Apa Itu Sikap Denial? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

6 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   16 Januari 2025

Denial adalah mekanisme pertahanan psikologis yang memberikan perlindungan sementara. Ini adalah cara alami otak untuk melindungi diri dari stres atau trauma emosional. Denial bisa terjadi dalam berbagai situasi, seperti menghadapi penyakit serius, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan.

Apa Itu Sikap Denial? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara MengatasinyaApa Itu Sikap Denial? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Denial adalah mekanisme pertahanan psikologis yang sering digunakan seseorang untuk menghindari kenyataan yang menyakitkan atau tidak menyenangkan. Namun, apa sebenarnya penyebab denial, dampaknya, dan bagaimana cara mengatasinya?

Biasanya, denial muncul saat seseorang menghadapi situasi yang memicu stres atau emosi negatif, seperti kehilangan, kegagalan, atau diagnosis penyakit serius. Meskipun dapat memberikan rasa aman sementara, sikap ini bisa menghambat proses pemulihan atau penyelesaian masalah jika dibiarkan terus-menerus. Apabila tidak segera diatasi, sikap ini dapat berdampak buruk, seperti memperburuk hubungan, menunda penanganan masalah, hingga memengaruhi kesehatan mental. 

Namun, apa sebenarnya penyebab denial, dampaknya, dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini. 

Apa Itu Denial?

Denial adalah kondisi di mana seseorang menolak untuk menerima kenyataan atau fakta yang jelas, meskipun bukti yang ada menunjukkan sebaliknya. Ini adalah cara alami otak untuk melindungi diri dari stres atau trauma emosional. Denial bisa terjadi dalam berbagai situasi, seperti menghadapi penyakit serius, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan. 

Dalam situasi ini, individu secara tidak sadar menghindari fakta, emosi, atau situasi tertentu untuk melindungi diri dari stres atau rasa sakit emosional. Misalnya, seseorang yang baru didiagnosis dengan penyakit serius mungkin menyangkal hasil tersebut karena sulit menerima kenyataan itu.

Sikap denial tidak selalu buruk. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi reaksi awal yang wajar terhadap situasi traumatis, memberikan waktu bagi seseorang untuk beradaptasi secara perlahan. Namun, jika denial berlangsung terlalu lama, hal ini dapat menghambat proses penyembuhan, penyelesaian masalah, atau bahkan memperburuk kondisi. 

Penyebab Denial

Denial bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Trauma Emosional
    Pengalaman traumatis, seperti kecelakaan atau kehilangan orang terdekat, dapat memicu denial sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit.
  2. Ketakutan akan Perubahan
    Perubahan besar dalam hidup, seperti diagnosis penyakit serius, seringkali sulit diterima. Denial menjadi cara untuk menunda menghadapi kenyataan.
  3. Kurangnya Dukungan Sosial
    Tanpa dukungan dari keluarga atau teman, seseorang mungkin lebih cenderung menyangkal masalah yang dihadapinya.
  4. Stres Berlebihan
    Stres yang tidak terkendali dapat membuat seseorang sulit berpikir jernih, sehingga memicu denial.

Dampak Denial

Meskipun denial bisa memberikan perlindungan sementara dari rasa sakit, dampak jangka panjangnya bisa merugikan, seperti:

  1. Masalah Kesehatan Mental
    Menyangkal kenyataan dapat memperburuk kecemasan, depresi, atau gangguan mental lainnya.
  2. Hubungan yang Terganggu
    Denial bisa membuat seseorang sulit berkomunikasi dengan orang lain, sehingga merusak hubungan personal dan profesional.
  3. Penundaan Penanganan Masalah
    Dengan menyangkal masalah, seseorang mungkin menunda mencari solusi atau bantuan yang diperlukan.
  4. Penurunan Kualitas Hidup
    Denial dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan membuat seseorang terjebak dalam situasi yang tidak sehat.

Apa Kata Riset? 

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Medical Science Monitor bertujuan untuk memahami bagaimana pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) mengatasi stres akibat penyakit ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien cenderung lebih sering menggunakan mekanisme penyangkalan (denial syndrome) dan menghindari masalah. 

Penelitian ini menemukan tiga pola strategi mengatasi stres: pertama, pasien yang menggunakan penyangkalan dan penghindaran; kedua, pasien yang menggunakan strategi untuk fokus pada tugas; ketiga, menggunakan campuran penyangkalan dan strategi fokus pada tugas.

Meskipun sikap denial sering dianggap sebagai cara yang kurang efektif untuk mengatasi masalah, penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme ini bisa membantu pasien untuk lebih patuh terhadap pengobatan dan merasa kualitas hidup mereka tetap baik meskipun menghadapi penyakit berat.

Cara Mengatasi Denial

Mengatasi denial membutuhkan kesadaran dan usaha. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Mengakui Adanya Masalah
    Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu sedang dalam kondisi denial. Ini bisa dimulai dengan introspeksi diri atau meminta pendapat orang terdekat.
  2. Mencari Dukungan Sosial
    Berbicara dengan keluarga, teman, atau support group dapat membantu kamu menghadapi kenyataan dengan lebih baik.
  3. Mencari Bantuan Profesional
    Jika denial sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, konsultasi dengan psikolog atau psikiater bisa menjadi solusi.
  4. Membuka Diri terhadap Perubahan
    Belajar menerima perubahan dan melihatnya sebagai bagian dari proses hidup dapat membantu mengurangi denial.
  5. Membuat Rencana Tindakan
    Setelah menerima kenyataan, buatlah rencana konkret untuk menghadapi masalah tersebut. Ini bisa melibatkan perubahan gaya hidup, terapi, atau langkah-langkah praktis lainnya.

Kesimpulan

Denial adalah mekanisme pertahanan psikologis yang wajar, tetapi jika dibiarkan berlarut-larut, dapat menimbulkan dampak negatif. Dengan memahami penyebab, dampak, dan cara mengatasinya, kamu dapat menghadapi kenyataan dengan lebih sehat dan produktif. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika denial sudah mengganggu kualitas hidup kamu. Dengan memahami denial dan cara mengatasinya, kamu dapat mengambil langkah positif untuk menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan hidup. Tetap jaga diri dan jangan ragu untuk meminta bantuan ketika diperlukan!

Apabila kamu memerlukan bantuan profesional untuk mengelola denial syndrome, kamu bisa berkonsultasi dengan psikiater di Halodoc. Dengan Halodoc, kamu dapat memanfaatkan fitur voice chat maupun video call untuk mempermudah sesi konsultasi. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!


Referensi

  • American Psychological Association. Diakses pada 2025. Defense Mechanisms: Denial; Coping with Loss and Grief.
  • Bailey, R. Diakses pada 2025. Defense Mechanisms.
  • Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Overcoming Denial and Accepting Reality.
  • Nowak Z, Wańkowicz Z, & Laudanski K. Diakses pada 2025. Denial Defense Mechanism in Dialyzed Patients.
  • American Psychological Association (APA). (2023). Understanding Denial as a Defense Mechanism. Diakses dari https://www.apa.org
  • Mayo Clinic. (2023). Coping with Denial in Difficult Situations. Diakses dari https://www.mayoclinic.org

Artikel terakhir diupdate: 11 Februari 2025