Halodoc, Jakarta – Sakit tenggorokan menjadi salah satu gejala khas infeksi virus corona varian Omicron. Meski belum diumumkan sebagai gejala resmi dari infeksi COVID-19, faktanya rasa tidak nyaman pada tenggorokan merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Lantas, bagaimana cara membedakan gangguan tenggorokan akibat COVID-19 dengan radang tenggorokan biasa? 

Secara umum, sakit tenggorokan merupakan kondisi yang bisa muncul akibat infeksi virus atau bakteri. Salah satu virus yang bisa memicu kondisi ini adalah influenza. Gejala nyeri pada tenggorokan yang disebabkan oleh virus ini biasanya ringan yang akan sembuh dengan sendirinya. Sementara itu, nyeri yang disebabkan oleh infeksi bakteri harus ditangani dengan pemberian obat antibiotik. 

Membedakan Sakit Tenggorokan Akibat Omicron 

Faktanya, sakit tenggorokan bisa disebabkan oleh banyak hal. Selain infeksi virus atau bakteri, kondisi ini juga bisa muncul karena beberapa faktor, antara lain: 

• Alergi pada serbuk sari.
• Penyakit asam lambung (GERD) akibat naiknya asam lambung dari perut ke tenggorokan.
• Iritasi yang disebabkan oleh konsumsi alkohol dan rokok.
• Udara yang kering.
• Ketegangan otot akibat berteriak terlalu lama.
• Penyakit tumor yang mengandung kanker pada bagian tenggorokan dan lidah.

Belakangan ini, sakit tenggorokan juga disebut muncul sebagai salah satu gejala infeksi virus corona varian Omicron. Sebuah aplikasi kesehatan yang bernama “ZOE COVID Study app” mengumpulkan data terkait gejala positif COVID-19. Data diambil pada Desember 2021, di mana varian Omicron pertama kali membuat heboh, setelah varian Delta. 

Data dari aplikasi tersebut kemudian dianalisis untuk mempelajari gejala apa saja yang muncul sebagai tanda infeksi Omicron. Dari hasil analisis, diketahui bahwa sakit tenggorokan menjadi salah satunya. Bagaimana cara membedakannya dengan gejala radang tenggorokan biasa? Nyeri tenggorokan yang muncul akibat infeksi virus Corona biasanya akan disertai dengan gejala lain, seperti: 

• Hidung meler, 
• Sakit kepala, 
• Mudah merasa lelah, 
• Bersin-bersin. 

Uniknya, dari hasil analisis data ini disebut bahwa semakin jarang pengidap yang menunjukkan gejala khas COVID-19, yaitu demam, batuk, dan kehilangan kemampuan mencium atau indera perasa, yang disebut dengan anosmia. Bahkan, anosmia disebut semakin jarang ditemukan pada orang yang terkonfirmasi COVID-19, hanya terjadi pada 1 dari 5 orang. 

Apa yang Harus Dilakukan? 

Jika merasa mengalami gejala menyerupai flu, atau gejala khas infeksi virus corona, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan. Ada beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi virus ini, yaitu tes Swab Antigen dan tes PCR. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat dan mengetahui apakah infeksi yang terjadi adalah omicron atau bukan, lakukan tes PCR. 

Umumnya, hasil tes PCR akan keluar dalam waktu 1×24 jam. Sambil menunggu hasil pemeriksaan keluar, lakukan isolasi mandiri untuk menghindari risiko penularan virus. Jangan lupa untuk menerapkan protokol kesehatan dan gaya hidup sehat. Hal ini akan membantu memperkuat imunitas sehingga bisa bekerja maksimal dalam melawan virus penyebab penyakit. 

Jika memiliki pertanyaan lain seputar COVID-19 atau gejala penyakit yang dialami, hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Sampaikan gejala yang dialami melalui Video/Voice Call atau Chat dan dapatkan rekomendasi pengobatan dari ahlinya. Ayo, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play! 

Referensi: 

Zoe. Diakses pada 2022. What are the symptoms of Omicron?

Healthline. Diakses pada 2022. Sore Throat: Treatment, Causes, Diagnosis, Symptoms & More.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Sore throat – Symptoms and causes.