4 Penyakit yang Mengintai Akibat Perubahan Iklim

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   26 Juli 2022

“Perubahan iklim terjadi akibat perubahan suhu udara dan curah hujan di bumi. Ini menyebabkan naiknya temperatur yang memicu munculnya penyakit seperti malaria, kolera, demam berdarah, dan pneumonia.”

4 Penyakit yang Mengintai Akibat Perubahan Iklim4 Penyakit yang Mengintai Akibat Perubahan Iklim

Halodoc, Jakarta – Perubahan iklim di bumi terjadi akibat peningkatan dan penumpukan kadar gas di atmosfer. Dampaknya, suhu rata-rata di bumi jadi meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan kadar gas disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti polusi dari knalpot kendaraan, penebangan hutan, limbah, dan asap pabrik. Bukan hanya bumi, perubahan iklim berdampak pada kesehatan manusia.

Kondisi Ini menyebabkan efek jangka panjang yang serius akibat menurunnya kualitas udara dan air. Beberapa yang patut dikhawatirkan adalah penyakit semacam malaria, kolera, demam berdarah, pneumonia, hingga hepatitis A.

Gangguan Kesehatan Jadi Dampak Perubahan Iklim 

Perubahan iklim menyebabkan penurunan kesejahteraan manusia dalam berbagai cara. Meningkatnya ancaman penyakit serius dan terjadi penurunan tingkat kesehatan global.

Saat gas terperangkap di atmosfer, suhu rata-rata bumi akan meningkat. Gas yang terperangkap meningkatkan kadar air di atmosfer. Akibatnya, terjadi peningkatan curah hujan tahunan.

Bertambahnya curah hujan meningkatkan kuantitas air, tapi menurunkan kualitasnya. Hujan yang turun akibat kenaikan suhu juga mengakibatkan tingginya  kadar klorin pada air bersih.

Kondisi tersebut memicu gangguan kesehatan berupa:

1. Malaria

Nyamuk penyebab malaria mudah ditemui di dataran rendah. Peningkatan suhu, kelembapan, dan curah hujan berdampak pada pesatnya pertumbuhan parasit nyamuk. 

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit. Parasit menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya termasuk:

  • Demam.
  • Panas dingin.
  • Tidak enak badan.
  • Sakit kepala.
  • Mual dan muntah.
  • Diare.
  • Nyeri otot atau sendi.
  • Rasa lelah berlebihan.
  • Peningkatan jantung cepat.
  • Batuk.

2. Kolera

Kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini lebih umum terjadi pada warga yang tinggal di wilayah padat penduduk dengan sanitasi buruk. 

Kesulitan mendapatkan air bersih meningkatkan perkembangbiakan bakteri. Penularan juga bisa terjadi lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

Pengidap mengalami gejala berupa:

  • Diare. Ini menyebabkan pengidap kehilangan cairan dalam tubuhnya. Feses tampak pucat hingga menyerupai air bekas cucian beras.
  • Mual dan muntah. Ini terjadi di tahap awal perkembangan penyakit. Mual dan muntah dapat berlangsung selama beberapa jam.
  • Dehidrasi. Ini adalah perkembangan gejala dari dua poin sebelumnya.

3. Demam Berdarah

Seperti malaria, demam berdarah juga ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ini disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Perubahan iklim meningkatkan curah hujan sehingga lingkungan jadi lebih lembap. Ini membuat nyamuk Aedes aegypti lebih aktif dan sering menggigit. 

Gejala utama ditandai dengan demam tinggi (40 Celsius) yang diikuti dengan beberapa tanda berikut:

  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot, tulang atau sendi.
  • Mual.
  • Muntah. 
  • Sakit di belakang mata.
  • Pembengkakan kelenjar.
  • Bintik merah di kulit.

4. Pneumonia

Pneumonia rentan dialami saat perubahan iklim. Sebab, mikroba penyebab penyakit lebih cepat berkembangbiak saat terjadi peningkatan suhu, kelembapan, dan curah hujan.

Penyakit ini lebih rentan terjadi pada balita, perokok, pengidap penyakit kronis dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Tanda dan gejalanya termasuk:

  • Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
  • Merasa kebingungan.
  • Batuk berdahak.
  • Rasa lelah berlebihan.
  • Demam dan menggigil.
  • Mual, muntah atau diare.
  • Sesak napas.

Dampak perubahan iklim di atas bisa diminimalisir dengan mengubah pola hidup. Biasakan bepergian menggunakan moda transportasi umum yang sudah disediakan pemerintah. Ini dilakukan guna meminimalisir emisi bahan bakar.

Lalu, jangan buang sampah sembarangan! Membuang limbah padat seperti kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu dan kain memicu terbentuknya gas atau emisi karbon. Ini menghasilkan metana yang berpotensi meningkatkan pemanasan global.

Jika kamu mengalami beberapa gejala gangguan kesehatan yang disebutkan di atas, tanya dokter lebih lanjut untuk melakukan perawatan. Kamu juga bisa download Halodoc untuk mendapatkan informasi lain seputar kesehatan.

Referensi:
World Health Organization. Diakses pada 2022. Climate change and health.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2022. Climate Effects on Health.
National Geographic Indonesia. Diakses pada 2022. Lima Penyakit yang Semakin Berkembang Akibat Perubahan Iklim.
Department of Energy and Environmental Protection. Diakses pada 2022. Climate Change and Waste.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan