Alasan Perokok Pasif Dapat Alami Penyakit Paru Obstruktif Kronis

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   09 November 2022

“Para perokok pasif juga memiliki risiko yang sama tingginya untuk mengalami penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK. Bahkan, studi yang dimuat dalam British Medical Journal Open menyebutkan, peningkatan paparan asap rokok secara pasif, berkaitan dengan peningkatan risiko PPOK.”

Alasan Perokok Pasif Dapat Alami Penyakit Paru Obstruktif KronisAlasan Perokok Pasif Dapat Alami Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Halodoc, Jakarta – Sudah menjadi rahasia umum kalau merokok adalah kebiasaan yang berdampak negatif bagi kesehatan. Hal ini lantaran ada lebih dari 70 senyawa kimia dalam rokok yang diketahui menjadi penyebab masalah kesehatan serius.  Sebut saja kanker dan penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK. 

Melansir NHS atau National Health Service, Inggris, merokok diduga kuat merupakan penyebab utama penyakit paru obstruktif kronis pada 9 dari 10 kasus penyakit tersebut. 

Namun, siapa sangka kalau tak hanya perokok aktif yang hanya rentan terhadap PPOK. Sebab, perokok pasif juga dikabarkan berisiko alami penyakit tersebut. Pasalnya, bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, seperti belerang, amonia, dan formaldehida juga dapat mengakibatkan kerusakan pada sejumlah bagian tubuh. Mulai dari mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru, jika terhirup. 

Senyawa tersebut sangat berbahaya bagi orang dengan kondisi paru-paru tak sehat, seperti bronkitis atau asma. Selain itu, paparan asap rokok akan membuat gejala yang muncul menjadi lebih buruk. 

Perokok Pasif juga Bisa Terserang PPOK

Asap rokok semakin kuat dianggap sebagai penyebab langsung penyakit paru pada orang dewasa dan anak. Paparannya menyumbang angka kematian yang tinggi pada orang dewasa, menyebabkan sekitar 3.000 kematian setiap tahunnya akibat kanker paru. 

Perokok pasif juga menyebabkan efek yang signifikan pada kesehatan paru orang dewasa, termasuk penurunan fungsi paru, peningkatan produksi dahak, dan rasa tidak nyaman pada dada. 

Sementara itu, pada anak, paparan asap rokok dikaitkan dengan peningkatan infeksi saluran pernapasan bawah, seperti pneumonia dan bronkitis. Kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan prevalensi cairan pada telinga tengah, iritasi saluran pernapasan atas, dan penurunan fungsi paru-paru. Hal ini juga terkait dengan peningkatan keparahan asma pada anak. 

Sebuah studi yang melibatkan sekitar 72 ribu keluarga yang berpartisipasi dalam Survei Kesehatan Anak Nasional tahun 2016–2017, menemukan bahwa terjadi perkiraan tingkat prevalensi asma yang secara signifikan lebih tinggi pada anak yang merupakan perokok aktif. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Asthma ini menyimpulkan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah dengan perokok aktif berisiko 30 persen lebih tinggi mengidap asma. 

Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perokok pasif dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Mulai dari kanker sinus hidung, kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker laring, gejala pernapasan jangka pendek dan panjang, kehilangan fungsi paru, hingga penyakit paru obstruktif kronis. 

Seperti yang disebutkan dalam studi yang dimuat dalam British Medical Journal Open, adanya peningkatan paparan asap rokok secara pasif, berkaitan dengan risiko PPOK yang lebih tinggi. 

Bagaimana PPOK Dapat Dicegah? 

Mengingat dampaknya fatal pada kesehatan, tentu langkah terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan pencegahan PPOK. Cara terbaik untuk mencegah PPOK adalah dengan tidak pernah mulai merokok. Namun, jika kamu adalah perokok, segeralah berhenti. Berhenti merokok memang bukanlah hal yang mudah, tetapi kamu bisa berdiskusi dengan dokter terkait cara berhenti merokok yang sekiranya cocok untukmu. 

Pastikan untuk senantiasa menjauhi asap rokok yang dihembuskan orang lain, atau uap dari penggunaan rokok elektrik seperti vape. Selain itu, penting juga untuk rutin berolahraga untuk meningkatkan kesehatan paru-paru, dan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang. 

Kamu juga perlu secara rutin memeriksakan kondisi paru-paru dan kesehatan secara keseluruhan. Tujuannya tentu saja untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis tertentu sedari dini. 

Lindungi Diri dan Keluarga dengan Berhenti Merokok

Saat kamu memutuskan untuk berhenti merokok, kamu tidak hanya melakukan hal tepat untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga turut menjaga kesehatan orang terdekat dan keluarga. Sudah pasti, kamu melindungi keluarga dari bahaya paparan asap rokok dan kondisi medis yang bisa terjadi. Tak hanya itu, kamu pun menjadi memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga. 

Itulah penjelasan mengenai alasan mengapa perokok pasif juga dapat mengalami PPOK. Nah, jika kamu mengalami gejala seperti batuk kronis atau sesak napas yang tak kunjung membaik, sebaiknya segeralah periksakan kondisi. Pasalnya, gejala tersebut bisa jadi merupakan indikasi akan PPOK. 

Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit untuk memeriksakan kondisimu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu lama. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga! 

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:  
Better Health Channel. Diakses pada 2022. Passive smoking.
Rachel E. Jordan, et al. 2011. Diakses pada 2022. Passive smoking and chronic obstructive pulmonary disease: cross-sectional analysis of data from the Health Survey for England. British Medical Journal Open 1(2): e000153.
Medscape. Diakses pada 2022. Passive Smoking and Lung Disease.
Xie L, et al. 2021. Diakses pada 2022. United States Prevalence of Pediatric Asthma by Environmental Tobacco Smoke Exposure. Journal of Asthma 58(4): 430-7. 
NHS. Diakses pada 2022. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).  
CDC.gov. Diakses pada 2022. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).  
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. What is COPD (chronic obstructive pulmonary disease)?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan