Kata Dokter: Mitos Penularan HIV yang Sering Salah Kaprah

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   02 Desember 2021
Kata Dokter: Mitos Penularan HIV yang Sering Salah KaprahKata Dokter: Mitos Penularan HIV yang Sering Salah Kaprah

“Banyak stigma masyarakat yang salah mengenai penularan HIV.  Contohnya seperti berjabat tangan, berpelukan, atau mencium pipi seseorang dianggap dapat menjadi media penularan HIV. Faktanya, hubungan seks, penggunaan jarum suntik bergantian, hingga penularan dari ibu hamil atau menyusui ke bayinya adalah risiko penularan HIV terbesar.”

Halodoc, Jakarta – Hingga saat ini HIV dan AIDS masih dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan. Sebab, bila HIV sampai berkembang menjadi AIDS, kerusakan yang ditimbulkan pada pengidapnya sangatlah fatal. Berita baiknya, dengan pengobatan dan perawatan yang tepat, orang dengan HIV dapat hidup normal. 

Namun, sayangnya masih banyak orang yang salah kaprah terkait penularan penyakit tersebut. Ada beberapa mitos yang mengatakan bahwa penularan HIV sangat mudah, seperti melalui air liur. Padahal, penularan HIV sebenarnya tidak dapat terjadi semudah itu. 

Maka dari itu, ada baiknya untuk mengetahui mitos penularan HIV yang sering disalahartikan oleh banyak orang. Yuk, ketahui penjelasannya di sini!

Mitos Penularan HIV yang Perlu Diluruskan

Banyak stigma masyarakat yang salah mengenai penularan HIV. Nah, berdasarkan pernyataan dr. Rafles P. Simbolon yang dikutip dari kanal Youtube Halodoc, ada beberapa stigma atau mitos yang perlu diluruskan. Contohnya seperti berjabat tangan, berpelukan, mencium pipi seseorang, dianggap dapat menjadi media penularan HIV. 

Faktanya, beberapa hal tersebut tidak dapat menularkan HIV. Pada dasarnya HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Nah, berikut adalah penjabarannya: 

  1. Penggunaan Jarum Suntik Bergantian 

Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan pengidap HIV sangat berisiko menjadi media penularan HIV. Di samping itu, penggunaan peralatan pribadi yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh pengidap HIV, juga perlu diwaspadai. Misalnya peralatan tato, alat piercing, atau cukur jenggot juga meningkatkan risiko penularan HIV. 

  1. Hubungan Seks 

Hubungan intim tanpa kondom yang dilakukan melalui vagina atau dubur menjadi risiko tertinggi penularan HIV. Sebab, hubungan seks meningkatkan risiko lecet pada alat kelamin. Namun, hubungan intim yang dilakukan secara oral nyatanya sangat jarang menyebabkan penularan HIV, kecuali terdapat luka terbuka pada mulut, misalnya sariawan atau luka pada bagian gusi. 

  1. Transfusi Darah 

Pada sebagian kasus, penularan HIV juga dapat terjadi melalui transfusi darah. Meski begitu kejadian tersebut sudah semakin jarang terjadi. Untuk mencegah hal ini, peraturan kesehatan internasional mewajibkan semua produk darah, seperti organ atau jaringan, untuk diperiksa terhadap sejumlah kontaminasi virus atau bakteri sebelum digunakan. Selama proses penyaringan, produk darah yang mengandung HIV, hepatitis B, hepatitis C, atau sifilis akan dibuang.

  1. Kehamilan, persalinan, dan Menyusui 

ODHIV (orang dengan HIV) yang hamil berisiko tinggi menularkan HIV kepada bayi yang ada dalam kandungannya. Penularan juga dapat terjadi melalui proses persalinan serta melalui ASI ketika ODHIV menyusui anaknya. 

Pencegahan dan Pengendalian HIV 

Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan menyembuhkan infeksi HIV atau AIDS. Untuk mencegahnya usahakan untuk melakukan tes HIV secara rutin, tidak menggunakan alat suntik secara berulang dan bergantian, serta mempraktikkan hubungan intim yang sehat menggunakan kondom tanpa berganti-ganti pasangan. 

Jika kamu adalah ODHA (orang dengan HIV/AIDS), maka beberapa hal dapat dilakukan guna mengendalikan infeksi yang terjadi. Salah satunya adalah mengonsumsi obat terapi antiretroviral (ARV) secara teratur, sesuai arahan dokter.

Nah, bagi ODHA yang sedang hamil, penting untuk berkonsultasi kepada dokter kandungan sejak awal kehamilan. Tujuannya agar obat ARV dapat diberikan minimal saat usia kehamilan sudah 14 minggu. 

Obat ARV sendiri bekerja dengan cara menghilangkan kemampuan virus untuk mereplikasi dirinya, serta mencegah virus menghancurkan imun tubuh ODHA. Konsumsi ARV diharapkan dapat membuat pengidap HIV memiliki umur yang lebih panjang, hidup lebih sehat, dan mampu memperkecil risiko dalam menularkan HIV kepada orang lain, terutama pasangannya.

Itulah penjelasan mengenai mitos penularan HIV yang sering salah kaprah. Perlu diketahui bahwa penularan HIV tidak dapat terjadi sembarangan. Pada dasarnya  HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. 

Selain HIV dan AIDS, penyakit seperti kanker juga perlu diwaspadai, karena dapat muncul tanpa disadari dan menimbulkan komplikasi fatal bila terlambat ditangani. Maka dari itu, periksakanlah kesehatan secara rutin agar dapat menurunkan risikonya. 

Melalui aplikasi Halodoc, kamu dapat membuat janji dengan dokter di rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Tentunya tanpa perlu menunggu atau mengantre berlama-lama. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download Halodoc sekarang!

This image has an empty alt attribute; its file name is Banner_Web_Artikel-01.jpeg

Referensi: 

Youtube Halodoc. Diakses pada 2021. #KataDokterHalodoc Mengenai Virus HIV
Avert (Global information and education on HIV and AIDS). Diakses pada 2021. BLOOD TRANSFUSIONS & TRANSPLANTS AND HIV
AIDS Map. Diakses pada 2021. Life expectancy for people living with HIV
Sehat Negeriku. Kemkes RI. Diakses pada 2021. Jangan Jauhi ODHA, HIV/AIDS tidak Mudah Menular
CDC.Gov. Diakses pada 2021. HIV Prevention 
Healthline. Diakses pada 2021. A Comprehensive Guide to HIV and AIDS
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. HIV/AIDS.