Awas, Hal Ini Bisa Memicu Anak Jadi Pelaku Bullying

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   09 Juli 2020
Awas, Hal Ini Bisa Memicu Anak Jadi Pelaku BullyingAwas, Hal Ini Bisa Memicu Anak Jadi Pelaku Bullying


Halodoc, Jakarta - Tak sedikit orangtua yang takut dan cemas ketika anaknya menjadi korban bullying (perundungan), dan hal ini jelas amat wajar. Akan tetapi, bagaimana bila anak yang menjadi pelaku bullying? Hmmm, pernah menghadapi situasi ini? Ibu tak boleh menutup mata, sebab enggak menutup kemungkinan kalau Si Kecil juga bisa terlibat, bahkan pelaku dari suatu kasus perundungan . 

Bully merupakan seseorang yang gemar mengatakan atau melakukan sesuatu untuk menyakiti dan menguasai orang lain. Di negara kita saja, kasus ini sering terjadi di ranah pendidikan, mulai dari bangku sekolah dasar, bahkan hingga tingkat universitas. Pertanyaannya, hal apa saja sih yang bisa menyebabkan anak menjadi pelaku bullying? 

Baca juga: 5 Tips bagi Orangtua saat Anak jadi Korban Bullying

Dari Contoh Teladan sampai Penelantaran

Aksi perundungan biasanya dimulai pada beberapa anak sejak masa pra sekolah. Namun, hal ini akan meningkat seiring bergulirnya waktu hingga menjadi sebuah kebiasaan. Mirisnya tindakan bullying ini akan terus terjadi dalam berbagai bentuk perlakukan yang mengganggu sebelum para pelaku tertangkap.Umumnya anak yang melakukan perundungan terlihat seperti anak yang biasa saja di lingkungan sosialnya. Namun, banyak orang sering berpikir bahwa pelaku bullying, adalah orang-orang buangan sosial dengan harga diri rendah, sehingga mereka perlu mengganggu orang lain untuk merasa nyaman dengan diri mereka.

Padahal, sebenarnya pelaku bullying sama dengan anak-anak populer pada umumnya. Mereka dikagumi oleh teman sebaya dan gurunya, terutama jika mereka menarik secara fisik. Lalu, apa yang menyebabkan anak jadi pelaku bullying?

Berdasarkan penelitian, anak-anak yang suka mem-bully biasanya mereka enggak merasa memiliki kemampuan atau tidak percaya diri. Contoh, bila di rumah ia bukan termasuk anak yang agresif atau bukan, termasuk anak yang suka menunjukkan kekuatannya. Akibatnya, mereka akan mencari tempat lain untuk mengeluarkan kekuatannya dengan melakukan bullying di tempat lain, misalnya, di sekolah. Enggak cuma itu, anak yang tidak terasah kemampuan empatinya dan sering melihat contoh kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan, juga berisko menjadi pelaku bullying.

Selain hal-hal di atas, berikut ini beberapa penyebab anak menjadi pelaku bullying: 

  • Tidak ada teladan di rumah, sehingga anak tidak belajar mengenai perilaku yang benar dan salah.
  • Mengalami kekerasan fisik di rumah, sehingga melampiaskan kemarahan di luar rumah.
  • Frustasi karena kegagalan akademis atau kegagalan di rumah. Contoh, orangtua yang bercerai.
  • Mengalami kekerasan fisik di rumah, sehingga melampiaskan kemarah di luar rumah.
  • Menjadi korban bullying yang berkepanjangan, sehingga berperilaku agresif untuk melindungi diri.  
  • Akibat pengaruh negatif dari lingkungan. Dengan kata lain, anak meniru apa yang ia pelajari dari sekitarnya.
  • Ditelantarkan di rumah, bahkan tidak diinginkan kehadirannya.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru, Ini Tipe Anak yang Rentan Alami Bullying

Pola Asuh juga Berpengaruh

Selain penyebab di atas, anak yang menjadi pelaku bullying biasanya memiliki proses pengasuhan yang kurang sehat dari lingkungan sekitar, orangtua, maupun dari keluarga besarnya. Selain itu, pelaku bullying biasanya memiliki temperamen yang sulit ditangani secara baik. Alhasil, semua itu akan mendorong anak untuk menjadi seorang pelaku bullying yang senang menindas orang lain yang dianggap lemah. 

Nah, berdasarkan kajian teoritis dan asumsi ilmiah, anak-anak dengan kategori itu bisa saja dibesarkan dengan pola asuh permisif atau otoriter.  Terkait dengan fenomena bullying, sebetulnya enggak bisa ditentukan apakah pola asuh bisa menyebabkan anak menjadi pelaku bullying. Pasalnya, tidak ada sesuatu yang pasti jika terkait dengan manusia. Dengan kata lain, pola asuh yang sama, bisa membentuk anak menjadi pribadi yang berbeda-beda. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!


Referensi:
BBC. Diakses pada 2020. Why children become bullies at school.
Huffington Post. Diakses pada 2020. What Causes Your Child to Become a Bully?
Bullyonline.org. Diakses pada 2020. Bullying in schools.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan