Hindari Kebiasan Merokok Bisa Cegah Sindrom Mielodisplasia

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 Agustus 2020
Hindari Kebiasan Merokok Bisa Cegah Sindrom MielodisplasiaHindari Kebiasan Merokok Bisa Cegah Sindrom Mielodisplasia

Halodoc, Jakarta – Menghindari paparan bahan kimia menjadi salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai gangguan kesehatan. Apalagi jika usia sudah memasuki tahap lansia, berbagai risiko penyakit dapat dialami akibat terlalu sering terkena paparan bahan kimia, salah satunya adalah sindrom mielodisplasia.

Baca juga: Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Alami Sindrom Mielodisplasia

Sindrom mielodisplasia sendiri merupakan salah satu gangguan kesehatan yang terjadi akibat salah satu atau seluruh sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang tidak terbentuk dengan optimal. Lalu, benarkah kebiasaan merokok dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi sindrom mielodisplasia? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.

Benarkah Menghindari Rokok Cegah Sindrom Mielodisplasia?

Sindrom mielodisplasia terjadi akibat adanya gangguan pada fungsi sumsum tulang. Padahal, sumsum tulang sendiri memiliki peran yang cukup penting untuk memproduksi sel darah merah untuk membawa oksigen menuju seluruh tubuh, sel darah putih untuk membantu tubuh melawan infeksi, dan trombosit untuk melakukan pembekuan darah. 

Pada pengidap sindrom mielodisplasia, sumsum tulang nyatanya akan memproduksi sel darah yang abnormal dan menekan jumlah sel darah yang sehat, sehingga jumlah sel darah sehat semakin sedikit dan tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal.

Dilansir dari laman American Cancer Society, nyatanya ada beberapa faktor yang dapat memicu seseorang mengalami kondisi sindrom mielodisplasia, seperti:

1.Usia

Sindrom mielodisplasia nyatanya dapat dialami pada usia berapa saja. Namun, seseorang yang memasuki usia lanjut atau 60 tahun ke atas, nyatanya sangat rentan mengalami kondisi sindrom mielodisplasia.

2.Paparan Asap Rokok

Bahan kimia yang terdapat dalam rokok nyatanya dapat memicu perubahan genetik yang menyebabkan sindrom mielodisplasia. Namun, tidak hanya menghentikan kebiasan merokok, hindari paparan asap rokok baik secara langsung maupun tidak langsung agar risiko sindrom mielodisplasia tidak meningkat.

3.Paparan Bahan Kimia dan Logam

Tidak hanya paparan bahan kimia dari rokok, bahan kimia pestisida dan benzena juga perlu dihindari agar kondisi kesehatan tetap optimal.

Paparan timah dan merkuri juga dapat meningkatkan risiko perubahan genetik pada tubuh. Hindari paparan logam berat untuk menurunkan risiko perubahan genetik yang disebabkan sindrom mielodisplasia pada kesehatan.

4.Kemoterapi dan Radioterapi

Nyatanya, pengobatan penyakit lainnya melalui kemoterapi dan radioterapi dapat meningkatkan risiko sindrom mielodisplasia. Tidak ada salahnya untuk tanyakan langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk pencegahan sindrom mielodisplasia pada pasien yang menjalankan jenis pengobatan ini.

5.Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dengan kondisi sindrom mielodisplasia nyatanya sangat rentan membuat kamu mengalami kondisi yang serupa.

Baca juga: Ini yang Terjadi Kalau Terlalu Sering Terpapar Asap Rokok

Pengobatan bagi Sindrom Mielodisplasia

Melansir Mayo Clinic, pada kondisi awal sindrom mielodisplasia nyatanya jarang sekali menunjukkan gejala. Namun, kondisi yang terus memburuk dapat menyebabkan berbagai gejala yang menjadi tanda adanya sindrom mielodisplasia, seperti wajah yang pucat karena alami anemia, sering mengalami kondisi infeksi dari biasanya, lebih mudah mengalami memar, sering kelelahan, tubuh yang menjadi lemas, dan juga muncul bintik merah pada kulit akibat perdarahan.

Kunjungi rumah sakit terdekat dan lakukan pemeriksaan jika kamu mengalami beberapa gejala tersebut. Pemeriksaan sindrom mielodisplasia akan dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah, dan juga pemeriksaan aspirasi sumsum tulang.

Jika dipastikan kamu mengalami sindrom mielodisplasia, ada beberapa pengobatan yang bisa kamu lakukan, seperti penggunaan obat-obatan antibiotik, injeksi yang digunakan untuk meningkatkan sel darah merah yang sehat, transfusi darah, melakukan terapi pengikat besi, kemoterapi kombinasi, dan juga transplantasi sumsum tulang.

Baca juga: Inilah 4 Kondisi yang Membutuhkan Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Pengobatan yang dilakukan nyatanya dilakukan untuk mencegah kondisi semakin memburuk dan menurunkan risiko perdarahan serta infeksi yang mungkin terjadi. Tidak hanya itu, dengan rutin menjalani pengobatan serta perawatan, pengidap akan terhindar dari berbagai komplikasi yang dapat terjadi, seperti anemia, perdarahan, hingga leukemia akut.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndromes.
American Cancer Society. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndromes.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan