Berbahayakah MSG untuk Ibu Hamil? Ini Faktanya
“Konsumsi MSG untuk ibu hamil bisa dikatakan aman dan tidak memicu efek samping yang membahayakan pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Tentu saja, hal ini berlaku bila konsumsi MSG tidak berlebihan.”

Halodoc, Jakarta – MSG (Monosodium Glutamat) adalah bahan makanan yang memberikan rasa umami. Penggunaan MSG sebagai pelengkap pada masakan menuai pro dan kontra. Sebab, konsumsinya dikatakan dapat menimbulkan banyak efek negatif untuk kesehatan.
Kelompok orang tertentu direkomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan dengan MSG. Salah satunya adalah ibu hamil. Seperti apa bahaya MSG untuk ibu hamil? Baca informasinya di sini!
MSG untuk Ibu Hamil, Apakah Berbahaya?
Ketika hamil, bumil harus membatasi konsumsi makanan maupun minuman tertentu untuk menjaga kesehatan. Sebut saja kafein dalam jumlah besar, makanan tinggi garam dan gula, juga makanan mentah. Jenis makanan maupun minuman tersebut bisa memberikan dampak berbahaya untuk janin. Lantas, bagaimana dengan MSG?
Faktanya, konsumsi MSG untuk ibu hamil bisa dikatakan aman dan tidak memicu efek samping yang membahayakan pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Tentu saja, hal ini berlaku bila konsumsi MSG tidak berlebihan. Meski begitu, sebaiknya konsumsinya dihindari untuk menjaga kondisi kehamilan dan janin yang sehat.
Meskipun MSG umumnya dianggap aman, ada baiknya mengonsumsinya dengan bijak, terutama jika bumil memiliki sensitivitas terhadap bahan ini. Beberapa orang dapat mengalami gejala seperti sakit kepala, kemerahan, atau nyeri otot setelah mengonsumsi MSG.
Jika pernah mengalami reaksi semacam ini, disarankan untuk mengurangi konsumsi MSG atau menghindarinya sepenuhnya. Informasi mengenai MSG bisa dibaca di artikel Wajib Tahu, Ini Efek Positif dan Negatif dari Konsumsi MSG.
Hal yang Perlu Diperhatikan Bumil Terkait MSG
Ketika mengonsumsi makanan atau membuat masakan dengan tambahan MSG, ada beberapa hal yang sebaiknya ibu perhatikan, di antaranya:
1. Mewaspadai kandungan natriumnya
Sebagian besar makanan dengan kandungan MSG juga memiliki kandungan garam atau natrium yang tinggi. Padahal, World Health Organization (WHO) menganjurkan untuk ibu hamil mengonsumsi sodium atau natrium dalam jumlah maksimal sebanyak 2.000 miligram setiap hari.
Asupan natrium yang berlebihan bisa mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan penumpukan cairan dalam tubuh. Untuk sekadar informasi, garam memiliki beragam jenis dan manfaat. Cek faktanya di artikel ini: Ketahui 5 Jenis Garam dan Manfaatnya untuk Kesehatan.
2. Makanan kemasan juga mengandung MSG
Ibu hamil juga perlu cermat membaca kandungan nutrisi ketika membeli makanan kemasan. Sebab, MSG juga terkandung dalam makanan kemasan dengan jumlah yang cukup tinggi.
Perhatikan pula apakah terdapat kandungan seperti sodium caseinate, glutamic acid, autolyzed yeast, dan hydrolyzed soy protein dalam produk makanan kemasan yang ibu konsumsi.
3. Adanya riwayat alergi terhadap MSG
MSG untuk ibu hamil juga sebaiknya dihindari apabila ibu pernah mengalami alergi sebelumnya. Tentunya, ini akan memicu munculnya dampak negatif lainnya, baik pada ibu maupun janin.
Mana yang lebih berbahaya micin atau garam? Cek faktanya di Generasi Micin Vs Garam, Mana yang Lebih Berbahaya?
4. Pola makan sehat lebih dianjurkan
Meski terbilang aman dikonsumsi dengan batasan tertentu, MSG untuk ibu hamil sebaiknya dihindari. Gantilah dengan berbagai menu sehat sehari-hari. Perbanyak konsumsi sayur dan buah yang mengandung nutrisi lengkap untuk menunjang kesehatan ibu dan janin.
Selain MSG, ibu juga sebaiknya menghindari makanan yang tidak dimasak dengan matang, terutama daging. Sebab, bakteri pada daging dapat mengakibatkan efek yang fatal untuk janin.
Biasanya, dokter juga merekomendasikan ibu hamil untuk mengonsumsi vitamin C, vitamin D, asam folat, dan kalsium yang memang sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.
Baca juga: Mag pada Ibu Hamil, Harus Apa?
Tak lupa, ibu juga harus memeriksakan kondisi kehamilan secara rutin. Jadi, semua masalah kehamilan dan tumbuh kembang janin dapat terdeteksi dan ditangani lebih cepat.



