Ini Mitos dan Fakta seputar Monkeypox yang Perlu Diketahui
Seiring dengan meningkatnya kasus cacar monyet, terdapat mitos-mitos seputar penyakit tersebut yang bermunculan dan perlu diluruskan.

Halodoc, Jakarta – Per 23 Oktober, terdapat konfirmasi bahwa adanya peningkatan terhadap jumlah kasus Monkeypox di Indonesia. Kasus cacar monyet bertambah menjadi 7 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada tanggal 13 Oktober 2023. Kasus ini ditemukan di wilayah DKI Jakarta, ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu (23/10/2023).
Monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus mpox. Virus ini merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan virus variola, yaitu virus penyebab penyakit cacar.
Seiring dengan meningkatnya kasus monkeypox, muncul juga berbagai kesalahpahaman tentang penyakit ini. Seperti dari cara monkeypox menyebar, siapa yang menularkannya, dan seberapa mematikan penyakit ini.
Yuk, simak ulasan di bawah ini untuk ketahui fakta seputar monkeypox!
Mitos dan Fakta Seputar Monkeypox
Di bawah ini adalah beberapa mitos yang muncul terkait dengan penyakit monkeypox yang perlu kamu ketahui:
Mitos: Cacar monyet hanya bisa menular melalui hubungan seksual
Meskipun cacar monyet tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual, namun penyakit ini menyebar terutama melalui kontak dekat dan intim. Dengan begitu, virus ini tidak hanya bisa menular melalui hubungan seksual.
Penularan cacar monyet memerlukan kontak kulit ke kulit dalam waktu yang lama. Ini bisa dilakukan dengan atau tanpa melakukan hubungan seks.
Memeluk dan berpelukan, atau bahkan menyentuh tempat tidur dan barang-barang lain yang digunakan oleh pengidap cacar monyet bisa meningkatkan risiko kamu untuk terkena cacar monyet.
Mitos: Cacar monyet seperti COVID-19
Meskipun COVID-19 mudah tertular melalui aerosol di udara, namun penyakit cacar monyet lebih sulit tertular.
Cacar monyet pun memerlukan kontak yang lama dan dekat dengan kulit orang yang terinfeksi, cipratan liur, atau benda yang terkontaminasi.
Mengutip Huffington Post, Dr. Jorge Salinas, seorang ahli epidemiologi rumah sakit di Universitas Stanford juga mengatakan bahwa cacar monyet tidak mampu menyebabkan kerusakan seperti yang disebabkan oleh COVID-19.
Virus pandemi cenderung merupakan virus pernapasan yang sangat mudah menular dan dapat menyebar pada fase pra-gejala, sehingga sulit untuk dikendalikan.
Namun meskipun begitu, cacar monyet masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang akan lebih baik apabila kamu mengambil tindakan pencegahan.
Lalu, langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan cacar monyet? Nah, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan.
Untuk mengetahui caranya, kamu bisa baca di artikel ini: Ini Langkah Tepat Mencegah Penularan Cacar Monyet.
Mitos: Cacar monyet hanya menjangkit kelompok tertentu
Cacar monyet dapat menyebar terutama pada kalangan laki-laki yang berhubungan dengan sesama jenis, serta orang non-biner dan perempuan transgender yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Risiko terbesar dapat terjadi pada orang yang berganti-ganti pasangan untuk berhubungan seks, meski begitu, siapapun yang pernah terkena cacar monyet bisa tertular.
Cacar monyet tampaknya mudah menular di kelompok ini karena memiliki lebih banyak peluang untuk menyebar melalui kontak dekat. Namun, bukan berarti virus tersebut tidak bisa masuk ke kelompok lainnya.
Faktanya, kemungkinan besar virus tersebut sudah ada, namun kemudian sudah mati sebelum sempat menyebar lebih jauh.
Jadi, siapa saja kelompok lain selain kalangan di atas yang rentan tertular cacar monyet? Ketahui selengkapnya di sini: Waspada, Ini Kelompok yang Rentan Tertular Cacar Monyet.
Mitos: Cacar monyet adalah penyakit baru yang kita hadapi
Cacar monyet pertama ditemukan pada akhir tahun 1950an dan masih lazim terjadi di negara-negara tertentu di Afrika Barat dan Tengah.
Meskipun cacar monyet biasanya tidak menyebar di daerah seperti ini, namun terdapat kasus yang terjadi di luar wilayah tersebut.
Di Amerika Serikat pernah ditemukan beberapa kasus akibat mengunjungi wilayah Afrika Barat dan Tengah atau terpapar dengan hewan impor yang terinfeksi.
Mitos: Tingkat kematian yang rendah membuat cacar monyet tidak perlu dianggap serius
Memang sangat sedikit orang yang meninggal karena cacar monyet. Sebagian besar orang yang tertular penyakit cacar monyet tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dapat menangani gejala dengan sendirinya di rumah, seperti demam, nyeri tubuh, dan lesi kulit yang terasa sakit.
Namun, meskipun penyakit ini tidak biasanya mengancam jiwa, penyakit ini tetap bisa berbahaya. Dalam kondisi kasus tertentu, lesi dapat menyebabkan gangguan penglihatan atau gangguan buang air kecil dan besar.
Jadi, walaupun secara klinis ini merupakan hal yang ringan karena tidak menyebabkan kematian dan tidak perlu dirawat di rumah sakit, hal ini tetap bisa menjadi masalah yang serius.
Itulah mitos-mitos terkait monkeypox atau cacar monyet yang perlu diluruskan agar masyarakat tidak meremehkan kondisi ini dan bisa melakukan langkah pencegahan untuk melindungi diri dari tertularnya cacar monyet.
Apabila kamu merasakan gejala cacar monyet, segera konsultasikan kondisi kamu dengan menghubungi dokter melalui Halodoc.
Yuk, download juga aplikasi Halodoc sekarang melalui App Store dan Play Store untuk mendapatkan informasi kesehatan yang lebih lengkap dan akses kesehatan yang lebih mudah!