Berkat Riset Kesehatan, Kini 5 Penyakit Ini Ada Vaksinnya

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   18 November 2022

“Riset kesehatan sangat berjasa bagi kelangsungan hidup manusia. Banyak vaksin untuk penyakit tercipta karena riset kesehatan.”

Berkat Riset Kesehatan, Kini 5 Penyakit Ini Ada VaksinnyaBerkat Riset Kesehatan, Kini 5 Penyakit Ini Ada Vaksinnya

Halodoc, Jakarta – Selama ratusan tahun, riset kesehatan telah melindungi manusia dari penyakit mematikan. Mulai dari eksperimen, mengambil peluang, hingga peluncuran vaksin global di tengah pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya, imunisasi memiliki sejarah yang panjang. 

Penelitian vaksin kadang juga dapat menimbulkan pertanyaan etis yang menantang. Beberapa percobaan untuk pengembangan vaksin di masa lalu mungkin tidak dapat diterima secara etis saat ini. 

Namun, vaksin telah menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia daripada penemuan medis lainnya dalam sejarah. Yuk simak apa saja penyakit yang berhasil ada vaksinnya berkat riset kesehatan!

Vaksin yang Ada Berkat Riset Kesehatan

Sebelum ada vaksinnya, beberapa penyakit sempat mewabah dan memakan banyak korban jiwa. Namun, berkat riset kesehatan, beberapa penyakit berikut ini sudah ada vaksinnya:

1. Cacar

Pada 1796, Edward Jenner mendapat gelar Pendiri Vaksinologi di peradaban Barat. Ia mendapatkannya setelah menyuntik seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan virus vaccinia (cacar sapi) dan membuat anak tersebut kebal terhadap cacar

Lalu, pada tahun 1798, ilmuwan mulai mengembangkan vaksin cacar pertama. Selama abad ke-18 dan ke-19, implementasi sistematis imunisasi cacar massal memuncak pada pemberantasan globalnya pada tahun 1979.

Kemudian, pada 1980, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar telah selesai karena vaksinasi. Sebelum riset kesehatan menemukan vaksin, cacar telah menjadi salah satu penyakit menular yang paling mematikan. Sekitar 300 juta orang meninggal karena cacar pada abad ke-20.

2. Polio

Pada pertengahan abad ke-20, kamu dapat menemukan kasus polio di seluruh dunia. Penyakit akibat virus ini telah membunuh atau melumpuhkan lebih dari setengah juta orang setiap tahun. Tanpa obat dan situasi epidemi yang meningkat, kebutuhan akan vaksin pun semakin mendesak. 

Terobosan terjadi pada tahun 1949, ketika John Enders, Thomas Weller, dan Frederick Robbins berhasil menanam virus polio di jaringan manusia di Rumah Sakit Anak Boston. 

Tidak lama kemudian, pada awal 1950-an, dokter asal Amerika Serikat, Jonas Salk, berhasil menemukan vaksin pertama. Ia melakukan riset kesehatan dengan menguji coba vaksin pada ia dan keluarganya pada tahun 1953, dan setahun kemudian pada 1,6 juta anak di Kanada, Finlandia, dan Amerika Serikat. 

Ilmuwan mengumumkan hasilnya pada 12 April 1955, dan vaksin yang berisi virus polio tidak aktif buatan Salk mendapat lisensi pada hari yang sama. Pada tahun 1957, kasus tahunan turun dari 58.000 menjadi 5.600, dan pada tahun 1961, hanya tersisa 161 kasus. 

3. Campak

Sebelum munculnya vaksinasi, campak telah lama mewabah di seluruh dunia, dan tetap menjadi penyakit epidemi di seluruh dunia. Pada tahun 1954, wabah campak di sekolah berasrama di luar Boston, Massachusetts memberikan kesempatan bagi dokter di Rumah Sakit Anak Boston untuk melakukan riset kesehatan.  

Mereka mencoba dan mengisolasi virus campak, mengambil swab tenggorokan dan sampel darah dari siswa yang terinfeksi. Thomas Peebles, MD mengumpulkan sampel kultur dari anak sekolah berusia 11 tahun, David Edmonston. Ia berhasil menyebabkan kultivasi virus dan memungkinkan dokter untuk membuat vaksin pertama melawan campak.

Enders dan timnya menguji vaksin campak mereka pada kelompok kecil anak-anak dari tahun 1958 hingga 1960. Sebelum akhirnya memulai uji coba pada ribuan anak di New York City dan Nigeria. 

Pada tahun 1961, vaksin campak pertama mendapatkan hasil efektivitas 100 persen dan pada 1963 mendapat pengakuan untuk penggunaan umum. Lalu, pada tahun 1971, vaksin campak bergabung dengan vaksin untuk melawan gondong dan rubella menjadi vaksinasi tunggal (MMR) oleh Dr Maurice Hilleman.

4. HPV

Pada tahun 1995 Anne Szarewski memimpin tim riset kesehatan yang menguraikan peran human papillomavirus (HPV) dalam deteksi dan skrining kanker serviks. Lalu, para peneliti mulai mengerjakan vaksin HPV. 

Infeksi virus HPV sangat umum terjadi, seringkali dengan gejala minimal. Namun, jenis HPV risiko tinggi dapat menyebabkan kondisi medis lainnya, terutama kanker serviks. 

Szarewski selanjutnya menjadi peneliti utama dalam riset kesehatan pengembangan vaksin HPV bivalen. Kemudian, pada tahun 2006, vaksin pertama untuk HPV mendapat persetujuan. 

5. COVID-19

Pada 30 Januari 2020, Direktur Jenderal WHO menyatakan wabah novel coronavirus 2019 (SARS-CoV-2) sebagai Public Health Emergency of International Concern. Pada 11 Maret, WHO menegaskan bahwa COVID-19 adalah pandemi.

Vaksin COVID-19 adalah vaksin paling efektif yang pengembangan, produksi, dan pendistribusiannya dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa di antaranya menggunakan teknologi mRNA baru. Pada Desember 2020, hanya 1 tahun setelah kasus pertama COVID-19 terdeteksi, dosis vaksin COVID-19 pertama mulai ada.

Itulah pembahasan mengenai riset kesehatan yang berhasil menemukan vaksin untuk berbagai penyakit serius. Jika kamu atau orang terdekat perlu mendapatkan vaksin tertentu, segera download Halodoc untuk membuat janji medis di rumah sakit.

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. History of Smallpox: Outbreaks and Vaccine Timeline.
WHO. Diakses pada 2022. A Brief History of Vaccines.
WHO. Diakses pada 2022. History of The Polio Vaccine.
WHO. Diakses pada 2022. History of The Measles Vaccine.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan