7 Risiko yang Bisa Disebabkan Terapi Hiperbarik

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   28 Maret 2019
7 Risiko yang Bisa Disebabkan Terapi Hiperbarik7 Risiko yang Bisa Disebabkan Terapi Hiperbarik

Halodoc, Jakarta - Perawatan terapi oksigen hiperbarik dilakukan dengan pemberian oksigen 100 persen dengan tekanan di atas tekanan udara normal (2-2,5 kali tekanan udara normal). Terdapat dua jenis ruangan untuk melakukan terapi oksigen hiperbarik, yaitu ruangan yang hanya dapat ditempati oleh satu pasien dan ruangan yang dapat ditempati oleh beberapa pasien. Terapi oksigen hiperbarik memanfaatkan darah untuk mengantarkan oksigen dengan konsentrasi tinggi ke jaringan tubuh. Durasi terapi biasanya 90 sampai 120 menit.

Perlu kamu ketahui, sebelum menjalani terapi oksigen hiperbarik, kamu akan diminta untuk berhenti menggunakan kosmetik atau produk perawatan pribadi dengan bahan yang mudah terbakar. Produk-produk tersebut biasanya menggunakan bahan hidrokarbon sebagai komposisi utama, yang berisiko terbakar akibat bereaksi dengan oksigen. Di samping itu, untuk menghindari terjadinya risiko kebakaran, petugas akan meminta kamu untuk tidak membawa benda-benda yang bisa memicu kebakaran, seperti pemantik api atau baterai.

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Dilakukan Saat Terapi Wicara

Perawatan ini tidak bisa dilakukan apabila kamu memiliki penyakit baru-baru, mengonsumsi obat-obatan tertentu, mempunyai gangguan pada sel darah merah, demam tinggi, hamil, kejang, dan beberapa kondisi lainnya. Terapi oksigen hiperbarik merupakan metode yang cukup aman dan sangat jarang menimbulkan efek samping atau komplikasi.

Meski memiliki manfaat, terapi hiperbarik juga mempunyai risko. Salah satu risiko yang bisa terjadi adalah barotrauma (cedera akibat tekanan tinggi) yang menyebabkan gangguan pada telinga, sinus, gigi, dan paru-paru. Kemungkinan efek samping lainnya adalah keracunan oksigen dan perubahan daya penglihatan.

Baca juga: Penyebab Sakit Lutut dan Cara Terapinya

Berikut risiko yang dapat muncul akibat terapi oksigen hiperbarik:

  1. Merasa tidak nyaman atau nyeri selama prosedur terapi oksigen hiperbarik.
  2. Rabun jauh sementara setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik.
  3. Kejang akibat penumpukan oksigen di otak.
  4. Cedera pada telinga.
  5. Cedera pada paru-paru.
  6. Kebakaran atau ledakan di ruang hiperbarik, terutama apabila pengidap menggunakan atau membawa bahan-bahan atau produk mudah terbakar.

Oksigen murni dari terapi hiperbarik juga sebenarnya juga dapat menyebabkan kebakaran apabila terdapat percikan atau api yang membakar sumber bahan bakar. Saat kamu memasuki ruang terapi hiperbarik, berbagai benda seperti korek api atau perangkat elektronik yang bertenaga baterai tidak dapat dibawa masuk. Selain itu, untuk membatasi sumber bahan bakar, kamu perlu juga untuk menghindari semua produk perawatan kulit yang berbasis minyak dan berpotensi menyebabkan kebakaran. Jangan lupa untuk meminta petugas terapi memberikan arahan khusus sebelum sesi terapi oksigen hiperbarik dimulai.

Baca juga: Hal yang Perlu Diketahui tentang Terapi Okupasi

Untuk mendapatkan hasil yang efektif, kamu perlu melakukan beberapa kali sesi terapi. Hal ini tergantung pada gangguan yang akan diobati. Semakin kronis gangguan yang kamu alami, semakin banyak sesi terapi yang perlu dijalani.

Jangan lupa untuk mendiskusikan rencana pengobatan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.



Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan