Mengidap 7 Gejala Ini? Bisa Jadi Menandai Cholangitis
Halodoc, Jakarta - Setiap bagian dari tubuh manusia memiliki peran penting. Tak terkecuali empedu, yaitu cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh hepatosit hati. Cairan ini berperan penting dalam proses pencernaan makanan dan sekresi. Di dalam tubuh, cairan empedu disimpan dalam sebuah kantong bernama kandung empedu, dan dalam tugasnya membantu pencernaan, cairan empedu disalurkan dari hati ke usus melalui saluran empedu. Nah, terbayang tidak jika terjadi gangguan pada saluran tersebut?Ya, gangguan yang menyerang saluran empedu itu bernama cholangitis.
Gangguan yang dimaksud adalah kondisi peradangan dan pembengkakan, sehingga menyebabkan terganggunya sistem peredaran cairan empedu, yang pada kondisi normal bertugas untuk membantu sistem pencernaan, terutama di usus. Sistem peredaran cairan empedu yang terganggu itu pun kemudian menimbulkan berbagai gejala, yaitu:
-
Sakit perut, dapat berupa rasa kram atau tertusuk-tertusuk.
-
Demam.
-
Mual.
-
Muntah.
-
Jaundice (penyakit kuning).
-
Feses berwarna coklat tua.
-
Urine berwarna gelap.
Cholangitis dapat terjadi pada siapa saja, meski sebagian besar kasus terjadi pada orang dalam rentang usia 50-60 tahun. Jika sudah mengalami gejala-gejala cholangitis tersebut, segeralah minta bantuan medis. Sebab, penanganan cholangitis yang tidak dilakukan segera, dapat berisiko menyebabkan kondisi serius, seperti gagal ginjal atau bahkan kematian.
Baca juga: 5 Fakta tentang Penyakit Cholangitis yang Perlu Diketahui
Dipicu oleh Beragam Hal, Salah Satunya Infeksi Bakteri
Peradangan saluran empedu akibat cholangitis dapat disebabkan oleh banyak faktor. Namun, penyebab paling umum dari penyakit ini adalah infeksi bakteri. Sementara faktor lain yang juga dapat memicu terjadinya peradangan pada saluran empedu adalah:
-
Penggumpalan darah.
-
Tumor.
-
Infeksi parasit.
-
Pembengkakan pada pankreas.
-
Efek samping prosedur medis, seperti endoskopi.
-
Infeksi dari darah (bakteremia).
Selain itu, risiko cholangitis juga akan meningkat pada orang-orang yang berusia di atas 55 tahun, atau memiliki riwayat batu empedu sebelumnya.
Baca juga: Tugas di Tempat Terpencil, Lakukan Ini agar Terhindar dari Cholangitis
Bagaimana Diagnosis dan Pengobatannya?
Ketika dicurigai mengidap cholangitis, dokter biasanya akan mendiagnosis dengan melakukan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, dan kondisi secara menyeluruh. Setelah itu, serangkaian tes pun akan dilakukan untuk menetapkan diagnosis. Rangkaian tes tersebut adalah:
-
Tes darah.
-
Ultrasonografi (USG).
-
MRI atau CT scan.
Selain ketiga rangkaian tes tersebut, metode lain yang juga dapat digunakan untuk mendiagnosis cholangitis adalah endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan percutaneous transhepatic cholangiography (PTCA). ERCP merupakan penggabungan antara prosedur pencitraan sinar X dengan endoskopi, dan PTCA adalah pencitraan sinar X yang dibantu dengan penyuntikan zat pewarna kontras langsung ke saluran empedu.
Setelah positif didiagnosis mengidap cholangitis, penanganan yang dapat dilakukan dapat berbeda pada setiap pengidap, sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Seperti misalnya jika cholangitis terjadi karena infeksi bakteri, penanganan yang dapat dilakukan adalah pemberian antibiotik.
Baca juga: Inilah 5 Penyakit Komplikasi Akibat Cholangitis
Itulah sedikit penjelasan tentang cholangitis, gejala, dan penanganan medis yang dapat dilakukan terhadapnya. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!