HOAX Vaksin COVID-19 Sebabkan Kemandulan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   11 Maret 2021
HOAX Vaksin COVID-19 Sebabkan Kemandulan HOAX Vaksin COVID-19 Sebabkan Kemandulan

Halodoc, Jakarta - Meski sudah berjalan sejak Januari, sayangnya masih ada banyak mitos yang beredar mengenai vaksin corona. Salah satu yang cukup membuat banyak ahli geleng-geleng kepala adalah anggapan bahwa vaksin corona bisa menyebabkan kemandulan.

Para ahli langsung membantah hal itu setelah kabar tidak benar ini belakangan ramai beredar di media sosial. Karena terbilang masih baru, informasi yang salah mengenai vaksin corona memang sangat mudah menyebar. Padahal, vaksin sudah diberikan izin penggunaan darurat, yang berarti Badan Pengawas Obat dan Makanan di setiap negara pasti telah menjamin dan memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Akibat misinformasi ini, maka proses vaksinasi bisa terganggu, sebab beberapa orang yang percaya akan hoax ini jadi enggan untuk diberikan vaksin corona

Baca juga: Membongkar Mitos Seputar Antivaksinasi yang Beredar

Pahami Dulu Cara Kerja Vaksin untuk Mencegah Corona

Dilansir dari Science Alert, delapan pakar atau ahli vaksinologi dan biologi reproduksi mencoba menjelaskan dan meluruskan pertanyaan terkait, vaksin COVID-19 yang diduga bisa menyebabkan kemandulan.

Pada dasarnya, semua vaksin bekerja dengan cara yang sama, yaitu mengaktifkan respons imun atau kekebalan alami tubuh untuk melawan virus. Vaksin ini mengandung versi virus yang tidak berbahaya atau sebagian kecil virus ke sistem kekebalan tubuh, dengan begini maka antibodi akan terbentuk dan tubuh mampu melawan infeksi di masa mendatang. Hanya saja, perbedaan antara vaksin terletak pada bagaimana mereka membuat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, jadi tidak berbahaya atau bagian virus mana yang mereka gunakan.

Kebanyakan vaksin yang dikembangkan saat ini, memiliki menggunakan protein spike, bagian dari virus corona SARS-CoV-2, sebagai bahan utamanya. Protein spike ini berada di permukaan virus dan merupakan target respons imun selama infeksi. Sementara itu, vaksin 'generasi selanjutnya' seperti yang dikembangkan Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca menggunakan materi genetik (RNA) untuk mengkode protein spike.

Baca juga: Vaksin Flu Sebabkan Anak Terinfeksi Corona, Mitos atau Fakta?

Awal Mula Klaim Kemandulan Akibat Vaksin COViD-19

Belakangan ini memang banyak informasi tanpa penjelasan yang tepat mengenai vaksin. Seperti salah satunya vaksin Pfizer yang disebut berkaitan dengan protein yang ditemukan di dalam plasenta yang disebut syncytin-1. Dalam suatu postingan, vaksin corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech diduga mengandung syncytin-1 atau protein spike yang merupakan bagian dari vaksin mirip dengan syncytin-1.

Karenanya, informasi yang salah ini menyebabkan kekhawatiran bahwa vaksin Pfizer tersebut akan melatih sistem kekebalan tubuh menyerang plasenta orang tersebut. Padahal, syncytin-1 bukanlah salah satu bahan vaksin. Dalam hal kesamaan dengan protein spike, ia tidak cukup untuk menyebabkan masalah respon autoimun. Semua protein terbuat dari untaian panjang asam amino yang dilipat menjadi bentuk 3D yang sangat rumit. Agar antibodi salah mengenali syncytin-1 sebagai SARS-CoV-2, harus ada kemiripan asam amino yang cukup dalam string ini (yang tidak ada). Asam amino kritis akan perlu dikelompokkan bersama dalam molekul 3D dengan cara yang cukup mirip dan dapat diakses, padahal sebenarnya tidak. 

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa antibodi terhadap protein spike SARS-CoV-2 tidak akan menyerang plasenta, karena telah ditemukan antibodi SARS-CoV-2 pada bayi yang baru lahir. Antibodi ini telah melewati plasenta dari ibunya ketika mereka terinfeksi selama masa kehamilan. 

Para ahli kembali menegaskan bahwa semua vaksin COVID-19 yang dikembangkan untuk mengatasi pandemi virus corona saat ini, telah melalui tahapan pengujian pada hewan, dan tidak ada efek apapun memengaruhi kesuburan. Sejauh ini memang belum ada data dari uji klinis pada manusia yang secara khusus mempelajari efek vaksin corona terhadap kesuburan. Bahkan, pada uji coba keamanan telah mengecualikan wanita hamil dan peserta diminta untuk menghindari kehamilan.

Pada uji klinis vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca pun ada 53 kehamilan. Hasil dari kehamilan ini tidak berbeda pada peserta yang menerima vaksin COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak. Sehingga ini menunjukkan bahwa vaksin ini tampaknya memiliki pengaruh yang kecil terhadap kesuburan atau kehamilan.

Baca juga: Masyarakat Enggan Divaksin, Ini Penjelasan Sosiolog

Jadi, kabar yang menyebutkan vaksin corona bisa sebabkan kemandulan tidaklah tepat. Namun, vaksin corona memang pada dasarnya bisa menyebabkan efek samping, yang kebanyakan ringan. Jika kamu ingin tahu cara menghindari efek samping dari vaksin, kamu bisa tanyakan tipsnya pada dokter di Halodoc. Dokter bisa kamu hubungi kapan dan di mana saja hanya lewat smartphone. Praktis bukan? Yuk gunakan aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Kompas. Diakses pada 2021. Vaksin Covid-19 Tidak Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli.
Science Alert. Diakses pada 2021. No, The COVID-19 Vaccines Don't Cause Infertility. Here's Why.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan