Deodoran Bisa Sebabkan Kanker Payudara, Mitos atau Fakta?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   19 November 2020
Deodoran Bisa Sebabkan Kanker Payudara, Mitos atau Fakta?Deodoran Bisa Sebabkan Kanker Payudara, Mitos atau Fakta?

Halodoc, Jakarta - Setiap wanita pasti sudah akrab dengan deodoran, yang digunakan untuk menjaga ketiak tetap wangi. Deodoran digunakan untuk melengkapi aktivitas sehari-hari agar terbebas dari bau keringat. Namun, ada anggapan yang menyebutkan bahwa deodoran yang diaplikasikan di ketiak dan berada dekat payudara, maka dapat berpotensi sebabkan kanker payudara. 

Deodoran disebutkan memiliki kandungan berbahaya yang mengarah pada risiko kanker payudara. Anggapan ini tentunya mengejutkan sekali, ya? Namun, apakah benar demikian? Faktanya, sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan kedua hal tersebut. 

Dilansir dari American Cancer Society, tidak ada studi epidemiologi yang kuat dalam literatur medis yang menghubungkan risiko kanker payudara dan penggunaan antiperspiran atau deodoran. Selain itu, sangat sedikit juga bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. 

Baca juga: Payudara Besar Sebelah Normal atau Masalah?

Mitos: Deodoran Bisa Sebabkan Kanker Payudara

Melansir National Cancer Institute, hanya sedikit penelitian yang menyelidiki kemungkinan hubungan antara kanker payudara dan antiperspiran atau deodoran ketiak. Berdasarkan penelitian tersebut, deodoran tidak menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita.

Hasil penelitian juga menunjukan tidak ada peningkatan risiko kanker payudara pada wanita yang menggunakan pisau cukur (non-elektrik) dan antiperspiran atau deodoran ketiak. Penelitian ini berdasarkan wawancara dengan 813 wanita penderita kanker payudara dan 793 wanita tanpa riwayat kanker payudara. 

Studi berikutnya dilakukan dan diterbitkan lagi pada tahun 2006, hasilnya masih tidak ditemukan hubungan antara penggunaan deodoran dan risiko kanker payudara, meskipun hanya melibatkan 54 wanita dengan kanker payudara dan 50 wanita tanpa kanker payudara. 

Sementara itu, American Cancer Society menuliskan bahwa penelitian yang diterbitkan pada tahun 2003 mengamati tanggap dari kuesioner yang dikirim pada wanita yang mengalami kanker payudara.

Peneliti melaporkan bahwa wanita yang didiagnosis mengidap kanker payudara pada usia yang lebih muda mengatakan bahwa mereka menggunakan deodoran dan mulai mencukur ketiak lebih awal dan mencukur lebih sering dibanding wanita yang didiagnosis kanker payudara ketika mereka berusia lebih tua.

Hanya saja, penelitian ini tidak memasukkan kelompok wanita tanpa kanker payudara, sehingga dikritik oleh para ahli karena dinilai tidak relevan. 

Mencukur bulu ketiak dengan pisau cukur memang dapat meningkatkan risiko infeksi kulit. Jika kulit ketiak sudah pecah atau terinfeksi, ada kemungkinan beberapa antiperspiran pada deodoran bisa menyebabkan iritasi ringan. Namun, kecil kemungkinannya ini adalah sumber utama karsinogen (zat penyebab kanker) yang masuk ke dalam tubuh dan mencapai sel payudara. 

Baca juga: 6 Cara Mencegah Kanker Payudara

Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Komposisi Deodoran

Di dalam deodoran, terdapat senyawa berbahan dasar alumunium sebagai bahan aktif antiperspiran. Senyawa ini membentuk sumbatan sementada di dalam saluran keringat yang menghentikan aliran keringat ke permukaan kulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa deodoran ketiak yang mengandung aluminium, yang sering dioleskan dan dibiarkan pada kulit di dekat payudara, dapat diserap oleh kulit dan memiliki efek seperti estrogen (hormonal). 

Hormon estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara, inilah yang awalnya deodoran dicurigai berkontribusi sebabkan kanker payudara. Selain itu, aluminium mungkin memiliki aktivitas langsung di jaringan payudara. Namun, tidak ada penelitian hingga saat ini yang mengkonfirmasi adanya efek samping substansial dari aluminium yang berkontribusi pada peningkatan risiko kanker payudara. 

Baca juga: Bukan Kanker, Ini 5 Benjolan pada Payudara yang Harus Diketahui

Penelitian juga difokuskan pada paraben, yaitu pengawet yang digunakan dalam beberapa deodoran dan antiperspiran yang telah terbukti meniru estrogen dalam sel tubuh. Sudah dilaporkan bahwa paraben ditemukan pada tumor payudara, namun tidak ada bukti bahwa paraben menyebabkan kanker payudara. Terlebih lagi kini juga banyak produk deodoran atau kosmetik lainnya yang sudah tidak menggunakan kandungan paraben. 

Jika kamu khawatir dengan deodoran atau produk kosmetik yang kamu gunakan berbahaya untuk kesehatan, kamu bisa berdiskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai kandungan apa yang aman digunakan. Yuk, segera download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
National Cancer Institute. Diakses pada 2020.Antiperspirants/Deodorants and Breast Cancer
Cancer. Diakses pada 2020. Antiperspirants and Breast Cancer Risk

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan