Cara Melatih Anak Berpikir Kritis untuk Memecahkan Masalah

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   02 September 2022

“Sejak dini orang tua perlu melatih anak berpikir kritis sebagai bekal skill di masa depan. Ini bisa dilakukan dengan menanamkan kecintaan untuk belajar dan keinginan untuk memahami cara kerja berbagai hal.”

Cara Melatih Anak Berpikir Kritis untuk Memecahkan MasalahCara Melatih Anak Berpikir Kritis untuk Memecahkan Masalah

Halodoc, Jakarta – Melatih anak berpikir kritis menjadi bagian penting dalam pembekalan tumbuh kembang anak. Pasalnya, ini akan berguna untuk anak beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat membuat keputusan, memahami konsekuensi dari tindakan, dan memecahkan berbagai masalah. 

Pada dasarnya, dengan melatih anak berpikir kritis, maka orang tua membantu anak membuat keputusan yang baik dan tepat. Berpikir kritis juga membuat anak lebih memahami diri mereka sendiri, dan membantu memiliki motivasi dan tujuan dalam hidup. 

Lantas, bagaimana cara melatih anak berpikir kritis? Yuk simak ulasannya berikut ini!

Cara Melatih Anak Berpikir Kritis 

Proses berpikir kritis mengharuskan anak mengambil informasi, menganalisa, dan memberikan penilaian mengenai hal tersebut. Saat anak-anak menerima informasi baru, sebenarnya anak sedang mengoleksi informasi tersebut dan menyimpannya. Nah, mengolah informasi tersebut adalah proses berpikir kritis.

Selain itu, berikut ini adalah cara melatih anak mengolah informasi untuk berpikir kritis:

1. Mendorong Rasa Ingin Tahu 

Bantu anak untuk “mengejar” rasa ingin tahunya. Menuntaskan rasa ingin tahu bisa jadi cara belajar anak untuk mengenal dunia.  Coba juga untuk mendorong anak-anak mengeksplorasi, mengajukan pertanyaan, atau melakukan berbagai hal secara berbeda.

2. Keinginan untuk Belajar 

Bantu anak-anak berpikir lebih dalam tentang berbagai hal dengan menanamkan kecintaan untuk belajar dan keinginan untuk memahami cara kerja berbagai hal. Cari jawaban atas semua pertanyaan “mengapa”.

Anak bisa mencari jawaban dengan membaca buku, membaca artikel atau jurnal di internet, atau bahkan bertanya pada teman, keluarga, atau orang lainnya.

3. Bantu Anak Mengevaluasi Informasi

Ada begitu banyak informasi, dan belum tentu semuanya benar. Bahkan orang dewasa sekalipun sering luput mengenai hal ini. Jadi, anak harus dilatih untuk tidak langsung memercayai satu hal yang sebenarnya belum tentu benar. 

Bantu anak-anak mempelajari keterampilan ini dengan mengajari mereka untuk mengevaluasi informasi baru. Mintalah anak untuk memikirkan dari mana atau dari siapa informasi itu berasal. Tanya juga apa kaitannya dan mengapa informasi itu tergolong penting atau tidak penting.

4. Membantu Anak Menemukan Minatnya

Ketika anak-anak sangat tertarik pada suatu topik, mereka akan lebih terlibat dan mau bereksperimen. Proses memperluas pengetahuan anak dapat menciptakan banyak peluang untuk anak berpikir kritis.

5. Ajarkan Keterampilan Memecahkan Masalah

Ketika menghadapi masalah atau konflik, semua orang perlu menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memahami masalah dan mendapatkan solusi terbaik. Ajari anak untuk membuat langkah-langkah pemecahan masalah sebelum akhirnya menemukan solusi. Misalnya, ketika anak memecahkan vas bunga, anak perlu tahu kalau solusi untuk hal tersebut bukan hanya meminta maaf. 

Anak perlu membereskan kerusakan yang terjadi. Merapikan pecahan vas bunga, membuang pecahannya ke tong sampah, mengepel lantai bila diperlukan, kemudian mengaku dan meminta maaf. Nah, sebagai solusi akhir, minta anak untuk berjanji agar lebih berhati-hati ke depannya supaya tidak terulang kembali.

Tidak ada satu metode yang paling efektif untuk melatih anak berpikir kritis. Pada akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu dan pertambahan usia, anak akan menemukan caranya sendiri. Nah, sudah menjadi tugas orang tua untuk mendampingi, mengupayakan, dan memberikan ruang yang besar sebagai cara anak untuk berpikir kritis.

Terkadang, anak-anak sering mengajukan pertanyaan yang membuat orang tua emosi. Bisa jadi karena pertanyaan yang berulang ataupun pertanyaan yang memang terkesan tidak masuk akal bagi orang tua. Seringnya, orang tua malah tidak menjawab rasa ingin tahu anak dan malah meminta mereka untuk tidak mengajukan pertanyaan lagi.

Ini adalah sesuatu yang salah. Ketika orang tua berhenti menjawab, di situ juga minat anak akan hal-hal baru akan berkurang. Pasalnya, orang tua tidak mampu memberikan ruang kepada anak untuk memperluas imajinasi dan pertanyaan-pertanyaannya.

Jadi, jangan bosan untuk menjawab pertanyaan anak. Ketika anak-anak diajari sejak usia muda bagaimana berpikir kritis, anak akan tumbuh percaya diri dengan kemampuannya sendiri.

Nah, kalau orang tua punya masalah dengan perilaku anak, orang tua bisa buat janji pemeriksaan ke rumah sakit lewat aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga ya!

Referensi:
Michigan State University. Diakses pada 2022. The importance of critical thinking for young children.
Parenting for Brain. Diakses pada 2022. Critical Thinking for Kids.
Skidos.com. Diakses pada 2022. Critical Thinking for Kids: Why, Benefits & Tips [Completed].

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan