Ini Gejala Demam Kelenjar yang Perlu Diwaspadai

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   19 Desember 2022

“Demam kelenjar atau mononukleosis menular, umum terjadi pada remaja dan usia dewasa muda. Beberapa gejalanya termasuk demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.”

Ini Gejala Demam Kelenjar yang Perlu DiwaspadaiIni Gejala Demam Kelenjar yang Perlu Diwaspadai

Halodoc, Jakarta – Demam kelenjar biasanya berasal dari infeksi virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes yang sangat menular. Masalah kesehatan ini sangat umum terjadi pada remaja dan usia dewasa muda. Nama lain dari penyakit ini adalah infeksi mononukleosis yang turut populer dengan sebutan kissing disease karena menyebar melalui air liur. 

Para ahli percaya bahwa sebagian besar orang di seluruh dunia memiliki infeksi EBV. Namun, tidak selalu menimbulkan gejala atau menyebabkan demam kelenjar. Infeksi sitomegalovirus dan rubella atau campak Jerman, juga dapat menyebabkan demam kelenjar. 

Sementara itu, penyakit toksoplasmosis dan infeksi parasit, juga dapat menimbulkan gejala yang sama.

Apa Saja Gejalanya?

Saat seseorang mengalami demam kelenjar, gejalanya biasanya muncul antara 4 sampai 6 minggu setelah infeksi awal. Gejala umumnya dapat berupa:

  • Gejala yang mirip dengan sakit flu, termasuk nyeri tubuh dan sakit kepala.
  • Demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius.
  • Ruam luas yang tidak menimbulkan gatal.
  • Mengalami mual dan kehilangan nafsu makan.
  • Tubuh kelelahan dan lemah.
  • Terjadi pembengkakan pada sekitar mata.
  • Mengalami sakit tenggorokan.
  • Pembengkakan pada kelenjar getah bening.
  • Nyeri pada perut bagian atas akibat limpa yang membengkak.
  • Mengalami penyakit kuning atau jaundice.

Gejala demam kelenjar sendiri cenderung menghilang dalam waktu 2 sampai 4 minggu, meski pengidapnya akan merasakan kelelahan tubuh yang lebih lama. Beberapa pengidap bahkan mengalami gejala selama 6 bulan atau lebih.

Oleh karena dampak fisik dari demam kelenjar, tindakan terbaik bagi pengidapnya adalah secara perlahan meningkatkan aktivitasnya setelah infeksi berlalu. Namun, karena kerusakan yang dapat terjadi pada limpa, pengidap harus membatasi aktivitas berat atau olahraga fisik setidaknya selama bulan pertama setelah pemulihan awal.

Beberapa pengidap memiliki infeksi EBV tetapi tidak ada gejala. Kondisi ini lebih umum terjadi pada anak yang lebih kecil.

Bagaimana Demam Kelenjar Menyebar?

Seseorang yang memiliki infeksi EBV dapat menularkannya melalui cairan tubuh, seperti air liur. Sangat mungkin untuk menyebarkan infeksi melalui batuk, bersin, atau berbagi barang seperti peralatan makan dan minum, peralatan mandi, dan pakaian.

Selain itu, seseorang juga sangat mungkin menularkan demam kelenjar atau infeksi mononukleosis melalui ciuman. Inilah sebabnya, penyakit ini juga memiliki sebutan ‘penyakit berciuman’.

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, mencatat bahwa virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan air mani atau darah, serta melalui transplantasi organ dari pendonor kepada penerimanya.

Meski demikian, pengujian yang ketat terhadap darah hasil transfusi dan organ dari prosedur transplantasi menunjukkan pengembangan demam kelenjar melalui cara ini terbilang sangat rendah.

Saat memasuki tubuh, virus EBV pertama kali akan menginfeksi lapisan tenggorokan. Kemudian, sel darah putih yang bernama limfosit B dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lain, termasuk hati dan limpa.

Perlu kamu ketahui bahwa virus akan tetap berada pada tubuh bahkan setelah gejalanya hilang, dan dapat aktif kembali di kemudian hari.

Apabila kamu mengalami gejala demam kelenjar, jangan tunda untuk segera mendapatkan penanganan. Tanyakan pada dokter di Halodoc dengan cara download Halodoc dari Play Store atau App Store.

Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2022. Glandular fever: What to know.
Health Direct. Diakses pada 2022. Glandular fever.
Patient. Diakses pada 2022. Infectious Mononucleosis.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan