Advertisement

Ini Beda Kasus Suspek, Kontak Erat, dan Kasus Konfirmasi

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   19 Januari 2024

"Kasus suspek, kontak erat dan kasus konfirmasi adalah istilah yang menggolongkan indikasi dan kondisi yang seseorang alami. Meski sudah ada sejak dulu, istilah ini semakin populer saat pandemi COVID-19 terjadi."

Ini Beda Kasus Suspek, Kontak Erat, dan Kasus KonfirmasiIni Beda Kasus Suspek, Kontak Erat, dan Kasus Konfirmasi

Halodoc, Jakarta – Saat pandemi COVID-19 kemarin, pasti kamu sering mendengar istilah-istilah seperti suspek, kontak erat dan kasus konfirmasi. Nah, istilah ini bertujuan menggolongkan orang berdasarkan indikasi dan kondisi yang dialami.

Sebenarnya, istilah ini sudah ada sebelum kasus COVID-19 muncul. Akan tetapi, mayoritas orang baru mengetahuinya karena himbauan pemerintah supaya masyarakat lebih waspada atau segera mencari pertolongan.

Perbedaan Kasus Suspek, Kontak Erat, dan Kasus Konfirmasi

Nah, berikut perbedaan antara kasus suspek, kontak erat dan konfirmasi:

1. Kasus suspek

Kasus suspek merujuk pada individu yang diduga terinfeksi berdasarkan gejala klinis yang mereka alami atau faktor risiko yang ia miliki. 

Gejala klinis yang dapat muncul beragam, tergantung infeksi apa yang diidap pasien. 

Pada COVID-19 contohnya, gejala klinisnya bisa meliputi demam, batuk, sesak napas, dan hilangnya kemampuan mengecap atau mencium bau. 

Apabila kamu mengalami tanda-tanda gangguan pernapasan, Ini Dokter Spesialis Paru yang bisa kamu hubungi untuk mendapatkan solusi pengobatan yang tepat. 

Jika orang tersebut menunjukan tanda-tanda di atas, tenaga medis akan langsung mengkategorikan orang tersebut sebagai suspek.

Selain itu, faktor risiko seperti kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif atau perjalanan ke daerah dengan tingkat penyebaran tinggi juga dapat membuat seseorang masuk kategori suspek. 

Dalam menangani kasus suspek, tenaga medis perlu segera melakukan tes diagnostik, seperti tes darah atau PCR.

Tujuannya untuk mengkonfirmasi apakah individu tersebut benar-benar terinfeksi. 

Selama menunggu hasil tes, orang yang masuk kategori suspek juga wajib menjalani isolasi mandiri.

Tujuannya untuk mencegah potensi penyebaran virus atau bakteri ke orang lain. 

2. Kontak erat

Kategori selanjutnya adalah kontak erat. Seseorang masuk dalam kategori ini apabila terpapar langsung dengan orang yang terkonfirmasi penyakit. 

Paparan ini dapat terjadi dalam rentang waktu tertentu sebelum kasus konfirmasi mengalami gejala atau sejak gejala muncul. Kontak erat memiliki risiko tertinggi untuk tertular virus.

Itu sebabnya, orang tersebut perlu segera melakukan langkah-langkah pencegahan yang ketat.

Seseorang dinilai masuk dalam kategori kontak erat apabila melakukan interaksi, seperti berbicara dalam jarak dekat atau bersentuhan dengan orang yang terinfeksi. 

Selain itu, kontak yang berlangsung lebih lama dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi ketimbang kontak singkat. 

Tenaga medis akan melakukan tindakan preventif seperti karantina dan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk meminimalisir penyebaran virus maupun bakteri. 

Apabila kamu Jalani Isolasi Mandiri, Sediakan Obat dan Vitamin Ini di rumah. 

3. Kasus konfirmasi

Sementara itu, kasus konfirmasi adalah individu yang hasil tesnya menunjukkan bahwa mereka positif terinfeksi penyakit.

Kasus ini telah melewati proses konfirmasi dengan pemeriksaan diagnostik yang akurat. 

Identifikasi kasus konfirmasi merupakan langkah kunci dalam mengendalikan penyebaran penyakit.

Maka dari itu, baik individu tersebut wajib menjalani tindakan isolasi serta pengobatan.

Tujuannya untuk mencegah penularan lebih lanjut dan mencegah potensi komplikasi yang bisa terjadi. Selanjutnya, tenaga medis akan melakukan pelacakan kontak.

Hal ini sangat krusial dalam menangani kasus konfirmasi. Pasalnya, pelacakan kontak bertujuan untuk mencari individu yang mungkin terpapar. 

Mereka yang dilacak nantinya akan diidentifikasi dan diuji lebih lanjut. Hal ini merupakan langkah-langkah pencegahan dapat diambil lebih awal. 

Pentingnya transparansi dalam melaporkan kasus konfirmasi juga merupakan elemen kunci dalam upaya kontrol penularan suatu penyakit.

Jadi, sudah jelas bukan perbedaan antara suspek, kontak erat dan kasus konfirmasi? 

Apabila kamu masih punya pertanyaan lain tentang hal ini. Jangan ragu menghubungi dokter di Halodoc

Tak perlu ke luar rumah, kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja. Pakai Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Sehat Negeriku. Diakses pada 2024. Kemenkes Kenalkan Istilah Probable, Suspect, Kontak Erat dan Terkonfirmasi COVID-19.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2024. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).