Benarkah Pria Lebih Sering Meninggal Akibat Bunuh Diri?

2 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   13 September 2022

“Pembahasan terkait pria lebih sering meninggal akibat bunuh diri terus muncul. Faktanya, hal ini benar adanya jika dibandingkan dengan wanita. Stigma masyarakat berperan kuat terhadap masalah ini.”

Benarkah Pria Lebih Sering Meninggal Akibat Bunuh Diri?Benarkah Pria Lebih Sering Meninggal Akibat Bunuh Diri?

Halodoc, Jakarta – Beredar kabar jika pria lebih rentan untuk melakukan bunuh diri. Menurut data dari WHO pada 2016, diperkirakan ada 793 ribu kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia. Sebagian besar dari angka tersebut dialami oleh laki-laki.

Di beberapa negara, angka bunuh diri pada pria jauh lebih tinggi dibandingkan wanita. Di Australia, pria tiga kali lebih rentan alami kematian akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat, angka tersebut mencapai 3,5 kali lipat atau lebih tinggi lagi di Rusia dan Argentina yang mencapai 4 kali lipat.

Mengutip dari Kementerian Kesehatan, angka kematian bunuh diri di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 3,4 per 100 ribu penduduk. Sama seperti negara lain, angka kematian akibat bunuh diri pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.

Pada pria, angkanya mencapai 4,8 per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dibandingkan wanita yang sebesar 2,0 per 100 ribu penduduk. Maka dari itu, perlu diketahui alasan jika seorang pria lebih mudah untuk melakukan bunuh diri dibandingkan wanita.

Alasan Pria Lebih Rentan Bunuh Diri Dibandingkan Wanita

Memang, bunuh diri adalah masalah yang sangat sensitif dan kompleks disertai berbagai penyebab yang rumit. Tidak mudah untuk mendeteksi alasan seseorang melakukan hal tersebut. Meski begitu, kesadaran terkait kesehatan mental belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas, termasuk di Indonesia.

Selain itu, pria juga kerap memilih metode yang lebih ampuh saat sudah memutuskan untuk bunuh diri. Maka dari itu, saat pria memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, kemungkinan besar persiapannya benar-benar matang, sehingga kematian benar-benar terjadi.

Lalu, ada juga faktor risiko lainnya yang terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Salah satu hal yang paling memengaruhi adalah komunikasi. Wanita lebih bersedia untuk berbagi masalah dengan orang yang dipercaya, sedangkan pria cenderung memendamnya. Selain itu, masyarakat terus mendorong pria untuk bersikap kuat, sehingga sulit mengakui jika dirinya sedang alami masalah mental.

Pria juga cenderung tidak mengakui jika dirinya sedang alami masalah, baik pada diri sendiri, teman, atau bahkan profesional. Selain itu, pria juga lebih segan untuk menemui psikolog atau psikiater dibandingkan wanita. Perawatan yang didapatkan oleh pria juga jauh lebih rendah dibandingkan wanita.

Maka dari itu, peran orang tua untuk mengajarkan anaknya berkomunikasi terkait kesehatan mental penting dilakukan. Tidak selamanya anak pria perlu bersikap kuat, ada kalanya masalah sulit dihadapi. Bisa jadi, mereka perlu bercerita tentang perasaan dan keluh-kesahnya, sehingga bisa menilai jika perlu penanganan dari profesional atau tidak.

Itulah pembahasan terkait pria yang lebih sering bunuh diri jika dibandingkan dengan wanita. Stigma masyarakat jika pria harus selalu bersikap kuat, sehingga penanganan segera selalu sulit untuk didapatkan. Meski begitu, cara atasi stigma tersebut tidak mudah untuk dilakukan hingga saat ini.

Referensi:
BBC. Diakses pada 2022. Why more men than women die by suicide.
World Health Organization. Diakses pada 2022. Mental health.
Pusat Data dan Informasi Kementerian KEsehatan RI. Diakses pada 2022. Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri.