Apa Itu Impostor? Kenali Fakta dan Sindrom Seputarnya

8 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   21 November 2024

Impostor syndrome dapat dipengaruhi oleh media sosial.

Apa Itu Impostor? Kenali Fakta dan Sindrom SeputarnyaApa Itu Impostor? Kenali Fakta dan Sindrom Seputarnya

DAFTAR ISI

  1. Apa Itu Impostor?
  2. Apa Kata Riset?
  3. Penggunaan Kata Impostor
  4. Mengenal Impostor Syndrome
  5. Apa Saja Penyebab Impostor Syndrome?
  6. Ini Cara Mengatasi Impostor Syndrome

Pernahkah kamu merasa tidak pantas atas keberhasilanmu, meskipun sudah bekerja keras? Itulah yang sering dirasakan oleh seseorang dengan impostor syndrome

Fenomena ini membuat seseorang merasa seperti “penipu” yang takut ketahuan tidak kompeten sebagaimana di pikiran orang lain. Padahal, kemampuan mereka sebenarnya tidak perlu diragukan lagi.

Dalam dunia kerja, pendidikan, atau bahkan kehidupan sehari-hari, impostor syndrome bisa muncul kapan saja.

Memahami apa itu impostor dan fakta-fakta seputar sindrom ini bisa membantumu mengenali gejalanya, sekaligus belajar bagaimana mengatasinya agar rasa percaya dirimu tetap terjaga. 

Apa Itu Impostor?

Kata “impostor” berasal dari bahasa Latin imponere, yang berarti “menempatkan di atas” atau “menipu”. 

Dalam konteks modern, istilah ini merujuk pada seseorang yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya, biasanya dengan tujuan menipu atau mendapatkan keuntungan tertentu.

Namun, dalam konteks psikologi, “impostor” sering dikaitkan dengan impostor syndrome, yaitu kondisi saat seseorang merasa dirinya tidak pantas atas pencapaian atau keberhasilannya, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya. 

Orang dengan sindrom ini sering merasa seperti “penipu” karena meyakini bahwa keberhasilan mereka hanya hasil keberuntungan, bukan kemampuan mereka sendiri, meskipun sebenarnya mereka sangatlah kompeten.

Apa Kata Riset?

Evaluasi data dari tahun 1966 hingga 2018 yang kemudian dipublikasikan di Journal of General Internal Medicine menunjukkan bahwa sekitar 9 hingga 82 persen orang melaporkan sendiri memiliki pemikiran seperti ini di beberapa titik dalam hidup mereka.

Penelitian awal yang mengeksplorasi fenomena ini terutama difokuskan pada wanita yang berprestasi dan sukses. Kemudian menjadi jelas bahwa IS dapat memengaruhi siapa saja.

Sindrom ini melibatkan perasaan ragu-ragu dan ketidakmampuan pribadi yang terus berlanjut meskipun kamu memiliki pendidikan, pengalaman, dan prestasi.

Penggunaan Kata Impostor

Istilah impostor sering digunakan dalam berbagai situasi untuk menggambarkan seseorang yang merasa dirinya tidak layak atau penipu dalam kondisi tertentu, meski sebenarnya mereka sangat kompeten. 

Berikut adalah beberapa konteks penggunaan kata impostor:

  1. Sindrom Impostor: Ini merujuk pada kondisi psikologis di mana seseorang merasa bahwa pencapaiannya hanya hasil keberuntungan, bukan usaha atau kemampuan.
    Contoh: “Aku sering merasa seperti impostor saat presentasi, meskipun klien selalu memberikan umpan balik positif.”
  2. Dalam Dunia Kerja: Banyak orang yang merasa menjadi impostor saat bekerja di lingkungan dengan standar tinggi atau rekan kerja yang sangat kompeten.
    Contoh: “Dia merasa seperti impostor setelah dipromosikan, karena takut tidak mampu memenuhi ekspektasi.”
  3. Dalam Pendidikan: Mahasiswa atau pelajar sering merasa seperti impostor saat berprestasi di lingkungan akademik yang kompetitif.
    Contoh: “Ketika dia mendapatkan nilai tertinggi, dia malah merasa seperti impostor yang tidak pantas mendapatkannya.”
  4. Dalam Seni atau Kreativitas: Para seniman atau kreator kadang merasa bahwa karya mereka tidak cukup bagus dibandingkan orang lain.
    Contoh: “Meskipun lagunya populer, dia tetap merasa seperti impostor di industri musik.”
  5. Dalam Kehidupan Sosial atau Hobi: Ketika seseorang merasa dirinya tidak “cukup” untuk diterima di komunitas tertentu.
    Contoh: “Dia merasa seperti impostor di komunitas fotografi karena tidak memiliki peralatan canggih.”

Secara umum, kata impostor digunakan untuk menggambarkan perasaan ragu diri yang sering dialami banyak orang, meskipun faktanya mereka sebenarnya layak untuk berada di posisi tersebut.

Mengenal Impostor Syndrome

Impostor syndrome merupakan suatu kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak pantas atas pencapaiannya, meskipun ada bukti yang jelas menunjukkan kemampuan mereka. 

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Pauline Clance dan Suzanne Imes pada tahun 1978. Fenomena ini juga dikenal sebagai impostor phenomenon.

Mereka yang mengalaminya sering merasa bahwa kesuksesan mereka hanyalah hasil keberuntungan atau bantuan orang lain, bukan kerja keras atau keahlian pribadi. 

Ciri-ciri impostor syndrome meliputi rasa tidak percaya diri, sulit menerima pujian, perfeksionisme, serta ketakutan dianggap “penipu” oleh orang lain.

Pengidapnya cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan meremehkan pencapaian mereka sendiri. 

Hal ini sering dialami oleh profesional muda, pelajar di lingkungan kompetitif, atau individu yang merasa harus memenuhi standar yang sangat tinggi.

Apa Saja Penyebab Impostor Syndrome?

Ada banyak hal yang bisa membuat seseorang merasa seperti impostor, seolah-olah mereka tidak seberbakat atau sepantas orang lain.

Beberapa di antaranya adalah:

1. Kepribadian Tertentu

Beberapa kepribadian dan sifat seperti kecemasan, rasa percaya diri yang rendah, dan perfeksionisme sering dikaitkan dengan impostor syndrome

Orang dengan sifat-sifat tersebut cenderung lebih mudah meragukan kemampuan mereka sendiri.

2. Pengaruh Pola Asuh

Cara seseorang dibesarkan juga bisa memengaruhi munculnya impostor syndrome dalam diri seseorang.

Jika kamu tumbuh di keluarga yang menekankan kesuksesan, tetapi sering memberi pesan yang campur aduk, kadang dipuji berlebihan, kadang dikritik keras, ini bisa membuatmu lebih rentan merasa seperti “penipu”.

3. Rasa Berbeda atau Terasing

Apabila kamu merasa berbeda dari orang-orang di sekitarmu, baik karena lingkungan kerja yang sangat kompetitif, perbedaan latar belakang, ras, gender, usia, atau status ekonomi, rasa tidak nyaman ini bisa memicu impostor syndrome.

4. Lingkungan atau Budaya Kerja

Lingkungan yang terlalu menuntut atau kurang mendukung dapat memicu impostor syndrome

Misalnya, tempat kerja dengan budaya yang hanya menghargai hasil sempurna atau minim apresiasi terhadap usaha individu bisa membuat seseorang merasa tidak cukup baik. 

Kritik yang berlebihan tanpa umpan balik yang membangun juga berpotensi memperkuat perasaan ini, terutama jika seseorang tidak merasa didukung oleh tim atau atasan mereka.

5. Pengaruh Media Sosial

Melihat kehidupan orang lain di media sosial yang terlihat “sempurna” juga bisa membuatmu merasa tidak cukup baik. 

Perbandingan ini sering membuat kita merasa gagal memenuhi berbagai standar yang sebenarnya tidak realistis.

Dengan memahami faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat membantumu lebih mengenali akar perasaan ragu terhadap diri sendiri dan mulai mengambil langkah untuk mengatasinya.

Ini Cara Mengatasi Impostor Syndrome

Untuk mengatasi perasaan ini, kamu perlu belajar menghadapi keyakinan yang sudah lama tertanam tentang dirimu sendiri. 

Meskipun akan terasa sulit, berikut beberapa cara yang bisa membantu:

1. Berbagi Perasaan

Cobalah untuk terbuka dan berbicara dengan orang lain tentang apa yang sedang kamu rasakan. 

Keyakinan yang tidak rasional seperti impostor syndrome akan semakin berkembang jika disimpan sendiri dan tidak dibicarakan.

2. Evaluasi Kemampuan Diri

Jika kamu merasa tidak kompeten dalam situasi sosial atau pekerjaan, coba lakukan penilaian realistis tentang kemampuanmu. 

Kamu bisa menuliskan pencapaian dan kelebihan yang kamu miliki, kemudian bandingkan dengan penilaian dirimu sendiri.

3. Lakukan Langkah Kecil

Jangan terlalu fokus pada kesempurnaan. Lakukan hal-hal dengan baik, meski tidak sempurna, dan beri penghargaan pada diri sendiri atas setiap langkah yang diambil. 

Misalnya, dalam percakapan kelompok, kamu bisa coba menyampaikan pendapat atau cerita tentang dirimu.

4. Berhenti Membandingkan Diri

Setiap kali kamu membandingkan dirimu dengan orang lain dalam situasi sosial, kamu akan selalu menemukan kekurangan yang membuatmu merasa tidak cukup baik. 

Fokuslah pada kelebihan diri sendiri dan dengarkan apa yang orang lain katakan, serta tunjukkan ketertarikan untuk belajar lebih banyak.

5. Gunakan Media Sosial Secara Bijak

Terlalu sering menggunakan media sosial juga bisa meningkatkan perasaan rendah diri. 

Apabila kamu berusaha menampilkan citra yang tidak sesuai dengan dirimu atau yang sulit dicapai, itu hanya akan memperburuk perasaan seperti penipu.

6. Terima Semua Perasaanmu

Jangan melawan perasaan tidak cocok atau tidak layak. Dengan perlahan, cobalah untuk menerima segala perasaan tersebut. 

Dengan mengakui perasaan ini, kamu bisa mulai memahami keyakinan yang sebenarnya menghalangimu.

7. Jangan Biarkan Rasa Rendah Diri Menghentikanmu

Meskipun kamu merasa seperti penipu atau merasa tidak pantas, berusahalah untuk terus maju dan jangan biarkan itu menghentikan langkahmu dalam mengejar tujuan.

Ingatlah bahwa jika kamu merasa seperti seorang impostor, itu sebenarnya menunjukkan bahwa kamu telah meraih beberapa kesuksesan dalam hidup yang mungkin kamu anggap sebagai keberuntungan. 

Cobalah untuk mengubah perasaan tersebut menjadi rasa syukur. Lihatlah apa yang sudah kamu capai dalam hidup dan syukuri setiap pencapaianmu.

Nah, itu dia penjelasan mengenai definisi impostor syndrome, faktor penyebab, serta cara mengatasinya yang perlu kamu ketahui. 

Jika kamu memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait penanganan impostor syndrome, kamu bisa berkonsultasi pada psikolog di Halodoc.

Mereka siap memberikan layanan konsultasi seputar penanganan impostor syndrome.

Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Bravata DM, Watts SA, Keefer AL, et al. Diakses pada 2024. Prevalence, predictors, and treatment of impostor syndrome: A systematic review.
Dr. Pauline Rose Clance. Diakses pada 2024. Impostor Phenomenon. 
Merriam Webster. Diakses pada 2024. Imposter syndrome. 
Verywell Mind. Diakses pada 2024. Is Imposter Syndrome Holding You Back From Living Your Best Life?. 
WebMD. Diakses pada 2024. Imposter Syndrome: How to Overcome It.