Advertisement

Demam Tifoid: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Fauzan Azhari SpPD   04 Desember 2025

Demam tifoid dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati dengan tepat.

Demam Tifoid: Gejala, Penyebab, dan PengobatanDemam Tifoid: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

DAFTAR ISI

  1. Perbedaan Demam Tifoid dan Tifus
  2. Gejala Demam Tifoid
  3. Penyebab Demam Tifoid
  4. Diagnosis Demam Tifoid
  5. Pengobatan Demam Tifoid
  6. Komplikasi Demam Tifoid
  7. Pencegahan Demam Tifoid
  8. Kapan Harus ke Dokter?
  9. Kesimpulan

Demam tifoid, dikenal juga sebagai tipes atau typhoid fever, adalah infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.

Demam tifoid dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak diobati dengan tepat, sehingga penting untuk mengenali gejala serta langkah pengobatannya.

Perbedaan Demam Tifoid dan Tifus

Demam tifoid dan tifus adalah dua penyakit yang berbeda, meskipun memiliki beberapa gejala yang mirip.

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, sementara tifus disebabkan oleh bakteri Rickettsia.

Tifus ditularkan melalui gigitan kutu, tungau, atau caplak, sedangkan demam tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Penting untuk membedakan keduanya karena langkah pengobatannya yang berbeda.

Gejala Demam Tifoid

Gejala demam tifoid biasanya muncul secara bertahap, antara 1 hingga 3 minggu setelah terinfeksi. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Demam tinggi, bisa mencapai 39-40 derajat Celcius
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Lemah dan lesu
  • Sakit perut
  • Diare atau konstipasi
  • Ruam kulit pada perut dan dada
  • Kehilangan nafsu makan

Penyebab Demam Tifoid

Demam tifoid terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi, yaitu bakteri patogen yang hanya ditemukan pada manusia. Artinya, manusia adalah satu-satunya reservoir bakteri ini.

Proses penularannya umumnya melalui rute fekal–oral, yaitu ketika bakteri dari feses orang yang terinfeksi masuk ke tubuh orang lain melalui makanan, minuman, atau tangan yang terkontaminasi.

Beberapa jalur penyebaran yang paling umum:

  • Makanan dan minuman yang terkontaminasi
    Ini merupakan cara penularan utama. Kontaminasi dapat terjadi ketika makanan diolah dengan air yang tercemar atau disentuh oleh seseorang yang tidak mencuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet. Pedagang makanan yang higienitasnya buruk juga menjadi faktor risiko besar pada wilayah padat penduduk.
  • Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi
    Seseorang yang sedang mengidap tifoid bisa menularkan bakteri melalui tangannya, misalnya setelah menggunakan toilet tanpa mencuci tangan dengan benar. Bakteri kemudian dapat berpindah ke permukaan benda atau makanan yang disentuh.

Menurut WHO, wilayah dengan sanitasi yang buruk, sistem pembuangan limbah yang tidak memadai, dan akses air bersih yang terbatas memiliki angka penularan tifoid yang jauh lebih tinggi.

Itulah sebabnya penyakit ini lebih banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Diagnosis Demam Tifoid

Penegakan diagnosis demam tifoid membutuhkan kombinasi pemeriksaan klinis dan laboratorik. Hal ini penting karena gejalanya sering menyerupai infeksi lain seperti malaria, demam berdarah, atau infeksi saluran cerna. Berikut langkah-langkah yang biasanya dilakukan dokter:

  • Pemeriksaan fisik dan evaluasi gejala
    Dokter akan menilai tanda seperti demam tinggi yang naik turun, gangguan pencernaan, sakit kepala, hingga penurunan kesadaran pada kasus berat.
  • Wawancara medis (riwayat perjalanan dan paparan)
    Informasi apakah pasien baru bepergian ke daerah endemis, kebiasaan makan, atau kemungkinan kontak dengan pengidap tifoid sangat membantu menentukan risiko.
  • Tes darah (kultur darah)
    Ini merupakan gold standard untuk mendeteksi keberadaan Salmonella typhi di dalam aliran darah. Tes ini paling akurat pada minggu pertama infeksi.
  • Kultur feses
    Berguna untuk mendeteksi bakteri yang dikeluarkan melalui feses, terutama pada minggu kedua hingga ketiga penyakit.
  • Tes serologi (Widal test)
    Tes ini digunakan secara luas, tetapi akurasinya bervariasi karena dapat memberikan hasil positif palsu. Meski demikian, Widal tetap bisa membantu diagnosis bila dikombinasikan dengan pemeriksaan klinis dan kultur.

Pengobatan Demam Tifoid

Tujuan utama pengobatan adalah membunuh bakteri penyebab dan mencegah komplikasi. Terapi standar meliputi penggunaan antibiotik sesuai anjuran dokter, karena pemakaian antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko resistensi.

Beberapa antibiotik yang umum diresepkan meliputi:

  • Ciprofloxacin
    Termasuk golongan kuinolon, efektif untuk banyak kasus hingga muncul resistensi di beberapa daerah.
  • Azithromycin
    Golongan makrolida, sering dipilih sebagai alternatif terutama pada area dengan resistensi kuinolon yang tinggi.
  • Ceftriaxone
    Golongan sefalosporin generasi ketiga, biasanya diberikan secara injeksi pada kasus sedang hingga berat atau pasien yang tidak bisa minum obat oral.

Selain antibiotik, perawatan suportif sangat penting, seperti:

  • Istirahat yang cukup untuk membantu tubuh melawan infeksi.
  • Minum banyak cairan guna mencegah dehidrasi akibat demam dan gangguan pencernaan.
  • Makan makanan yang mudah dicerna, seperti bubur, sup, atau makanan rendah serat agar saluran cerna tidak bekerja terlalu berat.

Hindari makanan pedas, berlemak, atau tinggi serat karena dapat memperburuk gejala pencernaan.

Dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai, sebagian besar pasien dapat pulih sepenuhnya.

Namun, pengobatan yang terlambat atau tidak tuntas dapat meningkatkan risiko komplikasi serius seperti perdarahan usus atau perforasi usus. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala tifoid.

Komplikasi Demam Tifoid

Jika tidak diobati, demam tifoid dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:

  • Perdarahan usus: Terjadi akibat luka pada dinding usus.
  • Perforasi usus: Lubang pada usus yang dapat menyebabkan infeksi serius (peritonitis).
  • Ensefalopati tifoid: Peradangan otak yang dapat menyebabkan kebingungan, disorientasi, dan kejang.
  • Meningitis: Peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang.
  • Miokarditis: Peradangan otot jantung.

Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan demam tifoid melibatkan beberapa langkah, termasuk:

  • Vaksinasi: Tersedia dua jenis vaksin tifoid: vaksin suntik (inaktif) dan vaksin oral (hidup yang dilemahkan). Kemenkes RI merekomendasikan vaksinasi tifoid, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan dan setelah dari toilet.
  • Masak makanan hingga matang sempurna.
  • Hindari mengonsumsi makanan dan minuman dari sumber yang tidak terpercaya.
  • Minum air yang telah direbus atau air kemasan.
  • Memastikan sanitasi yang baik dan pengelolaan limbah yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran bakteri.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala demam tifoid, terutama jika baru saja bepergian ke daerah dengan sanitasi yang buruk.

Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius.

Kesimpulan

Demam tifoid adalah penyakit serius yang dapat dicegah dan diobati. Vaksinasi, kebersihan makanan dan minuman, serta sanitasi yang baik adalah kunci untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Jika mengalami gejala demam tifoid, segera konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
World Health Organization (WHO). Diakses pada 2025. Typhoid fever.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2025. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Tifoid.