
- Diskusi dengan dokter mengenai obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk apakah ada obat yang perlu dihentikan sementara.
Setelah persiapan selesai, prosedur TURP umumnya dilakukan dengan anestesi spinal atau general, tergantung kondisi pasien.
Dokter akan memasukkan resektoskop, alat seperti teleskop kecil yang memiliki kamera dan pisau pemotong, melalui uretra menuju prostat, sehingga tidak diperlukan sayatan pada kulit.
Dengan bantuan kamera, dokter dapat melihat jaringan prostat yang menyumbat saluran kemih dan mengangkatnya sedikit demi sedikit. Potongan jaringan tersebut kemudian dibilas keluar ke dalam kandung kemih melalui cairan khusus.
Setelah prosedur selesai, dokter akan memasang kateter untuk membantu aliran urine dan memberi waktu bagi area operasi untuk sembuh.
Biasanya, kateter ini tetap terpasang selama beberapa hari sampai peradangan mereda dan aliran urine kembali lancar.
Risiko dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi Setelah TURP
Seperti semua prosedur bedah, TURP memiliki risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, meskipun jarang. Beberapa risiko dan komplikasi TURP meliputi:
- Pendarahan.
- Infeksi saluran kemih.
- Retensi urine.
- Inkontinensia urine (kehilangan kontrol kandung kemih).
- Disfungsi ereksi.
- Ejakulasi retrograde (air mani mengalir ke kandung kemih, bukan keluar melalui penis).
- Striktur uretra (penyempitan uretra).
Penting untuk mendiskusikan risiko dan komplikasi ini dengan dokter sebelum menjalani TURP.
Waspadai gejala yang mengindikasikan Infeksi Saluran Kemih (ISK) – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan.
Pemulihan Setelah TURP
Masa pemulihan setelah TURP bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan pasien dan tingkat keparahan BPH.
Pasien biasanya perlu dirawat di rumah sakit selama 1-3 hari. Kateter biasanya dilepas setelah 24-48 jam.
Selama masa pemulihan, pasien mungkin mengalami:
- Nyeri atau ketidaknyamanan saat buang air kecil.
- Sering buang air kecil.
- Adanya darah dalam urine.
Dokter akan memberikan instruksi mengenai perawatan di rumah, termasuk:
- Minum banyak cairan.
- Menghindari aktivitas berat.
- Mengonsumsi obat pereda nyeri sesuai resep.
- Menghindari alkohol dan kafein.
Pasien biasanya dapat kembali ke aktivitas normal dalam beberapa minggu setelah TURP.
Alternatif TURP
Selain TURP, terdapat beberapa pilihan pengobatan lain untuk BPH, termasuk:
- Obat-obatan: Alpha-blockers dan 5-alpha reductase inhibitors dapat membantu mengurangi gejala BPH.
- Terapi minimally invasive: Beberapa prosedur minimally invasive, seperti laser prostatektomi dan transurethral microwave thermotherapy (TUMT), dapat digunakan untuk mengangkat atau menghancurkan jaringan prostat.
- Prostatektomi terbuka: Prosedur bedah terbuka untuk mengangkat prostat mungkin diperlukan dalam kasus BPH yang sangat parah.
Pilihan pengobatan terbaik untuk BPH tergantung pada kondisi kesehatan pasien, tingkat keparahan gejala, dan preferensi pribadi.
Pencegahan Pembesaran Prostat
Meskipun penyebab pasti BPH belum diketahui, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mencegah atau memperlambat perkembangan kondisi ini:
- Menjaga berat badan yang sehat: Obesitas dapat meningkatkan risiko BPH.
- Berolahraga secara teratur: Aktivitas fisik dapat membantu menjaga kesehatan prostat.
- Menerapkan pola makan sehat: Diet kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu mengurangi risiko BPH.
- Membatasi konsumsi alkohol dan kafein: Alkohol dan kafein dapat memperburuk gejala BPH.
- Berhenti merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko BPH dan masalah kesehatan lainnya.
Butuh saran cepat dan akurat? Ini Rekomendasi Dokter Urologi di Halodoc yang bisa kamu hubungi.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu mengalami gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan buang air kecil atau kesehatan prostat, segera konsultasikan dengan dokter urologi.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi serius.
Jangan tunda untuk mencari bantuan medis jika kamu mengalami gejala seperti:
- Kesulitan buang air kecil.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Urgensi untuk buang air kecil.
- Adanya darah dalam urine.
- Nyeri di panggul atau punggung bawah.
Kamu juga bisa menghubungi dokter urologi terpercaya melalui aplikasi Halodoc.
Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat sekaligus meresepkan obat.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
American Urological Association. Diakses pada 2025. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). Diakses pada 2025. Enlarged Prostate (Benign Prostatic Hyperplasia).
FAQ
1. Benarkah hasil analisis jaringan dari TURP bisa memberikan petunjuk kanker prostat yang sebelumnya tidak terdeteksi?
Ya. Jaringan yang diangkat saat TURP sering dianalisis, dan kadang ditemukan sel kanker tahap awal yang tidak muncul pada pemeriksaan rutin.
2. Mengapa sebagian pasien merasakan sensasi “aliran urine lebih hangat” setelah TURP?
Setelah sumbatan prostat dibuka, aliran urine menjadi lebih lancar sehingga sensasi suhu urine terasa lebih jelas dibanding sebelum operasi.
3. Apakah pola tidur bisa berubah sementara setelah TURP?
Bisa. Perubahan frekuensi berkemih malam hari (nocturia) sering membaik bertahap, membuat tubuh perlu adaptasi ulang terhadap ritme tidur normal.
4. Mengapa beberapa pasien mengalami perubahan persepsi bau urine setelah TURP?
Karena kateter dan cairan irigasi memengaruhi komposisi sementara urine, sehingga bau bisa berubah beberapa hari sebelum kembali normal.
5. Benarkah kekuatan otot panggul dapat memengaruhi keberhasilan hasil jangka panjang TURP?
Benar. Otot dasar panggul yang lemah dapat membuat kontrol kemih tetap kurang optimal meski prostat sudah dibuka, sehingga latihan otot panggul sangat membantu pemulihan.


