Waspada, Stunting Mengintai Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   05 Juli 2018
Waspada, Stunting Mengintai AnakWaspada, Stunting Mengintai Anak

Halodoc, Jakarta – Hingga kini, istilah stunting masih belum banyak dikenal, terutama oleh masyarakat Indonesia. Padahal, menurut data, saat ini Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia yang memiliki angka anak stunting. Artinya, semakin banyak anak Indonesia harus mengalami masalah tumbuh kembang stunting. Apa itu?

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menyebabkan seorang anak menjadi kerdil. Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), stunting merupakan satu masalah tumbuh kembang yang terjadi pada anak. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki perawakan pendek akibat gangguan pertumbuhan yang sebagian besar terjadi karena masalah nutrisi. Stunting bisa terjadi karena asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, atau asupan tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi.

Secara umum, stunting diartikan sebagai “kesalahan” pemberian asupan gizi yang dinilai kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Pemberian gizi yang cukup seharusnya sudah dimulai bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan, hingga usia dua tahun.

Pada dasarnya, stunting harusnya menjadi satu masalah yang mendapat perhatian khusus. Pasalnya, tak hanya menyebabkan anak yang lahir bertubuh lebih pendek, stunting juga bisa memicu masalah lainnya. Di antaranya adalah perkembangan yang terhambat, sistem imun yang rendah dan mengakibatkan anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan fungsi kognitif. Bahkan masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak.

Baca juga: Top 5 Gizi yang Dibutuhkan Ibu Saat Hamil

Selain masalah pertumbuhan, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal. Kondisi ini bisa menurunkan kemampuan mental dan belajar anak. Alhasil, anak mungkin akan mengalami kesulitan belajar dan memiliki prestasi sekolah yang buruk.

Dalam jangka waktu panjang, stunting juga bisa memicu terjadinya penyakit berbahaya saat anak telah dewasa kelak. Risiko penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, dan jantung koroner meningkat pada anak mengalami stunting.

Ada beberapa faktor yang bisa memicu stunting pada anak. Namun yang paling sering adalah kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Selain itu, stres pada ibu hamil ternyata juga berpengaruh dan menyebabkan perkembangan tubuh yang terhambat.

Stunting sebenarnya bisa dikenali sejak usia awal anak dilahirkan. Beberapa gejala khas dari kondisi ini adalah anak berbadan lebih pendek untuk usianya, berat badan yang terlalu rendah dan tidak bertambah, serta pertumbuhan tulang yang tertunda.

Baca juga: 4 Tanda Kurang Gizi selama Kehamilan

Mencegah Stunting

Stunting pada anak bisa dicegah. Waktu terbaik untuk mencegah kondisi ini adalah selama kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Dalam hal ini, dikenal dengan gerakan “1000 hari pertama kehidupan”.

Artinya, selama 1000 hari pertama terhitung sejak bayi masih dalam kandungan, memenuhi asupan nutrisi adalah hal yang harus dilakukan. Periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan waktu yang “kritis” dan kekurangan gizi pada masa itu bisa mengganggu pertumbuhan, termasuk menyebabkan anak memiliki perawakan pendek.

Baca juga: Agar Si Kecil Tambah Tinggi, Coba 4 Makanan Ini

Untuk mencegah stunting, bisa dilakukan dengan memenuhi asupan gizi harian selama hamil. Pastikan untuk mengonsumsi menu makanan yang sehat dan seimbang. Bisa juga diimbangi dengan suplemen tambahan, tentunya dengan rekomendasi dan resep dari dokter.

Kalau ibu sudah punya resep, unggah di aplikasi Halodoc saja! Tidak perlu repot lagi beli suplemen atau produk kesehatan lain. Dengan layanan antar Halodoc, pesanan akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam. Ayo, segera download di App Store dan Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan