Advertisement

4 Bahaya Ketuban Pecah Dini bagi Kandungan

7 menit
Ditinjau oleh  dr. Enrico Hervianto SpOG   27 November 2025

Ketuban yang pecah sebelum waktunya dapat membawa risiko infeksi dan komplikasi pada pertumbuhan janin.

4 Bahaya Ketuban Pecah Dini bagi Kandungan4 Bahaya Ketuban Pecah Dini bagi Kandungan

DAFTAR ISI


Ketuban pecah dini adalah suatu kondisi di mana ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, biasanya sebelum 37 minggu kehamilan. Kondisi ini dapat merusak rahim dan membutuhkan perhatian medis segera.

Beberapa bahaya dapat timbul jika terjadi pecah ketuban sebelum pada waktunya. Kira-kira apa saja bahaya yang akan terjadi? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasannya berikut ini!

Apa Itu Ketuban Pecah Dini (KPD)?

Ketuban pecah dini (KPD), atau premature rupture of membranes (PROM), adalah kondisi ketika selaput ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan.

Normalnya, ketuban pecah saat kontraksi sudah teratur dan mendekati waktu kelahiran bayi. KPD dapat terjadi pada usia kehamilan berapa pun, tetapi lebih sering terjadi pada trimester akhir.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, KPD merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia.

Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta dapat menyebabkan komplikasi serius lainnya.

Mengapa Ketuban Pecah Dini Bisa Terjadi?

Kondisi ini dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk:

  • Infeksi: Infeksi pada saluran kemih, vagina, atau rahim bisa menimbulkan peradangan dan melemahkan selaput ketuban, sehingga memicu terjadinya pecah ketuban lebih awal.
  • Tekanan pada perut: Tekanan yang berlebih pada bagian perut, misalnya karena adanya kehamilan ganda, polihidramnion (jumlah cairan ketuban yang berlebihan), atau ketidakseimbangan antara ukuran janin dan kapasitas rahim, bisa mengakibatkan ketuban pecah dini.
  • Merokok: Wanita yang merokok selama fase kehamilan memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita yang tidak merokok. Zat-zat beracun dalam rokok dapat merusak selaput ketuban.
  • Kelemahan struktural: Adanya kelainan pada struktur serviks atau selaput ketuban juga dapat meningkatkan risiko.
  • Riwayat kehamilan prematur sebelumnya: Jika seorang wanita pernah mengalami kehamilan prematur sebelumnya, maka risikonya lebih tinggi untuk terjadi pada kehamilan berikutnya.

Gejala Ketuban Pecah Dini yang Perlu Diwaspadai

Gejala utama KPD adalah keluarnya cairan dari vagina. Cairan ini bisa keluar secara tiba-tiba dalam jumlah banyak, atau merembes sedikit demi sedikit.

Penting untuk membedakan cairan ketuban dari urine atau keputihan.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri cairan ketuban:

  • Tidak berbau atau berbau manis
  • Berwarna jernih atau sedikit keruh
  • Dapat mengandung bercak darah

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.

Diagnosis Ketuban Pecah Dini: Bagaimana Dokter Menegakkannya?

Diagnosis KPD biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan ibu hamil.

Dokter akan melakukan pemeriksaan spekulum untuk melihat apakah ada cairan ketuban yang keluar dari serviks.

Beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis, seperti:

  • Tes lakmus: Mengukur pH cairan vagina. Cairan ketuban memiliki pH yang lebih tinggi (lebih basa) daripada cairan vagina normal.
  • Pemeriksaan mikroskopis: Melihat pola “pakis” (ferning) pada cairan ketuban yang dikeringkan di atas kaca objek.
  • Tes amnisure: Mendeteksi protein yang terdapat dalam cairan ketuban.
  • USG (ultrasonografi): Membantu memperkirakan jumlah cairan ketuban yang tersisa di dalam rahim.

Apa Dampak Ketuban Pecah Bagi Kesehatan Janin?

Pecahnya ketubah sebelum waktunya, dapat memiliki dampak serius terhadap kandungan janin yang sedang di kandung. Beberapa dampak yang mungkin terjadi meliputi:

1. Infeksi intrauterin

Begitu ketuban pecah, risiko infeksi intrauterin meningkat karena bakteri dapat masuk dengan mudah ke dalam rahim melalui vagina.

Infeksi ini bisa mengakibatkan infeksi pada janin (infeksi intrauterin) atau infeksi pada plasenta dan selaput (korioamnionitis).

Infeksi intrauterin dapat menyebabkan komplikasi serius seperti meningitis, sepsis, atau pneumonia pada bayi yang belum lahir.

2. Gangguan pertumbuhan janin

Cairan ketuban berperan sebagai “bantalan” yang melindungi janin dari tekanan dan guncangan.

Jika ketuban pecah dini, risiko janin mengalami tekanan atau kompresi meningkat. Ini dapat memperlambat pertumbuhan janin dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Tertarik dengan penjelasan lebih jelasnya? Bisa juga membaca artikel mengenai Waspadai Penyebab Terjadinya Gawat Janin.

3. Prolaps tali pusat

Jika terjadi selaput ketuban yang pecah sebelum waktunya, tali pusar bisa turun dan keluar dari serviks.

Hal ini dapat mengakibatkan tali pusat menjadi terjepit atau terjepit di antara janin dan leher rahim. Saat aliran darah ke janin terganggu, kondisi ini bisa sangat berbahaya dan membutuhkan perhatian medis segera.

4. Kehamilan prematur

Ketuban pecah dini dapat menyebabkan kelahiran prematur, sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan bernapas, keterlambatan perkembangan, dan masalah kesehatan lainnya.

Penanganan Ketuban Pecah Dini: Pilihan dan Prosedur Medis

Penanganan KPD akan tergantung pada usia kehamilan, kondisi ibu dan bayi, serta ada tidaknya komplikasi.

Secara umum, terdapat dua pendekatan utama dalam penanganan KPD:

Penanganan konservatif (ekspektatif):

Dilakukan jika usia kehamilan masih jauh dari cukup bulan (kurang dari 34 minggu).

Tujuannya adalah untuk menunda persalinan dan memberikan kesempatan bagi paru-paru bayi untuk berkembang lebih matang.

Penanganan ini meliputi:

  • Rawat inap di rumah sakit
  • Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
  • Pemberian kortikosteroid untuk mematangkan paru-paru bayi
  • Pemantauan ketat kondisi ibu dan bayi

Induksi persalinan

Dilakukan jika usia kehamilan sudah cukup bulan (lebih dari 37 minggu) atau jika terdapat tanda-tanda infeksi atau komplikasi lainnya.

Induksi persalinan bertujuan untuk mempercepat proses persalinan. Metode induksi persalinan dapat meliputi:

  • Pemberian obat-obatan (misalnya, oksitosin)
  • Pemasangan balon kateter pada serviks
  • Amniotomi (pemecahan ketuban)

Dalam beberapa kasus, operasi caesar mungkin diperlukan jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan atau jika terdapat indikasi gawat janin.

Menurut WHO, penanganan KPD harus dilakukan secara individual dan berdasarkan penilaian risiko-manfaat yang cermat.

Keputusan mengenai penanganan terbaik harus melibatkan diskusi antara dokter dan pasien (ibu hamil) beserta keluarganya.

Komplikasi Ketuban Pecah Dini: Risiko bagi Ibu dan Bayi

KPD dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius bagi ibu dan bayi, di antaranya:

  • Infeksi: KPD meningkatkan risiko infeksi pada rahim (korioamnionitis), bayi (sepsis neonatal), dan ibu (endometritis).
  • Persalinan prematur: KPD seringkali menyebabkan persalinan prematur, yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti masalah pernapasan, gangguan pencernaan, dan masalah perkembangan.
  • Gawat janin: KPD dapat menyebabkan tali pusat tertekan (prolaps tali pusat), yang dapat mengurangi aliran oksigen ke bayi.
  • Solusio plasenta: KPD dapat meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu kondisi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya.
  • Cacat bawaan: Dalam beberapa kasus, KPD dapat meningkatkan risiko cacat bawaan pada bayi.

Penanganan yang tepat dan cepat sangat penting untuk meminimalkan risiko komplikasi KPD.

Pencegahan Ketuban Pecah Dini: Langkah-Langkah yang Dapat Dilakukan

Meskipun tidak semua kasus KPD dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya KPD, di antaranya:

  • Menjaga kesehatan dan kebersihan: Hindari infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  • Tidak merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko KPD dan komplikasi kehamilan lainnya.
  • Makan makanan bergizi: Pastikan mendapatkan nutrisi yang cukup selama kehamilan. Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin, mineral, dan protein.
  • Rutin kontrol kehamilan: Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur sesuai dengan jadwal yang dianjurkan oleh dokter atau bidan.
  • Hindari stres: Kelola stres dengan baik. Stres dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
  • Konsultasi dengan dokter: Jika memiliki riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, konsultasikan dengan dokter mengenai langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan pada kehamilan berikutnya.

Kapan Harus ke Dokter? Jangan Tunda!

Segera periksakan diri ke dokter atau bidan jika mengalami tanda-tanda KPD, seperti:

  • Keluarnya cairan dari vagina, terutama jika cairan tersebut keluar secara tiba-tiba atau dalam jumlah banyak
  • Kontraksi yang teratur sebelum usia kehamilan cukup bulan
  • Demam atau menggigil
  • Nyeri perut yang hebat

Jangan tunda untuk mencari pertolongan medis. Semakin cepat KPD ditangani, semakin besar peluang untuk mencegah komplikasi.

Untuk mengetahui informasi lainnya seputar kehamilan, bisa juga berkonsultasi secara langsung melalui Halodoc via chat maupun voice/video call. Selain itu, nikmati kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan Ibu dan anak.

Jadi tunggu apalagi, yuk download sekarang aplikasinya!

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Premature Rupture of Membranes.
Medline Plus. Diakses pada 2025. Premature rupture of membranes.
National Library of Medicine. DIakses pada 2025. Premature Rupture of Membranes.

FAQ

1. Apakah KPD selalu berarti harus melahirkan?

Tidak selalu. Jika usia kehamilan masih jauh dari cukup bulan, dokter mungkin akan mencoba menunda persalinan.

2. Apakah KPD bisa sembuh sendiri?

Tidak. KPD memerlukan penanganan medis.

3. Apakah KPD berbahaya bagi bayi?

Ya. KPD dapat meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya pada bayi.

4. Bisakah saya mencegah KPD jika sudah pernah mengalaminya?

Konsultasikan dengan dokter mengenai langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan pada kehamilan berikutnya.