Ibu, Ini Bahaya Suara Kembang Api bagi Telinga Bayi

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   02 Januari 2023

“Kehilangan pendengaran permanen jadi salah satu bahaya suara kembang api bagi bayi. Angka ledakan bisa mencapai 150 hingga 175 desibel, padahal toleransi pendengaran aman mereka hanya mencapai 90 desibel.”

Ibu, Ini Bahaya Suara Kembang Api bagi Telinga BayiIbu, Ini Bahaya Suara Kembang Api bagi Telinga Bayi

Halodoc, Jakarta – Gemerlap cahaya dan bising ledakan kembang api turut memeriahkan pergantian tahun. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan, salah satunya suara bising dari suara ledakan kembang api. 

Ledakannya berkisar antara 150 hingga 175 desibel. Angka tersebut berpotensi memicu gangguan pendengaran, terutama pada bayi. Sebab, mereka hanya mampu mendengar suara 30 hingga 90 desibel. 

Lebih dari itu, mereka berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen. Masalah ini dapat memicu keterlambatan perkembangan berbicara dan berbahasa seiring dengan pertumbuhannya.

Keterlambatan perkembangan tersebut dikenal dengan istilah speech delay. Salah satu cara memastikannya, yakni dengan tes respons batang otak pendengaran. Tujuannya mengetahui saraf pendengaran bereaksi terhadap suara.

Alasan Bahaya Suara Kembang Api bagi Bayi 

Pendengaran bayi masih sangat sensitif dan gampang rusak oleh suara keras. Saluran telinga mereka jauh lebih kecil ketimbang orang dewasa. Ledakan kembang api menjadi lebih keras ketika memasuki kanal telinga mereka. Karena alasan itu, bayi berpotensi mengalami kerusakan pendengaran. 

Di samping itu, mereka berisiko tinggi mengalami gangguan tersebut ketika memiliki riwayat keluarga dengan masalah pendengaran. Gangguan pendengaran dapat terjadi ketika bayi memiliki masalah di telinga luar atau tengah. Gangguan tersebut dapat menghambat atau mencegah gelombang suara masuk ke dalam telinga. 

Faktor pemicunya, antara lain:

  • Cacat lahir yang menyebabkan perubahan struktur liang telinga atau telinga tengah.
  • Penumpukan kotoran telinga.
  • Penumpukan cairan di belakang gendang telinga.
  • Cedera atau pecahnya gendang telinga.
  • Benda yang tersangkut di liang telinga.
  • Bekas luka di gendang telinga akibat infeksi.

Jenis gangguan pendengaran pada bayi lainnya bisa dipicu oleh masalah pada telinga bagian dalam. Ini dapat terjadi ketika rusaknya sel-sel rambut kecil (ujung saraf) yang menggerakkan suara melalui telinga. 

Jenis gangguan pendengaran tersebut dapat disebabkan oleh:

  • Paparan bahan kimia atau obat-obatan beracun saat masih berada dalam kandungan atau sesaat setelah lahir.
  • Gangguan genetik yang diwariskan dari kedua orang tua.
  • Infeksi yang ditularkan ibu kepada bayinya di dalam rahim. Di antaranya, toksoplasmosis, campak, atau herpes.
  • Infeksi yang berpotensi merusak otak setelah lahir, seperti meningitis atau campak.
  • Masalah dengan struktur telinga bagian dalam.
  • Tumor pada telinga.

Gejala yang Perlu Diwaspadai oleh Orang Tua

Adapun tanda dari gangguan pendengaran pada bayi, di antaranya:

  • Bayi tidak terkejut saat mendengar suara keras di dekatnya.
  • Seiring waktu, bayi tidak menunjukkan reaksi saat diajak berbicara.

Ketika usianya menginjak 15 hingga 24 bulan, anak tidak mampu merangkai kata menjadi kalimat. Jika mereka tidak mencapai tonggak ini, salah satu penyebabnya adalah gangguan pendengaran.

Ini pemeriksaan guna memastikan gejala tersebut merupakan bagian dari gangguan pendengaran:

  • Pemeriksaan auditory brainstem response (ABR). Pemeriksaan dilakukan menggunakan tambalan yang disebut elektroda. Tujuannya adalah melihat saraf pendengaran bereaksi terhadap suara.
  • Tes otoacoustic emissions (OAE). pemeriksaan dilakukan menggunakan mikrofon yang diletakkan di telinga bayi guna mendeteksi suara di sekitar. Suara harus bergema di liang telinga. Jika tidak ada gema, itu menjadi tanda gangguan pendengaran.

Jika Si Kecil mengalaminya, disarankan untuk segera buat janji temu dokter di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Langkah perawatan yang tepat dapat mencegah gangguan perkembangan berbahasanya di masa depan.

Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.

Referensi:
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. NoiseInduced Hearing Loss.
KFL&A Public Health. Diakses pada 2022. Early Signs of a Hearing Loss in Infants.
Mount Sinai. Diakses pada 2022. Hearing loss – infants.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan