Cuci Darah atau Hemodialisa, Ini Berbagai Faktanya
Cuci darah dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah.

DAFTAR ISI
- Apa Itu Cuci Darah?
- Begini Prosedur Cuci Darah
- Ini 7 Fakta Cuci Darah atau Hemodialisa
- Apa Kata Riset?
Cuci darah atau hemodialisa merupakan prosedur yang membantu menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak optimal, agar tubuh tetap bisa mengeluarkan limbah dan cairan berlebih secara efektif.
Meski prosedur ini umum dilakukan, banyak orang yang belum memahami bagaimana proses cuci darah bekerja, kapan harus dilakukan, serta fakta-fakta penting yang perlu diketahui lainnya.
Apa Itu Cuci Darah?
Cuci darah atau hemodialisa adalah prosedur medis yang digunakan untuk menggantikan fungsi ginjal ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara efektif.
Kondisi ini umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium akhir, ketika fungsi ginjal hanya tersisa sekitar 10–15 persen atau kurang.
Hemodialisa bekerja dengan menggunakan mesin dialisis dan filter khusus (disebut dialyzer) untuk membersihkan darah dari limbah metabolik, elektrolit berlebih, dan cairan yang tidak dibutuhkan tubuh.
Begini Prosedur Cuci Darah
Proses cuci darah berlangsung selama sekitar 3–5 jam per sesi dan biasanya dilakukan 2–3 kali seminggu, tergantung kondisi pasien serta anjuran dokter.
Berikut langkah-langkah umum cuci darah:
- Pasien akan memiliki akses vaskular (biasanya melalui fistula arteriovenosa di lengan) untuk menghubungkan pembuluh darah ke mesin dialisis.
- Kemudian, darah akan dialirkan dari tubuh ke mesin dialisis melalui selang. Mesin ini menyaring zat limbah, kelebihan garam, dan cairan dari darah menggunakan cairan khusus (dialysate).
- Setelah dibersihkan, darah dikembalikan ke tubuh pasien. Selama proses ini, tekanan darah, denyut jantung, dan kadar elektrolit pasien akan dipantau secara ketat.
- Pasien dapat merasakan lelah atau lemas setelah sesi, namun sebagian besar bisa kembali beraktivitas normal setelah beristirahat.
Ini 7 Fakta Cuci Darah atau Hemodialisa
Menjalani cuci darah bukanlah keputusan yang sederhana.
Sebab, prosedur ini dapat mengubah gaya hidup dan membutuhkan komitmen jangka panjang dari pasien.
Berikut ini beberapa fakta terkait cuci darah yang perlu kamu ketahui:
1. Bukan Pengobatan, tetapi Pengganti Fungsi Ginjal
Cuci darah tidak menyembuhkan gagal ginjal kronis.
Prosedur ini hanya bertindak sebagai pengganti fungsi ginjal dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari tubuh.
Ginjal yang rusak permanen tidak akan membaik karena dialisis, sehingga pasien biasanya memerlukan terapi ini seumur hidup atau hingga menjalani transplantasi ginjal.
Selain itu, penting untuk mengetahui Apa Saja Hal yang Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal.
2. Durasi dan Frekuensi Bisa Beragam
Pada umumnya, pasien menjalani hemodialisa sebanyak 2 hingga 3 kali dalam seminggu, dengan durasi sekitar 3 hingga 5 jam setiap sesi.
Namun, frekuensi ini bisa bervariasi tergantung pada kondisi medis pasien, kadar limbah dalam darah, dan volume cairan tubuh yang perlu dibuang.
Semakin berat kondisi pasien, semakin sering prosedur ini mungkin dibutuhkan.
3. Membutuhkan Pembatasan Diet
Pasien yang menjalani cuci darah harus mengikuti pola makan khusus untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan mencegah penumpukan racun dalam darah.
Ini termasuk membatasi asupan cairan, garam (natrium), kalium, dan fosfor.
Konsumsi makanan tinggi kalium seperti pisang, kentang, dan alpukat, misalnya, harus dibatasi karena bisa memicu gangguan jantung jika kadarnya terlalu tinggi dalam darah.
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui tentang Hemodialisa.
4. Tidak Bisa Dihentikan Secara Mendadak
Begitu seseorang memulai hemodialisa, prosedur ini tidak bisa dihentikan sembarangan.
Menghentikannya secara tiba-tiba dapat menyebabkan penumpukan limbah, cairan, dan elektrolit yang bisa membahayakan jiwa.
Oleh karena itu, keputusan untuk memulai atau menghentikan dialisis harus selalu dikonsultasikan dengan nefrolog (dokter spesialis ginjal) dan berdasarkan kondisi medis terkini.
5. Membutuhkan Akses Jangka Panjang
Untuk memungkinkan proses hemodialisa, dibutuhkan akses vaskular, biasanya berupa fistula arteriovenosa (AV fistula).
Fistula dibuat melalui operasi kecil yang menghubungkan arteri dan vena, dan biasanya dipersiapkan beberapa minggu sebelum sesi cuci darah pertama.
Jika dirawat dengan baik, fistula bisa bertahan bertahun-tahun dan mengurangi risiko komplikasi seperti infeksi atau penyumbatan.
6. Perlu Dilakukan Saat Fungsi Ginjal Turun Parah
Hemodialisa umumnya dimulai ketika fungsi ginjal (yang diukur melalui laju filtrasi glomerulus atau GFR) turun di bawah 10–15 persen, atau ketika pasien mengalami gejala berat seperti pembengkakan, mual, kelelahan ekstrem, atau kesulitan bernapas.
Tidak semua pasien penyakit ginjal kronis perlu langsung cuci darah, karena terapi ini hanya dilakukan saat terapi lain tidak lagi efektif dan tubuh tidak mampu mengeluarkan limbah secara alami.
7. Bisa Diteruskan Sampai Transplantasi Ginjal
Bagi sebagian pasien, transplantasi ginjal adalah satu-satunya alternatif jangka panjang dari cuci darah.
Dialisis tetap dilakukan sampai donor ginjal yang cocok tersedia.
Akan tetapi, tidak semua pasien memenuhi syarat untuk transplantasi, karena faktor usia, penyakit penyerta, atau kurangnya donor.
Bagi yang tidak bisa transplantasi, cuci darah tetap menjadi terapi utama seumur hidup.
Fakta Unik
1. Hemodialisa pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1943 oleh Dr. Willem Kolff, yang dianggap sebagai “bapak dialisis.”
2. Selama proses cuci darah, darah dikeluarkan dari tubuh, disaring lewat mesin dialyzer, lalu dikembalikan lagi ke tubuh pasien.
Apa Kata Riset?
Sebuah riset yang dirilis oleh jurnal Renal Replacement Therapy ini menganalisis dampak hemodialisis atau cuci darah terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien di Jepang, dengan fokus pada diagnosis penyakit ginjal dan durasi menjalani hemodialisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kualitas hidup rata-rata kelompok pasien adalah 0,772 ± 0,215, dengan domain nyeri/ketidaknyamanan menjadi masalah yang paling sering dilaporkan (59,1 persen).
Menariknya, tidak ditemukan perbedaan kualitas hidup yang signifikan antar kelompok diagnosis penyakit ginjal yang berbeda.
Studi ini menyimpulkan bahwa kualitas hidup tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, atau diagnosis penyakit ginjal, tetapi dipengaruhi oleh lamanya pasien menjalani hemodialisis.
Nah, jika kamu atau orang terdekat mengalami penurunan fungsi ginjal yang parah, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman, sehingga mampu memberikan diagnosis serta saran perawatan yang tepat.
Melalui Halodoc, kamu bisa berkonsultasi dengan mudah dan aman, tanpa harus ke luar rumah.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!


